Memang benar, nabi pernah menyebut nama musuhnya dg terang dan gamblang. Namun di zaman yang penuh fitnah, zaman yg penuh "iltibas" jangan bermudah²an menyebut nama orang, baik memuji maupun memusuhi apalagi jika orangnya masih hidup...
Jika engkau memuji tokoh A, maka pembencinya langsung memusuhi dakwahmu, jika engkau mencela tokoh B, maka pencintanya akan menolak dakwahu... Mereka langsung menolak dakwahmu sebelum menelaah isi dan kandungannya..hanya karena penyebutan nama tokoh, baik yg engkau puji maupun yg engkau cela.
Ini bukan soal boleh dan tidak boleh. Namun begitulah realita zaman ini. Lebih baik Kaitkan manusia dg dalil bukan dg nama tokoh² terutama mereka yg masih hidup. Jangan smpai penyampaian dalil itu terhalangi karena penyebutan tokoh² yg masih hidup bahkan yg sudah wafat.
Maka tidaklah mengherankan ketika al-Imam Abu al-Izz pensyarah aqidah tahawiyah menukil ucapan Ibnu Taimiyah harfan-harfan tanpa menyebutkan nama syaikul islm Ibnu Taimiyah... Beliau jauh2 hari sudah memahami fiqh waqi' ini.
Anda boleh tidak setuju dg pikiran saya.
Ustadz Dr fadlan fahamsyah