Jumat, 21 April 2023

Bagaimana kalau orang melihat dengan mata kepalanya sendiri haqqul yaqin tanpa ragu hilal Ramadhan atau Syawwal lalu bersaksiannya ditolak oleh hakim?Ada tiga pendapat sebagaimana yang diringkas Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawanya berikut

Bagaimana kalau orang melihat dengan mata kepalanya sendiri haqqul yaqin tanpa ragu hilal Ramadhan atau Syawwal lalu bersaksiannya ditolak oleh hakim?
Ada tiga pendapat sebagaimana yang diringkas Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawanya berikut:

الْحَمْدُ لِلَّهِ، إذَا رَأَى هِلَالَ الصَّوْمِ وَحْدَهُ أَوْ هِلَالَ الْفِطْرِ وَحْدَهُ فَهَلْ عَلَيْهِ أَنْ يَصُومَ بِرُؤْيَةِ نَفْسِهِ؟ أَوْ يُفْطِرَ بِرُؤْيَةِ نَفْسِهِ؟ أَمْ لَا يَصُومُ وَلَا يُفْطِرُ إلَّا مَعَ النَّاسِ؟ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْوَالٍ هِيَ ثَلَاثُ رِوَايَاتٍ عَنْ أَحْمَد: أَحَدُهَا: أَنَّ عَلَيْهِ أَنْ يَصُومَ وَأَنْ يُفْطِرَ سِرًّا وَهُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ. وَالثَّانِي: يَصُومُ وَلَا يُفْطِرُ إلَّا مَعَ النَّاسِ وَهُوَ الْمَشْهُورُ مِنْ مَذْهَبَ أَحْمَد وَمَالِكٍ وَأَبِي حَنِيفَةَ. وَالثَّالِثُ: يَصُومُ مَعَ النَّاسِ وَيُفْطِرُ مَعَ النَّاسِ وَهَذَا أَظْهَرُ الْأَقْوَالِ

"Al-Hamdu lillaah, Jika dia melihat hilal puasa sendirian atau hilal Syawwal sendirian apakah dia harus puasa atau berlebaran sendiri? Atau harus ikut orang ramai? 
Ada tiga pendapat dalam masalah ini dan kesemuanya adalah riwayat dari Ahmad.
Pertama, Dia harus puasa dan berlebaran secara rahasia. Ini adalah madzhab Syafi'i.
Kedua, Kalau puasa dia harus puasa sendiri, tapi kalau lebaran berbuka Syawwal harus bersama orang ramai. Ini adalah pendapat Ahmad, Malik, Abu Hanifah.
Ketiga, Dia tetap harus puasa dan berbuka bersama orang banyak. Inilah pendapat terkuat.
=======================

Terlepas apa yg dirajihkan Ibnu Taimiyah di atas dan beliau mengemukakan alasannya panjang lebar di kitab itu sampai 4 halaman berikutnya, tapi yang menarik dalam madzhab Syafi'i orang yang melihat hilal Syawwal sendirian maka dia harus berbuka tapi secara sembunyi. lalu shalat Idnya tetap bersama orang ramai besoknya.

Beberapa kitab madzhab Syafi'i mengemukakan alasannya seperti Asy-Syirazi dalam Al-Muhadzdzab, agar dia tidak terkena tuhmah (tuduhan miring) atau dihukum oleh penguasa. (Lihat Al-Majmu' jilid 6 hal. 276).

Dari alasan ini dapat disimpulkan bahwa dalam madzhab Syafi'i orang boleh berbuka terlebih dahulu lalu shalatnya mengikuti orang ramai karena menjaga persatuan atau hal lain yang dianggap lebih mashalat.
Ustadz A taslim