Sabtu, 08 April 2023

PEMUDA MEMANG BEDA, MEREKA ISTIMEWA.

PEMUDA MEMANG BEDA, 
MEREKA ISTIMEWA. 

Soal pengalaman, mungkin setipis tisu, namun insting terhadap kebenaran setebal benteng Zulkarnain. Karena pemuda, kata Ibnu Katsir, “tergesit menyambut bisikan kebenaran dan lebih lapang dadanya menerima alternatif dari pada orang tua”. Itulah sebabnya ketika undangan 'Menggagas Peradaban' terbuka, merekalah yang pertama menerjang menyambutnya. Sehingga merekalah mayoritas penyokong pertama dakwah Rasul dibanding generasi tua Quraisy.

Mengapa? Karena fase ini semua kebaikan manusia terkumpul. Otot dan otak, semangat jiwa dan kebugaran tubuh, obsesi dan optimisme. Semua ini terakumulasi menjadi sesuatu yang bernama kesempatan. Kesempatan berkontribusi untuk keluarga, negara, dan agama. Maka dari itu, setiap panggilan kebenaran selalu berhasil direalisir oleh sahabat-sahabat Rasul dalam usia muda. Kenapa?

Pertama, karena mereka sadar bahwa dalam seluruh fase hidup, fase syabab (pemuda), adalah fase tanam karakter yang mereka butuhkan untuk merealisasikan puncak karya mereka di masa depan. Saat kesempatan itu ada, mereka habiskan seluruhnya untuk peningkatan kapasitas diri. Oleh karena itu, saat amanah dakwah khusus dari Rasulullah itu sampai kepada Zaid bin Tsabit kecil, ia gopoh-gapah sambil gembira. Ia pelajari bahasa Yahudi Ibrani dari dasar hingga sefasih Yahudi asli hanya dalam 14hari. Begitu juga bahasa Suryani dan Persia. Sehingga kapasitas khusus itu mengantarkannya ke posisi level kontribusi tinggi. Ia menjadi penerjemah khusus Rasulullah di negara Madinah sejak usia 13 tahun.

Kedua, sahabat-sahabat muda Rasulullah menyadari bahwa kesempatan menuntaskan misi itu tidak panjang sehingga mereka bergegas sejak awal. Bahkan sebelum baligh, mereka berlatih memikul misi dakwah, agar setelahnya mereka mampu memulai tanggung jawab dengan maksimal. Seperti anak-anak kecil Madinah yang sembunyi-sembunyi mendaftar jihad dalam perang Badar, memelas memohon pada Rasul SAW agar diizinkan bergabung dengan pasukan, padahal mengangkat pedang pun mereka kesusahan...

Maka wajarlah apabila muncul sosok-sosok pemuda pembangkit peradaban, seperti Thalhah bin ‘Ubaidillah yang menjadi tulang punggung dakwah terberat di Mekkah, seorang penungang kuda paling disegani dan dermawan kelas tinggi hingga digelari Rasul ‘Thalhah al-Khair’, dan kerja-kerja besar dirintisnya di usia 16 tahun. Lain lagi dengan Sa’ad bin Abi Waqqash, jalan menuju penaklukan-penaklukan raksasanya dimulai sejak 17 tahun. Ali bin Abi Thalib dipercaya  menjadi kader utama di fase dakwah rahasia di umur 10 tahun saat sahabat-sahabat dewasa belum diprioritaskan. Usamah bin Zaid menjadi panglima perang termuda dan tersukses dalam sejarah peradaban manusia.

Semua itu nyata, bukan mitos. Mereka kecil dalam usia tapi tidak dalam pikiran dan gerakan. Betapa usia muda bukan penantian untuk beramal hingga sampai umur tiga puluhan. Misi besar di umur belasan bukan mustahil diterapkan. Semangat berkarya para Pemuda, engkau adalah penerjemah gagasan peradaban agung yang dijanjikan Allah.[æ]
Ustadz alfan