Ibnu Taimiyyah menyampaikan bahwa lafadz صَوْم (Shaum) berasal dari kata صَمّ (Shamm), karena biasanya setiap fi’il ajwaf (yang ‘ain fi’il-nya huruf ‘illah) asalnya adalah fi’il mudho’af (‘ain dan lam fi’il-nya sama), diganti dengan huruf ‘illah untuk meringankan.
Beliau berkata:
وَمِنْهُ فِي الِاشْتِقَاقِ الْأَكْبَرِ الصَّوْمُ
Termasuk isytiqoq akbar adalah lafadz صَوْم dari صَمّ (Majmu’ Fatawa: 17/228)
Kata Ibnu Faris:
الصَّادُ وَالْمِيمُ أَصْلٌ يَدُلُّ عَلَى تَضَامِّ الشِّيءِ وَزَوَالِ الْخَرْقِ وَالسَّمِّ
Setiap kata yang terdiri dari huruf shod dan mim menunjukkan makna tersumbat dan tidak adanya rongga atau lubang (Maqoyis al-Lughah: 3/227)
Itu sebabnya tuli disebut صُمّ karena ada yang menyumbat di lubang telinganya.
Sehingga صَوْم adalah menyumbat mulut dari apa-apa yang masuk ke dalamnya dan ucapan kotor yang keluar darinya.
Lawan dari صَوْم adalah فِطْر yang artinya membuka.
Kata Ibnu Faris:
الْفَاءُ وَالطَّاءُ وَالرَّاءُ أَصْلٌ صَحِيحٌ يَدُلُّ عَلَى فَتْحِ شَيْءٍ وَإِبْرَازِهِ
Setiap kata yang terdiri dari huruf faa, tho, dan roo menunjukkan makna membuka sesuatu atau menampakkannya (Maqoyis al-Lughah: 4/510)
Sebagaimana firman Allah:
إِذَا السَّمَاءُ انفَطَرَتْ
Apabila langit terbelah (Al-Infithor: 1)
Maka langit ketika itu terbuka menjadi nampak apa-apa yang ada di dalamnya.
Sehingga makna yang pas untuk عِيْدُ الفِطْرِ sesuai dengan konteksnya, adalah “kembali membuka mulut” setelah sebulan penuh kita menyumbat mulut dalam rangka men-training dan men-sterilkannya dari hal-hal yang dilarang, maka hari ini Allah perbolehkan kita membuka mulut kembali. Alhamdulillah…
Hanya saja perlu diingat, kembali membuka mulut bukan berarti balas dendam. Ingat, kita semua mendambakan apa yang menjadi tujuan puasa, yaitu bertaqwa, maka jangan sampai hari ini menjauhkan kita dari ciri-ciri orang yang bertaqwa. Hati-hatilah dalam membuka mulut…
Ustadz nadwa abu khunaiza