Minggu, 30 April 2023

Menyayangi mahluk di bumi"

"Menyayangi mahluk di bumi"

Mereka yang menyayangi, Allah ta'ala merahmati mereka. Sayangilah mahluk di bumi  (manusia,  hewan, dan lainnya)  Allah yang di langit akan menyayangi kalian. Rahim (kerabat) adalah akar, barangsiapa menyambungnya Allah akan menyambungnya, barangsiapa memutuskannya, Allah akan memutusnya."

https://dorar.net/hadith/sharh/73065

صحيح الترمذي 2

https://drive.google.com/file/d/1zeOzePZg6OBZhAhZX2wYtqIFXn1LPOVJ/view?usp=drivesdk

Dalam hadits ini,  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: " Mereka yang menyanyangi", yaitu mereka yang menyanyangi mahluk di bumi,  yaitu manusia,  hewan,  burung,  atau selainnya,  sayang dan kasihan,  maka Allah akan menyanyangi mereka,   dengan rahmatNya yang luas atas segala sesuatu,  Dia akan memberikan karunia atas mereka,  ampunan, dan kebaikanNya,  sebagai balasan setimpal.  Allah ta'ala disifatkan dengan "ar Rahmah" Maha penyayang,  Maha pengasih. Dan Rahmat Allah,  tidak seperti rahmatnya mahluk.  Allah ta'ala berfirman:

 لَیۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَیۡءࣱۖ وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ 
[سُورَةُ الشُّورَىٰ: ١١]

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat."

Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk merahmati,  menyayangi: "Rahmatilah,  sayangilah  yang di bumi, Dia yang di langit akan menyayangi kalian."

Yaitu sayangilah bermacam-macam mahluk di bumi, Dia yang di langit, akan menyayangi kalian.  Yaitu Allah yang di atas Arsy,  di atas langitNya. 

Lalu nabi bersabda: 

"Rahim (kerabat) adalah akar, barangsiapa menyambungnya Allah akan menyambungnya, barangsiapa memutuskannya, Allah akan memutusnya."

Yaitu kerabat adalah berbelit-belit seperti akar,  barangsiapa menyambungnya maka Allah akan menyambung Rahmat dan KebaikanNya,  dan kenikmatanNya, barangsiapa memutuskannya,  Dia akan memutuskannya. 

***
@hsn

Siapa yang benar benar menggunakan akal?

Siapa yang benar benar menggunakan akal?

Imam Al Haramain Al Juwaini berkata:
العقل لا يدل على حسن شيئ ولا قبحه في حكم التكليف، وإنما يتلقى التحسين والتقبيح من موارد الشرع وموجب السمع.
Akal pikiran tidak dapat mengetahui baik dan buruknya sesuatu bila berkaitan dengan hukum taklif (hukum agama), baik dan buruk sesuatu hanya bisa diketahui dari dalil dalil syar’i dan dalil naqli. (Al Irsyad oleh Al Juwaini 258)

Namun demikian, Ketika berbicara dalam ilmu fiqih, Imam Al Juwaini dan yang sepaham dengannya menggunakan dalil Qiyas yang benar benar bertumpu pada penetapan ‘illah (alasan penetapan suatu hukum). Dan illah suatu hukum adalah kemaslahatan yang hendak diwujudkan dari penetapan suatu hukum atau madharat yang hendak dicegah dengan penetapan hukum tersebut.

Sedangkan penetapan ‘illah suatu hukum dapat ditempuh dengan berdasarkan dalil, ada ada pula yang dilakukan melalui ijtihad, alias penggunaan akal pikiran untuk mengetahui maslahat yang hendak dicapai dari penetapan suatu hukum.

Adapun Ibnu Taimiyyah, beliau membagi syari’at menjadi 3 kelompok: 
1. Syari’at syari’at yang setiap manusia berakal sehat dapat mengetahui kebaikan atau keburukannya, walau tanpa turun syari’at. Dengan demikian syari’at menetapkan hukum yang sejalan dengan tuntutan akal sehat. Semisal jujur, dermawan, berbakti kepada orang tua dan lainnya.
2. Syari’at memerintahkan sesuatu maka ia menjadi baik dan melarang sesuatu lainnya makai a menjadi buruk, semua itu murni karena adanya perintah dan larangan, semisal menghadap ke Ka’bah ketika shalat yang sebelumnya menghadap ke Baitul Maqdis, baik buruknya arah tersebut benar benar hanya diketahui berdasarkan adanya perintah atau larangan.
3. Syari’at yang benar benar merupakan ujian untuk menguji kadar kepatuhan hamba kepada Allah Ta’ala, semisal perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail alaihimassalam. 

Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa ada sekte ekstrim kiri sehingga beranggapan bahwa smua syari;at masuk dalam kelompok ketiga, murni ujian tanpa ada ruang bagi akal untuk memahami hikmah dan tujuannya. 

Dan ada kelompok ekstrim kanan sehingga beranggapan bahwa semua syari’at harus bisa dinalar maksud dan tujuannya.

Dan kemudian beliau menjalaskan bahwa ahlussunnah moderat dalam penggunaan akal pikiran, sehingga akal dapat mengetahui baik buruknya Sebagian syari’at dan tidak mampu mengetahui Sebagian lainnya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 8/431-436)

Menarik bukan mempelajari ilmu agama secara terbuka ? yuk, daftarkan diri anda di sini: https://pmb.stdiis.ac.id/
Ustadz Dr muhammad arifin badri Ma

Sabtu, 29 April 2023

Memang benar, nabi pernah menyebut nama musuhnya dg terang dan gamblang. Namun di zaman yang penuh fitnah, zaman yg penuh "iltibas" jangan bermudah²an menyebut nama orang, baik memuji maupun memusuhi apalagi jika orangnya masih hidup...

Memang benar, nabi pernah menyebut nama musuhnya dg terang dan gamblang. Namun di zaman yang penuh fitnah, zaman yg penuh "iltibas" jangan bermudah²an menyebut nama orang, baik memuji maupun memusuhi apalagi jika orangnya masih hidup... 

Jika engkau memuji tokoh A, maka pembencinya langsung memusuhi dakwahmu, jika engkau mencela tokoh B, maka pencintanya akan menolak dakwahu... Mereka langsung menolak dakwahmu sebelum menelaah isi dan kandungannya..hanya karena penyebutan nama tokoh, baik yg engkau puji maupun yg engkau cela. 

Ini bukan soal boleh dan tidak boleh. Namun begitulah realita zaman ini. Lebih baik Kaitkan manusia dg dalil bukan dg nama tokoh² terutama mereka yg masih hidup. Jangan smpai penyampaian dalil itu terhalangi karena penyebutan tokoh² yg masih hidup bahkan yg sudah wafat. 

Maka tidaklah mengherankan ketika al-Imam Abu al-Izz pensyarah aqidah tahawiyah menukil ucapan Ibnu Taimiyah harfan-harfan tanpa menyebutkan nama syaikul islm Ibnu Taimiyah... Beliau jauh2 hari sudah memahami fiqh waqi' ini. 

Anda boleh tidak setuju dg pikiran saya.
Ustadz Dr fadlan fahamsyah

Imam Malik rahimahullah berpendapat dibencinya bacaan yasin atau selainnya saat sakarotul maut karena lemahnya hadits yang datang tentang itu dan itu bukan amalan manusia.

وذهب الإمام مالك رحمه الله إلى كراهة قراءة سورة يس أو غيرها عند المحتضر ، لضعف الحديث الوارد في ذلك ، ولأنه ليس من عمل الناس .

Imam Malik rahimahullah berpendapat dibencinya bacaan yasin atau selainnya saat sakarotul maut karena lemahnya hadits yang datang tentang itu dan itu bukan amalan manusia.

انظر : الفواكه الدواني" (1/284) ، "شرح مختصر خليل" (2/137) .

Imam Abul Hasan Al Adawi Al Maliki rahimahullah juga berpendapat :

بل يكره عند ‌قراءة يس أو غيرها عند موته أو بعده أو على قبره

“Bahkan dibenci membaca Yasin atau yang selainnya ketika seseorang akan meninggal atau setelah meninggal atau dibaca di atas kuburnya.”
(Hasyiyah Al Adawi, 1/409)
Pengetauhuan muslim

10 KAIDAH MEMAHAMI BID’AH

10 KAIDAH MEMAHAMI BID’AH

(١)-كُلُّ عِبَادَةٍ تُسْتَنَدُ إِلَى حَدِيْثٍ مَكْذُوْبٍ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهِيَ بِدْعَةٌ .

[1] Setiap ibadah yang disandarkan kepada hadits palsu atas nama Rasulullah ﷺ adalah bid’ah.

(٢)-كُلُّ عِبَادَةٍ تُسْتَنَدُ إِلَى الرَّأْيِ الْمُجَرَّدِ وَالْهَوَى فَهِيَ بِدْعَةٌ كَقَوْلِ بَعْضِ الْعُلَمَاءِ أَوِ الْعُبَّادِ أَوْ عَادَاتِ بَعْضِ الْبِلَادِ أَوْ بَعْضِ الْحِكَايَاتِ وَالْمَنَامَاتِ .

[2] Setiap ibadah yang disandarkan kepada pendapat semata dan hawa nafsu maka itu adalah bid’ah. Seperti pendapat sebagian ulama atau ahli ibadah atau kebiasaan sebagian daerah atau sebagian cerita cerita dan mimpi mimpi

(٣)-إِذَا تَرَكَ الرَّسُوْلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِعْلَ عِبَادَةٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ مَعَ كَوْنِ مُوْجِبِهَا وَسَبَبِهَا الْمُقْتَضِيْ لَهَا قَائِمًا ثَابِتًا ، وَالْمَانِعِ مِنْهَا مُنْتَفِيًا فَإِنَّ فِعْلَهَا بِدْعَةٌ .

[3] Jika Rasulullah ﷺ meninggalkan suatu ibadah yang ada padahal faktor dan sebab yang menuntut adanya pelaksanaan itu ada, dan faktor penghalangnya tidak ada maka melaksanakan ibadah tersebut adalah bid’ah.

(٤)-كُلُّ عِبَادَةٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ تَرَكَ فِعْلَهَا السَّلَفُ الصَّالِحُ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ أَوْ نَقَلَهَا أَوْ تَدْوِيْنَهَا فِيْ كُتُبِهِمْ أَوِ التَّعَرُضَ لَهَا فِيْ مَجَالِسِهِمْ فَإِنَّهَا تَكُوْنُ بِدْعَةً بِشَرْطِ أَنْ يَكُوْنَ الْمُقْتَضِي لِفِعْلِ هَذِهِ الْعِبَادَةِ قَائِمًا وَالْمَانِعِ مِنْهُ مُنْتَفِيًا
.
[4] Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh Salafus Shalih dari kalangan para Sahabat, Tabi’in dan Taabi’ut Tabi’in atau mereka tidak menukilnya dalam kitab kitab mereka atau tidak pernah menyinggung masalah tersebut dalam majelis majelis mereka maka jenis ibadah tersebut adalah bid’ah dengan syarat faktor tuntutan untuk melakukan itu ada dan faktor penghalangnya tidak ada

(٥)-كُلُّ عِبَادَةٍ مُخَالِفَة لِقَوَاعِدِ هَذِهِ الشَّرِيْعَةِ وَمَقَاصِدِهَا فَهِيَ بِدْعَةٌ.

[5] Setiap ibadah yang menyelisihi kaedah kaedah Syari'at dan tujuan tujuannya maka dia adalah bid’ah.

(٦)-كُلُّ تَقَرُّبٍ إِلَى اللَّهِ بِفِعْلِ شَيْءٍ مِنَ الْعَادَاتِ أَوِ الْمُعَامَلاَتِ مِنْ وَجْهٍ لَمْ يَعْتَبِرْهُ الشَّارِعُ فَهُوَ بِدْعَةٌ .

[6] Semua taqorrub kepada Allah dengan adat kebiasaan atau mu’amalah dari sisi yang tidak dianggap (diakaui) oleh Syari’at maka itu adalah bid’ah.

(٧)-كُلُّ تَقَرُّبٍ إِلَى اللَّهِ بِفِعْلِ مَا نَهَى عَنْهُ سُبْحَانَهُ فَهُوَ بِدْعَةٌ .

[7] Semua taqorrub kepada Allah dengan cara melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah Ta’ala adalah bid’ah.

(٨)-كُلُّ عِبَادَةٍ وَرَدَتْ فِيْ الشَّرْعِ عَلَى صِفَةٍ مُقَيَّدَةٍ ، فَتَغْيِيْرُ هَذِهِ الصِّفَةِ بِدْعَةٌ .

[8] Setiap ibadah yang dibatasi dengan tatacara tertentu dalam syari’at maka merubah tatacara ini adalah bid’ah.

(٩)-كُلُّ عِبَادَةٍ مُطْلَقَةٍ ثَبَتَتْ فِيْ الشَّرْعِ بِدَلِيْلٍ عَامٍ فَإِنَّ تَقْيِيْدَ إِطْلاَقِ هَذِهِ الْعِبَادَةِ بِزَمَانٍ أَوْ مَكَانٍ مُعَيَّنٍ أَوْ نَحْوِهِمَا بِحَيْثُ يُوْهِمُ هَذَا التَّقْيِيْدَ أَنَّهُ مَقْصُوْدٌ شَرْعًا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَدُلَّ الدَّلِيْلُ الْعَامُ عَلَى هَذَا التَّقْيِيْدِ فَهُوَ بِدْعَةٌ.

[9] Setiap ibadah yang mutlaq yang telah tetap dalam Syari’at dengan dalil umum, maka membatasi ibadah ini dengan waktu atau tempat tertentu atau yang semisalnya, sehingga menimbulkan anggapan bahwa pembatasan ini adalah yang dimaksudkan secara Syari’at tanpa ada dalil umum yang menunjukan terhadap pembatasan ini, maka dia adalah bid’ah.

(١٠)-الْغُلُوُّ فِيْ الْعِبَادَةِ بِالزِّيَادَةِ فِيْهَا عَلَى الْقَدْرِ الْمَشْرُوْعِ وَالتَّشَدُّدِ وَالتَّنَطُّعِ فِيْ الْإِتْيَانِ بِهَا بِدْعَةٌ .

[10] Bersikap ghuluw (berlebihan) dalam beribadah dengan menambah diatas batasan yang telah ditentukan oleh syari’at dan bersikap Tasyaddud (mempersulit diri) serta bersikap Tanaththu’ (memberatkan diri) dalam melaksanakannya maka itu adalah bid’ah. (Qawa'id ma'rifatil bida', Syaikh Muhammad bin Husain Al Jaizani, hal. 68-122)
Ustadz abu ghozie 

Mendudukkan dalil aqli (Qiyas)

Mendudukkan dalil aqli (Qiyas)  

Imam Syafii rahimahullah berkata:
ونحكم بالاجماع ثم القياس وهو أضعف من هذا ولكنها منزلة ضرورة لانه لا يحل القياس والخبر موجود كما  يكون التيمم طهارة في السفر عند الاعواز من الماء ولا يكون طهارة إذا وجد الماء إنما يكون طهارة في الاعواز وكذلك يكون ما بعد السنة حجة إذا أعوز من السنة
Dan kami menetapkan hukum berdasarkan ijma’ ulama’ (consensus), kemudian dengan Qiyas, sedangkan Qiyas itu kedudukannya lebih lemah dibanding Ijma’. Namun berdalil dengan Qiyas itu adalah kondisi darurat, karena tidak halal berdalil dengan Qiyas bila ternyata ada dalil naqli (khabar). 

Bagaikan bertayammum sah menjadi metode bersuci di saat safar bila tidak mendapatkan air, dan t idak dapat menjadi metode bersuci bila terdapat air.  Tayammum menjadi media bersuci bila tidak ada dalil naqli (khabar).

Demikian pula halnya dengan kedudukan Qiyas sebagai dalil setelah As Sunnah, dapat dijadikan dalil bila tidak ada dalil dari As Sunnah. (Akhir Kitab Ar Risalah oleh Imam As Syafii).

Para ulama’ ushul fiqih salah satunya Az Zarkasyi menjelaskan pernyataan Imam Syafii di atas bahwa seorang ahli fiqih tidak dibenarkan untuk menetapkan satu hukum dengan berdalilkan Qiyas, melainkan bila tidak menemukan dalil naqli. (Al Bahru Al Muhith)

Adapun berdalil dengan Qiyas yang sejalan dengan dalil Naqli; Al Qur’an atau As Sunnah, sehingga dalil Qiyas menguatkan dalil Naqli maka itu tidak mengapa.

Yang dipersoalkan dan ditentang oleh para ulama’ diantaranya oleh Imam As Syafii di atas ialah bila anda menetapkan hukum hanya berdasarkan dengan Qiyas (dalil aqli) tanpa menghiraukan dalil Naqli, atau bahkan sadar bertentangan atau menolak dalil Naqli, maka itu adalah satu kesalahan besar.

Karena itu dalam teori ushul fiqih, suatu Qiyas yang bertentangan dengan dalil Naqli disebut dengan Qiyas Fasid Al I’itibar (Qiyas yang tidak pada tempatnya alias tertolak). 

Sebagaimana para ulama’ juga menegaskan bahwa dalil Aqli (Qiyas) hanya berlaku pada hal hal yang dapat dinalar alasannya . Adapun hal hal yang bersifat gaib, atau ta’abbudi, maka tidak berlaku dalil Naqli/Qiyas .

Kenapa? 

Alasannya karena Qiyas bertumpu pada kepastian ‘illah (alasan penetapan suatu hukum), sedangkan dalam hal gaib atau yang bersifat ta’abbudi, maka illah penetapan hukumnya tidak diketahui, sehingga tidak memungkinkan adanya praktek Qiyas.

Anda semakin tertarik mempelajari dalil Qiyas dan metode kritik terhadap dalil Qiyas? Daftarkan segera diri anda di sini: https://pmb.stdiis.ac.id/ selagi kesempatan masih terbuka.
Ustadz Dr muhammad arifin badri Ma

SEMANGATLAH_BERJIHAD#DIJALAN_ILMU

#SEMANGATLAH_BERJIHAD
#DIJALAN_ILMU

Firman Allah Ta'ala :

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". (Qs. At Taubah : 122).
Ustadz alif el qibty

Baginda Nabi berlepas diri dari ahlul bait yang menyulut fitnah al-sarro' , sebab penghubung dengan Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah ketakwaan kepada Allah, bukan sekedar tali nasab darah

Baginda Nabi berlepas diri dari ahlul bait yang menyulut fitnah al-sarro' , sebab penghubung dengan Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah ketakwaan kepada Allah, bukan sekedar tali nasab darah

Baginda Nabi mengabarkan bahwa nanti akan ada :
1. Fitnah al-Ahlas
2. Fitnah al Sarro'
3. Fitnah al Duhaima'

Fitnah Sarro' itu bermula dari orang yang secara nasab bersambung kepada baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tapi perbuatannya tidak sesuai dengan sunnah Nabi, maka beliau berlepas diri dari padanya. 
Berikut haditsnya:

فتنةُ الأحلاسِ هربٌ وحربٌ ، 
ثم فتنةُ السَّرَّاءِ ، دخنُها من تحتِ قدمِ رجلٍ من أهلِ بيتي ، يزعم أنه مني ، وليس مني وإنما أوليائي المتَّقون ، 
ثم يصطلِحُ الناسُ على رجلٍ ، كوَرْكٍ على ضِلَعٍ ، ثم فتنةُ الدُّهَيماءِ ...(د حم، حديث صحيح)
كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يُخبِرُ أصحابَه رضِيَ اللهُ عنهم بأزمانِ الفِتَنِ وما بها؛ حتَّى يَحذَرُوها ويَحذرُوا منها، ويكونَ رأيُهم راشدًا مُوفَّقًا.
وفي هذا الحديثِ يقولُ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ عِندَما ذَكَر الفِتنَ بين أصحابِه حتى أكثرَ الكلامَ والتبيينَ فيها، كما أخبرَ ابنُ عُمرَ رضِيَ اللهُ عنهما -كما عِندَ أبي داودَ-: "فِتنةُ الأَحلاسِ؟" والأَحلاسُ جمعُ حِلْسٍ: وهوَ الكِساءُ الذي يَلِي ظَهرَ البَعيرِ، وقيلَ: سُمِّيتْ بذلكَ لدَوامِها وطُولِ بَقائِها، قال النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: "هي هَرَبٌ وحَرَبٌ"، أي: يكونُ النَّاسُ في تلكَ الفِتنةِ في بَعضِهم فرارٌ مِن قِتالٍ وعَداوةٍ، وبينَ بَعضِهم حَربٌ وقِتالٌ حتَّى تُذهِبَ المالَ والولدَ.
ثمَّ قال النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: "فِتنةُ السرَّاءِ" وهي تلكَ الفِتنةُ التي تَلي فِتنةَ الأحلاسِ، ويكونُ سبَبُ وُقوعِها البَطَرَ، وأشَرَ النِّعمةِ، وكثرةَ المعاصي معَ كَثرةِ التَّنعُّمِ، وما بالنَّاسِ مِن الصِّحَّةِ والرَّخاءِ، "دَخَنُها"، أي: مَبدؤُها، "مِن تَحتِ قَدَميْ رَجُلٍ مِن أهلِ بَيتي، يزعُمُ أنَّه منِّي، وليسَ منِّي، وإنَّما أوليائي المُتَّقونَ"، أي: إنَّ الذي سَيسعى في إثارتِها رَجُلٌ يمتدُّ نسَبُه إلى رَسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، ثمَّ تبرَّأَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ مِن نَسبِه هذا؛ لأنَّ الصِّلةَ التي بينَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وبينَ المسلمينَ هيَ تَقوى اللهِ عزَّ وجلَّ.
قالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: "ثمَّ يَصطَلِحُ النَّاسُ على رَجُلٍ كَوَرِكٍ على ضِلَعٍ"، أي: يَجتَمِعونَ على بَيعةِ رَجُلٍ ليسَ أهلًا لتِلكَ البَيعةِ، فهيَ مِثلُها مِثلُ الوَرِكِ الذي لا يَستقِيمُ على ضِلَعٍ؛ لثِقَلِ الوَرِكِ عنِ الضِّلَعِ.
ثمَّ ذكَرَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ الفِتْنةَ التي تَلِيها فقال: "فِتنةُ الدُّهَيْماءِ"، أي: الفِتنةُ السَّوداءُ المُظلِمةُ، "لا تَدَعُ أحدًا مِن هذِه الأُمَّةِ إلَّا لَطَمتْه لَطْمةً"، وهذا كِنايةٌ عن شِدَّتِها، وضَررِها، وشُمولِها لكلِّ مَن شَهِدَها، واللَّطمُ: الضَّربُ على الوَجهِ، "فإذا قيلَ: انقَضتْ تَمادتْ"، أي: كلَّما ظنَّ النَّاسُ أنَّها انْتهَت استمرَّتْ وعَظُمتْ، "يُصبِحُ الرَّجُلُ فيها مُؤمِنًا، ويُمسي كافرًا"؛ وذلكَ لِهَولِها وعِظَمِها، فتَحتارُ مَعها عُقولُ الرِّجالِ، "حتَّى يَصيرَ النَّاسُ إلى فُسطاطَينِ: فُسطاطِ إيمانٍ لا نِفاقَ فيهِ، وفُسطاطِ نِفاقٍ لا إيمانَ فيهِ"، أي: حتَّى يَنقسِمَ النَّاسُ في تلكَ الفِتنةِ إلى فَرِيقَينِ: فريقِ إيمانٍ خالصٍ، وفريقِ نِفاقٍ خالصٍ. والفُسطاطُ: الخَيمةُ. "فإذا كانَ ذاكُم"، أي: فإذا ظَهرَ فِيكمْ ذلكَ، "فانتَظِروا الدَّجَّالَ مِن يَومِه أو غَدِه"، أي: إنَّها عَلامةُ ظُهورِ الدَّجَّالِ.

وفي الحديثِ: عَلامةٌ مِن علاماتِ نُبوَّتِه صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ.
وفيه: التَّحذيرُ مِن الإيمانِ الذي يَشوبُه النِّفاقُ .

kapan seorang keluar dari ahlu sunnah

Bela Nama Baik Saudaramu

Bela Nama Baik Saudaramu

عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ ذَبَّ عَنْ ‌لَحْمِ ‌أَخِيهِ بِالْغِيبَةِ  ، كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يُعْتِقَهُ مِنَ النَّارِ "
Dari Asma’ binti Yazid, Nabi bersabda, “Siapa saja yang membela ‘daging’ saudaranya yang digunjing Allah wajibkan dirinya untuk membebaskan orang tersebut dari api neraka” HR Ahmad no 27609

إذا انُتهك عرضُ المسلمِ، وأسيء إليه حال غيبته، فيجب على من سمع ذلك أن يرد عنه بالغيب، وأن يذكر محاسن هذا الذي وقع الطعن عليه ذبا عنه وردا لهذا المغتاب، فإذا فعل ذلك فإن الله تعالى يرد عنه النار يوم القيامة والجزاء من جنس العمل.

Jika nama baik seorang muslim dinodai dan dirusak saat orang tersebut tidak hadir di tempat WAJIB atas semua orang yang mendengar gunjingan tersebut untuk 

1) membela nama baik saudaranya dengan memberikan bantahan dan
 2) menyebutkan sisi-sisi baik dari orang yang menjadi objek gunjingan dalam rangka membela saudaranya dan membantah penggunjing.

 Siapa saja yang melakukan hal tersebut Allah akan mencegahnya dari api neraka pada hari Kiamat nanti karena balasan suatu perbuatan itu sejenis dengan perbuatan yang telah dilakukan.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ ‌رَدَّ ‌عَنْ ‌عِرْضِ أَخِيهِ ‌رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ "

Dari Abu Darda’, Nabi bersabda, “Siapa yang membela nama baik saudaranya sesama muslim Allah akan mencegah wajahnya dari neraka pada hari Kiamat” HR Ahmad no 27543

عِرْضُ المُؤمِنِ كدَمِه؛ فمَن هَتَك عِرْضَه، فكأنَّه سَفَكَ دمَه، ومَن عَمِل على صونِ عِرْضِه، فكأنَّه صان دَمَه، وفي هذا الحديثِ يقولُ النَّبيُّ صلَّى اللهُ علَيه وسلَّم: "مَن رَدَّ عن عِرْضِ أخيه"، أي: منَع ما يُقالُ في حقِّ أخيه المسلِمِ وهو غائبٌ، فرَدَّ على مَن يذكُرُه ويَعيبُ فيه؛ قيل: وردُّه أن يمنَعَه قَبلَ الوقوعِ فيه بالزَّجرِ والرَّدعِ، وإمَّا بَعْدَه، فيَرُدُّ ما قاله عليه، "رَدَّ اللهُ عن وجهِه النَّارَ يومَ القيامةِ"، أي: كان أجرُه أن يُجازَى بمِثلِ فِعلِه، وهو أن يَرُدَّ اللهُ عنه النَّارَ في الآخرةِ.
وفي الحديثِ: النَّهيُ عن غِيبةِ المُسلِمِ.
وفيه: الحضُّ على نَهْيِ مَن وقَع في غِيبةِ المُسلمِ.

Nama baik seorang muslim itu seperti darahnya. Siapa saja yang merusak nama baik seorang muslim seakan menumpahkan darahnya. Oleh karena itu siapa saja yang melindungi nama baik seorang muslim seakan menjaga dan melindungi darahnya. Di hadis ini ‘Siapa saja yang membela nama baik saudaranya’ artinya mencegah berbagai omongan terkait saudaranya sesama muslim yang dalam posisi tidak ada di tempat dengan memberikan sanggahan kepada orang yang menyebut-nyebut dan mencela saudaranya. Membela nama baik sesama muslim yang menjadi objek gunjingan itu mencakup dua hal. 

1) mencegah calon pelaku ghibah sebelum melakukannya dengan melarang dan menegur keras orang tersebut. 
2) mencegah setelah terjadi dengan membantah dan mencegah perkataan pelaku ghibah.

 Balasan yang Allah sediakan bagi pembela nama baik saudaranya yang menjadi objek ghibah adalah ‘Allah akan mencegah wajahnya dari api neraka pada hari Kiamat’. Artinya balasan untuknya adalah semisal perbuatan dan amal shalih yang telah dilakukan. Hadis ini menunjukkan larangan ghibah dan dorongan kuat untuk melarang orang yang menggunjing seorang muslim.

Syaikh Ibnu Baz menjelaskan,

وهذا يدل على فضل الذب عن أخيه، والمسلم يذب عن أخيه والمرأة تذب عن أخيها في الله وأختها في الله فإذا رآه يتكلم في عرضه يقول: يا أخي! اتق الله ما بلغنا هذا ولا نعلم عليه إلا خيرًا، إذا كان يعلم عنه الخير ولم يبلغه عنه إلا الخير، لأن الغيبة شرها عظيم وفسادها كبير 

Hadis di atas menunjukkan besarnya pahala membela kehormatan saudara sesama muslim. Seorang muslim semestinya membela nama baik saudaranya. Seorang muslimah juga semestinya membela nama baik saudaranya baik laki-laki ataupun perempuan. Jika ada ada orang yang membicarakan dan merusak nama baiknya dia berikan pembelaan dengan mengatakan, ‘Saudaraku, takutlah kepada Allah kami tidak mengetahui adanya hal semisal itu. Kami tidak mengetahui tentang orang tersebut kecuali kebaikan’. Demikian yang semestinya dikatakan jika memang sebatas pengetahuannya orang tersebut adalah orang baik dan tidaklah dia ketahui tentang orang tersebut kecuali yang baik-baik saja. 

✔️ Sungguh GHIBAH itu kejahatannya MENGERIKAN dan kerusakan yang ditimbulkan darinya itu BESAR.

فالمقصود: أن الغيبة محرمة ومن الكبائر فيجب الحذر منها، وإذا سمع المسلم أو المسلمة من يغتاب يرد عليه ويقول: يا أخي! اتق الله تقول له: يا أخي! اتق الله، يقول له الرجل: يا أخي! اتق الله أو يا فلانة! اتقي الله هذا لا يجوز الغيبة محرمة؛ لقوله ﷺ: من رد عن عرض أخيه في الغيب رد الله عن وجهه النار يوم القيامة، ولأن هذا من إنكار المنكر، الله جل وعلا أمر بإنكار المنكر

Intinya, GHIBAH itu HARAM bahkan termasuk DOSA BESAR. Mewaspadai ghibah adalah sebuah kewajiban. Seorang muslim atau muslimah yang mendengar ada orang yang menggunjing semestinya mencegah dengan mengatakan, “Wahai saudaraku atau wahai fulanah takutlah kepada Allah. Perbuatan ini tidak boleh dilakukan. Ghibah hukumnya HARAM. Tindakan ini dilakukan karena hadis di atas dan karena hal tergolong mengingkari kemungkaran dan Allah itu memerintahkan untuk mengingkari kemungkaran. [sekian penjelasan Ibnu Baz].

✍🏻 Aris Munandar

Jumat, 28 April 2023

Al Qur’an dan Hadits vs Akal.

Al Qur’an dan Hadits vs Akal.

Sumber utama dalam beragama adalah dalil naqli, Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’.

Adapun akal pikiran manusia maka itu sekedar alat bantu untuk memahami dalil bukan sebagai sumber hukum beragama, apalagi menjadi acuan dalam menerima dalil.

Bila memang harus mamilih pada saat dianggap terjadi bertentangan, maka dalil Al Qur’an dan As Sunnah lebih didahulukan dibanding akal pikiran manusia.

Akal pikiran manusia bisa jongkok, atau konslet, atau kudet, atau kuper atau tulalit, sedangkan dalil Al Qur’an dan As Sunnah pasti benar.

Demikianlah prinsip beragama ummat Islam.

اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Terjemahan
Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (An Nur 51)
Ustadz Dr muhammad arifin badri Ma

Jisem dinafikan bukan malah dijadikan tolok ukur untuk menolak sifat Allah. Oke?

Jisem dinafikan bukan malah dijadikan tolok ukur untuk menolak sifat Allah. Oke?

Ibnu Abi Ya’la meriwayatkan dari Yunus bin Abd al-Ala al-Misri mengisahkan: Aku mendengar Abu Abdullah Muhammad Ibn Idris al-Syafi'i menjawab seseorang yang bertanya kepadanya tentang sifat-sifat Allah dan apa yang harus dipercayai tentang masalah tersebut, beliau menjawab:
لله تبارك وتعالى أسماء وصفات جاء بها كتابه وأخبر بها نبيه - صلى الله عليه وسلم - أمته........ أخبار الله سبحانه وتعالى أتانا أنه سميع وأن له يدين بقوله " بل يداه مبسوطتان " وأن له يميناً بقوله " والسموات مطويات بيمينه " وأن له وجهاً بقوله " كل شيء هالك إلا وجهه " وقوله " ويبقى وجه ربك ذو الجلال والإكرام " وأن له قدماً بقول النبي - صلى الله عليه وسلم -: " حتى يضع الرب فيها قدمه " يعني جهنم وأنه يضحك من عبده المؤمن بقول النبي - صلى الله عليه وسلم - للذي قتل في سبيل الله " إنه لقي الله وهو يضحك " إليه وأنه يهبط كل ليلة إلى سماء الدنيا بخبر رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بذلك وأنه ليس بأعور بقول النبي - صلى الله عليه وسلم -: " إذ ذكر الدجال فقال: إنه أعور وإن ربكم ليس بأعور " وأن المؤمنين يرون ربهم يوم القيامة بأبصارهم كما يرون القمر ليلة البدر وأن له إصبعاً بقول النبي - صلى الله عليه وسلم -: " ما من قلب إلا وهو بين إصبعين من أصابع الرحمن عز وجل " فإن هذه المعاني التي وصف الله بها نفسه ووصفه بها رسوله - صلى الله عليه وسلم - مما لا يدرك حقيقته بالفكر والروية فلا يكفر بالجهل بها أحد إلا بعد انتهاء الخبر إليه بها فإن كان الوارد بذلك خبراً يقوم في الفهم مقام المشاهدة في السماع وجبت الدينونة على سامعه بحقيقته والشهادة عليه كما عاين وسمع من رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ولكن يثبت هذه الصفات وينفي التشبيه كما نفى ذلك عن نفسه تعالى ذكره فقال: " ليس كمثله شيء وهو السميع البصير " .
Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, memiliki nama-nama dan sifat-sifat sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an dan dikabarkan oleh Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada umatnya .......

Berita Allah Subhanahu wa Ta’ala telah datang kepada kita bahwa Dia Maha Mendengar, dan bahwa Dia memiliki tangan sebagaimana ditegaskan pada firman-Nya: “Tidak, tangan-Nya terbentang (senantiasa memberi), (Al Maidah 64)  .

Dan bahwa Dia memiliki tangan kanan sebagaimana ditegaskan pada firman-Nya :  “Dan langit terlipat di tangan kanan-Nya, (Az Zumar 67). 

Dan bahwa Dia memiliki wajah, sebagaimana ditegaskan pada firman-Nya:  “Segala sesuatu dapat binasa kecuali wajah-Nya” (Al Qashash 88) dan firman-Nya, “Dan tetap ada wajah Tuhanmu yang agung dan mulia.” (Ar Rahman 27) 

Dan bahwa dia memiliki dua kaki, sebagaimana ditegaskan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : "Sampai Tuhan menginjakkan kaki-Nya ke neraka Jahannam". 

Dan bahwa dia tertawa melihat hamba-Nya yang beriman yang gugur di medan perang, sebagaimana ditegaskan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : "Dia menghadap Allah yang tertawa padanya.”.

Dan bahwa Dia turun setiap malam ke langit dunia sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang itu. 

Dan bahwa Dia tidak bermata satu, sebagaimana ditegaskan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  ketika menyebutkan Dajjal: Dajjal salah satu matanya cacat, sedangkan Tuhanmu tidak cacat mata-Nya." 

Dan bahwa orang-orang beriman akan melihat Tuhan mereka pada hari Qiyamat dengan mata mereka sebagaimana mereka mereka melihat bulan pada malam bulan purnama. 

Dan Allah memiliki jari, sebagaimana ditegaskan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :: “Tidak ada satu hatipun melainkan berada di antara dua dari jari-jari Ar Rahman (Dzat Yang Maha Penyayang,) Azza wa Jalla." 

Ini adalah makna-makna yang Allah gambarkan tentang diri-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam gambarkan tidak dapat didapat hanya berbekalkan akal pikiran dan penglihatan/pengamatan. Karenanya tidak ada seorangpun yang dinyatakan kafir karena ketidaktahuannya tentang masalah ini kecuali setelah berbagai dalil di atas sampai kepadanya. 

Bila berbagai kabar (dalil) ini telah sampai kepadanya dan ia memahaminya secara meyakinkan bagaikan keyakinan tentang sesuatu yang ia saksikan secara langsung, maka ia majib meyakininya (beriman dengannya) dan bersaksi dengannya sebagaimana bila ia bersaksi dengan sesuatu yang ia saksikan dan dengar secara langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam .  

Ia wajib menetapkan sifat sifat ini dan menjauhi sikap tasybih (menyerupakannya dengan sifat makhluq) sebagaimana Allah Ta’ala sendiri telah menafikan keserupaan sifat-Nya dengan makhluq, dengan firman-Nya: "Tidak ada yang menyerupai Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (As Syura 11) (Thabaqaat Al Hanabilah 1/283)

Abul Hasan Al Asya’ari juga berkata serupa:
وقال اهل السنة واصحاب الحديث ليس بجسم ولا يشبه الاشياء وانه على العرش كما قال عز و جل الرحمن على العرش استوى ولا نقدم بين يدى الله في القول بل نقول استوى بلا كيف وانه نور كما قال تعالى الله نور السموات والارض وان له وجها كما قال الله ويبقى وجه ربك وان له يدين كما قال خلقت بيدى وان له عينين كما قال تجرى بأعيننا وانه يجىء يوم القيامة وملائكته كما قال وجاء ربك والملك صفا صفا وانه ينزل الى السماء الدنيا كما جاء في الحديث ولم يقولوا شيئا الا ما وجدوه في الكتاب او جاءت به الرواية عن رسول الله
Dan Ahlus Sunnah dan Ashabul hadits mengatakan bahwa: Allah bukan tubuh dan tidak menyerupai benda apapun, dan bahwa Allah bersemayam di atas Aresy, seperti yang difirmankan Allah Azza wa Jalla: Ar Rahman berada di atas Aresy bersemayam. 

Kita tidak lancing mendahului Allah dalam suatu ucapan (keyakinan). Namun kita meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Aresy, tanpa menanyakan: bagaimana. Dan bahwa Allah adalah cahaya sebagaimana Allah firmankan: Allah adalah cahaya langit dan bumi. (An Nur 35)

Dan bahwa Allah memiliki wajah, sebagaimana Allah firmankan : Dan tetap ada wajah Tuhanmu.” (Ar Rahman 27) 

Dan bahwa Dia memiliki dua tangan, sebagaimana Allah firmankan: Sesuatu yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku, (Shaad 76) 

Dan bahwa Dia memiliki dua mata, sebagaimana Allah firmankan: Yang berlayar dengan penglihatan (pemeliharaan) Kami (Al Qamar 12) 

Dan bahwa Dia akan datang pada hari Qiyamat dan malaikat-Nya sebagaimana Allah firmankan : Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris.(Al Fajer 22)

Dan Dia akan turun ke langit terdekat (langit dunia), seperti yang telah ditegaskan dalam hadits.

Mereka (Ahlussunnah) tidak mengatakan apa-apa tentang Allah kecuali apa yang mereka temukan dalam Al Qur’an atau ditegaskan dalam riwayat dari Rasulullah. (Maqalaat Al Islamiyyin oleh Abul Hasan Al Asy’ari hal 211)

Bila anda bertambah penasaran dengan pembahasan semisal ini, anda bisa bergabung dengan para penuntut ilmu di sini: https://pmb.stdiis.ac.id/
Ustadz Dr muhamad.arifin badri Ma

10 amalan menggapai cinta Alloh Ta'ala

10 amalan menggapai cinta Alloh Ta'ala : 
1. Tilawah quran dgn tadabbur.
2. Mengamalkan sunnah2 .
3. Selalu berdzikir.
4. Mendahulukan amalan yg di Cintai Alloh .
5. Memahami Nama2 Nya Yang Maha Bagus dan Sifat2 Nya Yang Maha Tinggi.
6. Melihat dan mengingat kebaikan2Nya dan ni'mat2Nya.
7. khusyu' hati di hadapan Nya.
8. Menyendiri lalu ber istighfar dan taubat.
9. Duduk dgn orang2 jujur dan sholeh.
10. Menjauhkan diri dari semua yg menghalangi hati dengan Alloh Ta'ala. 
-Ibnul Qoyyim di madaarij salikiin-

قال ابن القيم رحمه الله:

 الأسباب الجالِبَة لمَحَبَّةِ الله عَشرَة: قِراءة القرآن بتَدَبُّر، والتَّقرُّب إليه بالنَّوافِل، ودوام ذِكْرِه، وإيثار مَحابِّه، ومُطالَعة القلب لأسمائه وصِفاته، ومُشاهدة إحسانِه ونِعَمِه، وانكسار القلب بين يديه، والخَلْوَة به بالاستِغفار والتوبة، ومُجالَسة المُحِبِّين الصادِقين، ومُباعَدة كل سَبب يَحُول بين القلب وبين الله عز وجل. منقول....
مدارج السالكين لابن القيم: (3/18، 19)

أحدها: قراءة القرآن بالتدبر والتفهم لمعانيه وما أريد به.

1). Membaca Al Qur’an dengan tadabur serta memahami makna-maknanya seperti yang dikehendaki-Nya. Al Qur’an adalah kalamullah yang datang lagsung dari-Nya dan berisi apa yang dimaui Allah Swt. Tidak mungkin orang bisa memahami maksud lawan bicaranya jika tidak mengerti bahasa komunikasinya. Memang membaca Al Qur’an adalah ibadah dan akan mendapatkan banyak kebaikan meskipun tidak paham. Namun,tujuan Al Qur’an diturunkan adalah dalam rangka sebagai petunjuk hidup yang mengharuskan untuk memahaminya terlebih dahulu sebelum diamalkan. Allah Swt berfirman mendorong hamaba-Nya untuk mentadabburi Al Qur’an.

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29). Ibnul Qayyim ra menyatakan, “Apabila engkau ingin memetik manfaat dari Al-Qur’an, maka fokuskan hatimu saat membaca dan mendengarkannya. Pasang baik-baik telingamu dan posisikanlah diri seperti posisi orang yang diajak bicara langsung oleh Dzat yang memfirmankannya. Al-Qur’an ini makin sempurna pengaruhnya bergantung pada faktor pemberi pengaruh yang efektif, tempat yang kondusif, terpenuhinya syarat, terwujudnya pengaruh, dan ketiadaan faktor yang menghalanginya. Semua ini telah terkandung dalam firman Allah,

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf: 37).Dari awal surah Qaf hingga ayat ke-37 ini namanya faktor pemberi pengaruh. Sedang Firman-Nya: Bagi orang yang punya hati, berarti hati yang hidup. Ini representasi dari tempat yang hidup. Sebagaimana disebutkan pula dalam surah,

لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ

“Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” (QS. Yasin: 70). Dan Firman-Nya “atau yang menggunakan pendengarannya”, maksudnya mengarahkan pendengarannya dan memasang indra dengarnya pada apa yang diucapkan padanya. Ini namanya syarat terwujudnya pengaruh. Firman-Nya “sedang dia menyaksikannya” maksudnya, hatinya menyaksikan, hadir dan tidak ke mana-mana, serta mendengarkan kitab Allah. Orang yang hatinya menyaksikan dan memahami, hatinya tidak lupa maupun lalai. Ini menunjukkan untuk tadabbur Al-Qur’an harus menghilangkan faktor yang menghalangi, yaitu kelalaian dan tidak hadirnya hati dari apa yang diucapkan padanya, dari memperhatikan dan merenungkannya. Bila ada faktor pengaruh yaitu Al-Qur’an, tempat yang kondusif yaitu hati yang hidup, syarat juga terpenuhi yaitu mendengarkan dengan seksama, faktor penghalang tidak ada yaitu kelalaian dan memahami maksud ucapan, dan berpaling pada sesuatu yang lain, niscaya muncul pengaruh, yaitu kemampuan mengambil manfaat dan mengambil peringatan.” ( Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim, hlm. 5, 6, 156; dinukil dari Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah, hlm. 225-226). Sehingga secara ringkas langkah untuk mentadabburi Al-Qur’an adalah dengan adanya ayat yang dibaca,hati yang hidup,mendengarkan dengan seksama,dan tidak lalai dan memahami maksud ucapan.

الثاني: التقرب إلى الله تعالى بالنوافل بعد الفرائض.

2). Mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan mengerjakan amalan- amalan sunnah sesudah mengerjakan amalan- amalan yang wajib. Ini adalah konsekwensi dari pemahaman atas tadabbur Al Qur’an sebelumnya. Jika semua perintah dikerjakan dan larangan dihindari semaksimal mungkin serta ditambah dengan amalan sunnah sebagai pelengkap maka kedudukan tinggi akan diperolehnya. Dia akan naik derajat menjadi wali Allah Swt. Ibnu Taimiyah ra mengatakan,

فَكُلُّ مَنْ كَانَ مُؤْمِنًا تَقِيًّا كَانَ لِلَّهِ وَلِيًّا

“Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah.” (Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2/224, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H). Wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan surban. Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri dalam surat Yunus ayat 62 dan 63.

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa.” (Majmu’ Al Fatawa, 6/10).

الثالث: دوام ذكره على كل حال باللسان والقلب والعمل والحال، فنصيبه من المحبة على قدر هذا

3).Senantiasa mengingat (berdzikir) dan menyebut Asma-Nya dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam hati maupun lisan, dalam perbuatan serta disetiap keadaan, Cinta yang didapatnya dipengaruhi oleh Dzikir ini. Wali adalah kekasih Allah Swt yang akan selalu mencintai-Nya. Bukti kecintaan tersebut adalah selalu mengingat-Nya dalam bentuk dzikir kepada-Nya. Dengan berdzikir maka hati akan menjadi tenang sebagai wujud Allah Swt telah dekat dan mencintai-Nya. Dalam Al-Quran Allah menjelaskan pada surat Ar-Ra’d Ayat 28:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

الرابع: إيثار محابه على محابك عند غلبات الهوى.

4).Lebih mementingkan cinta kepada Allah Swt dari pada cintamu pada saat engkau dikalahkan hawa nafsumu.” Ini sangat logis sekali,mana mungkin Allah Swt akan memberikan cinta-Nya kepada orang yang tidak serius dalam mencintai diri-Nya. Cinta Allah Swt sebanding dengan kecintaan manusia kepada-Nya.

الخامس: مطالعة القلب لأسمائه وصفاته ومشاهدتها.

5).Mengarahkan perhatian hati kepada Asma dan Sifat-Nya, dan mempersaksikanya.” Perhatian seseorang yang sedang kasmaran pasti sangat besar terhadap yang sedang dicintainya. Dia bisa demikian setelah menyaksikan kebaikan atau adanya sesuatu yang layak untuk dicintainya. Kemudian apa yang telah disaksikan tersebut akan disampaikan kepada pihak luar sebagai bukti kecintaan-Nya.

السادس: مشاهدة بره وإحسانه ونعمه الظاهرة والباطنة.

6).Mempersaksikan dan menyebut-nyebut kebaikan, kemurahan, karunia, serta nikmat Allah Swt baik yang lahir maupun batin.” Perbuatan yang demikian ini akan bisa memupuk cinta kepada Allah Swt sehingga Allah Swt pun membalasnya dengan kecintaan pula.

اللَّهِ وهو أعجبها- انكسار القلب بين يدي. السابع:

7).Memasrahkan serta menghinakan diri secara total kepada Allah Swt. Orang yang mencintai sesuatu pasti akan menjadi budaknya. Dan memang seharusnya manusia menjadi budak atau hamba dari Sang pencipta-Nya. Menghambakan diri kepada Allah Swt tidaklah hina,justeru akan mendapatkan kemuliaan dan derajat yang sangat tinggi.

الثامن: الخلوة وقت النزول الإلهي، وتلاوة كتابه ثم ختم ذلك بالاستغفار والتوبة

8.Menyendiri bermunajat kepada Allah Swt saat Dia turun kelangit Dunia, Memohon kepada-Nya, Membaca kalam-Nya menghadap dengan segenap hati kemudian menutup dengan istiqfar dan taubat kepada-Nya. Jika benar-benar mencintai Allah Swt dan benar cintanya,maka akan bersegera ketika yang dicintainya sedang datang mendekat. Allah Swt secara rutin datang ke langit dunia untuk menyapa dan memenuhi kebutuhan hamba-Nya di sepertiga akhir malam. Maka,pada waktu istimewa tersebut pasti akan digunakan untuk bisa menemui kekasih yang sangat dicintainya

التاسع: مجالسة المحبين الصادقين، والتقاط أطايب ثمرات كلامهم، ولا تتكلم إلا إذا ترجحت مصلحة الكلام وعلمت أن فيه مزيدا لحالك ومنفعة لغيرك.

9).Berkumpul dengan hamba-hamba lainya yang mencintai-Nya dengan benar, memetik buah buah segar dari perkataan mereka, sebagaimana memetik buah segar dari pohonnya, tidak berkata sehingga yakin perkataannya mendatangkan maslahat serta menambah kebaikan dan manfaat bagi saudara kamu yang lainya. Seseorang tidak akan berani menyakiti orang yang dicintainya dengan melanggar apa yang diperintahkan. Bergaul dengan orang saleh adalah perintah Allah swt,maka sudah sewajarnya bagi orang yang mengharapkan cinta Allah Swt untuk bergaul dengan orang-orang saleh saja demi menjaga kecintaan Allah Swt.

العاشر: مباعدة كل سبب يحول بين القلب وبين الله عز وجل .

10).Menyingkirkan segala sebab yang dapat membuka jarak antara hati ini dengan Allah Swt. Cinta haruslah dipertahankan,karena cinta juga mempunyai pemutus. Betapa sulitnya untuk mendapatkan cintanya Allah Swt,maka begitu ada indikasi telah mendapatkan cinta agung tersebut seharusnya dipertahankan secara mati-matian agar tidak hilang begitu saja. Semua perkara yang bisa melenyapkan cinta tersebut wajib dihindari sedemikian rupa. Menjaga kedekatan dengan Allah Swt menjadi tugas utama yang sangat penting sekali. Semoga kecintaan Allah Swt bisa terwujud dalam kehidupan kita berkat mengamalkan semua penyebab datangnya cinta diatas. Aamiin.
Ustadz abu sa'dy 

5 hal yang diketahui dengan 5 perkara

5 hal yang diketahui dengan 5 perkara ;

1. Pohon yang diketahui dengan buahnya.
2. (Kesetiaan) Isteri yang diketahui saat Suaminya mengalami kebangkrutan atau kefakiran.
3. (Hakikat) Sahabat karib diketahui saat seseorang mengalami tekanan sulit dan ujian yang berat.
4. (Keteguhan Iman) orang beriman diketahui saat ia mendapatkan musibah.
5. (Kedermawanan) orang mulia diketahui saat seseorang mengalami kekurangan atau kemiskinan.

خمس يُعرفن بخمس: الشجرة من ثمارها، والمرأة عند افتقار زوجها، والصديق عند الشدة، والمؤمن عند الابتلاء، والكريم عند الحاجة.

5 hal yang menghilangkan (menjauhkan) 5 perkara ;

1. Kelemah lembutan dalam tutur kata yang baik menghilangkan kemarahan.
2. Berlindung kepada Allah (Ta'awwudz) menjauhkan diri dari gangguan setan.
3. Bersikap hati-hati (tenang) menghindarkan seseorang dari penyesalan (karena terburu-buru atau gegabah).
4. Menahan lisan dari ucapan yang buruk atau perkataan yang tidak bermanfaat menghindarkan diri dari jatuh pada kesalahan dan kekeliruan.
5. (Konsisten) Berdoa menjauhkan seseorang dari keburukan.

وخمس يصرفن خمسًا: لين الكلام يصرف الغضب، والاستعاذة بالله تصرف الشيطان، والتأني يصرف الندامة، وإمساك اللسان يصرف الخطأ، والدعاء يصرف الشر.

Semoga bermanfaat.

#Foto : selama di Arab Saudi baru kali ini dapat kesempatan membeli pepaya dengan harga 5 riyal.
Ustadz jundy

Olah Raga Yuk‏

Olah Raga Yuk‏

syaikhul Islam ibnu Taimiyah berkata:

"لفظ الرياضة يستعمل في ثلاثة أنواع 
١- في رياضة الأبدان بالحركة والمشي كما يذكر ذلك الأطباء وغيرهم. 
٢- وفي رياضة النفوس بالأخلاق الحسنة المعتدلة والآداب المحمودة. 
٣- وفي رياضة الأذهان بمعرفة دقيق العلم والبحث عن الأمور الغامضة."

“Lafadz riyadhah (olah raga) digunakan untuk tiga makna:
1. Olah raga badan dengan bergerak dan berjalan sebagaimana yang disebutkan oleh para ahli kesehatan dan lainnya.
2. Oleh raga jiwa dengan akhlak yang baik dan adab yang terpuji.
3. Olah raga otak dengan mempelajari ilmu yang rumit dan membahas perkara yang sulit.”
الرد على المنطقيين١/ ٢٥٥
Ustadz badrusalam 

kata sebagian ulama (diantaranya syaikhul islam ibnu taimiyah): قد ذكر شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى ما يدل على أن مذهب مالك أحسن من غيره في بعض العقود والمعاملاتmadzhab Imam malik= madzhab yang paling bagus dalam sebagian akad dan muamalah.

kata sebagian ulama (diantaranya syaikhul islam ibnu taimiyah): 
قد ذكر شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى ما يدل على أن مذهب مالك أحسن من غيره في بعض العقود والمعاملات
madzhab Imam malik= madzhab yang paling bagus dalam sebagian akad dan muamalah. contoh jual beli online itu termasuk 
بيع الغائب على الصفة
karena hanya sekedar lihat foto/video dan tidak lihat langsung.     
1. menurut madzhab syafii= tidak sah jual beli ini karena termasuk ghoror yang banyak. 
2. madzhab maliki= sah jual beli ini selama barangnya aman dari perubahan karena termasuk ghoror yang sedikit 
3. madzhab hanafi= boleh jual beli ini dengan syarat adanya hak khiyar (untuk lanjut atau batal) karena kalau ada khiyar berarti sudah tidak ada khiyar. 

sumber: bidayatul mujtahid (2/562)

jadi jual beli online yang dilakukan mayoritas pedagang saat ini hakikatnya mengikuti madzhab Imam Malik
Ustadz muhammad taufik

Sungguh menakjubkan seorang ahlusunnah

..:Sungguh menakjubkan seorang ahlusunnah:...

Diantara sifat para ulama yg merupakan waratsatul anbiya adalah slalu membantah penyimpangan agama yg ada didalam ummat, dan tidak selalu mencari "aman" (takut ditinggalkan jamaah).

Sebab, diantara keajaiban sebagai ahlusunnah itu sebagaimana kata Syaikh Albany:

غربة_أهل_السنة 

كلمات من ذهب للشيخ الألباني رحمه الله تعالى في غربة أهل السنة 

 قال الشيخ الألباني رحمه الله تعالى :

» إن تكلمت عن التوحيد نبذك أهل الشرك
Jika kau bicara tauhid kau akan dimusuhi ahlu syirk
» وإن تكلمت عن السنة نبذك أهل البدعة
Jika kau bicara sunnah, kau akan dimusuhi ahlul bid'ah 
» وإن تكلمت عن الدليل والحجة نبذك أهل التعصب المذهبي و المتصوفة والجهلة ..
Dan jika kau bicara dalil dan hujjah kau akan dimusuhi ahlut ta'asshub madzhab dan sufi dan orang-orang bodoh..
» وإن تكلمت عن طاعة ولاة الأمر بالمعروف والدعاء والنصح لهم وعقيدة أهل السنة نبذك الخوارج والمتحزبة
Dan jika kau bicara ketaatan pada waliyul amr didalam hal yg ma'ruf  dan mendoakan  dan menasehati mereka dan aqidah ahlisunnah, maka kau akan dimusuhi khawarij dan hizbiyyah (harakiyyah)..
وإن تكلمت عن الإسلام وربطته بالحياة نبذك العلمانيون والليبراليون و أشباههم ممن يريدون فصل الدين عن الحياة ..
Dan jika kau bicara tentang Islam dan menjadikanya pedoman hidup, maka kau akan dimusuhi orientalis dan liberalis dan yg semisal mereka dari orang-orang yg menginginkan perpisahan antara agama dan kehidupan!!

غربة شديدة على أهل السنة!!
Sungguh sangatlah asing menjadi seorang ahlusunnah ..!
» حاربونا بجميع الوسائل ..
»حاربونا بالإعلام المسموع والمرئي والمكتوب ..

حتى أصبح الأهل والأصحاب يحاربون هذا الغريب المتمسك بكتاب الله وسنة رسول الله ..

ورغم هذا ، نحن سعداء بهذه الغربة ونفتخر بها ، ﻷن رسول الله ﷺ أثنى على هؤلاء الغرباء، فقال عليه السلام :

" إن الإسلام بدأ غريبًا ، وسيعودُ غريبًا كما بدأَ ، فطُوبَى للغُرباءِ قيل : من هم يا رسولَ اللهِ ؟ قال : الذينَ يصلحونَ إذا فسدَ الناسُ ".
"Sungguh islam itu muncul dari keagungan dan akan kembali asing sebagaimana asalnya maka beruntunglah orang yg asing (krn islam) , dikatakan siapa mereka yg asing itu ya Rasulullah? Beliau bersabda : yaitu orang yg selalu memperbaiki (termasuk membantah) jika ada kerusakan (termasuk kesesatan) "
[المصدر : السلسلة الصحيحة رقم : 1273
Ustadz bagus wijanarko

Beristighfar itu dari apa?

Beristighfar itu dari apa? 

1. Dosa yang dilakukan
2. Nikmat yang kurang disyukuri
3. Ibadah yang tidak termaksimalkan (kualitasnya dan kuantitasnya) 
ustad Dr fadlan fahamsyah

Kamis, 27 April 2023

ADA SAJA YANG HASAD

ADA SAJA YANG HASAD

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

لا بدّ لكلِّ نعمة مِن حاسد  ولكلِّ حقٍّ مِن جاحدٍ ومعاند.

"Setiap nikmat pasti ada yang hasad dan setiap hak pasti ada yang menentangnya."

Miftah Daaris Sa'adah 1/47
Pp nidaus salam

Rabu, 26 April 2023

kepada penganut bid’ah adalah sebab kerusakan yang akan mengarah kepada penghancurkan Islam; Karena orang-orang jahil dan awam memperhatikan penghormatan itu

• - إن توقير صاحب البدعة مظنّة لمفسدة تعود على الإسلام بالهدم؛ لأن التفات الجهال والعامة إلى ذلك التوقير يعتقدون في المبتدع أنّه أفضل الناس، وأن ما هو عليه خير مما عليه غيره، فيؤدي ذلك إلى اتباعه على بدعته دون اتباع أهل السنّة على سنّتهم .
📜【 الإعتصام  (٢٠٢/٢) 】.
Sesungguhnya Penghormatan kepada penganut bid’ah adalah sebab kerusakan yang akan mengarah kepada penghancurkan Islam; Karena orang-orang jahil dan awam memperhatikan penghormatan itu, mereka percaya pada ahli bid'ah bahwa dia adalah manusia terbaik, dan bahwa apa yang dia lakukan ( berupa bid'ah ) lebih baik daripada apa yang dilakukan orang lain, dan ini menyeret untuk mengikuti dia pada bid'ahnya dan tidak mengikuti ahli sunnah pada sunnah mereka.
📜 【al-itisham (202/2)】
Ustadz abul irbad

Tahapan ilmu hadist

Jika antum sudah menguasai ilmu mustholah hadits, maka lanjutlah ke ilmu berikutnya, yaitu ilmu takhrij. Jika sudah menguasai, lanjut lagi ke ilmu berikutnya, yaitu ilmu jarh wa ta'dil. Dan jika sudah menguasai, lanjut ke ilmu yg terakhir dan yg paling dalam, yaitu ilmu illat dan tahqiq. Dan utk di ketahui, bahwa ilmu hadits ini adalah ilmu tathbiqiy (praktek) dan bukan hanya sekedar ilmu nazhoriy semata.
Ustadz abu yahya tomy

Selasa, 25 April 2023

Di antara maksud "shalat bersama pemimpin yang adil maupun fajir" adalah keabsahan shalat di belakang mereka. Ini benar. Jangankan dalam syarah-nya, dalam matannya pun disebutkan seperti itu.

Di antara maksud "shalat bersama pemimpin yang adil maupun fajir" adalah keabsahan shalat di belakang mereka. Ini benar. Jangankan dalam syarah-nya, dalam matannya pun disebutkan seperti itu. 

Tapi membatasi makna tersebut dan tidak mengakui makna lain berupa kebersamaan shalat bersama penguasa, ini juga tidak benar. Karena:

1. Yang disebutkan bukan cuma shalat jumat, jamaah, dan ied, tapi juga zakat, haji, puasa, jihad. Semua hal ini adalah wewenang penguasa. Dalam Syarh Al Aqidah Wasithiyah disebutkan:

فإن هذه الأمور من الحج والجمع والأعياد والجهاد لا يقوم إلا ولاة الأمور

"Karena semua hal di atas, yaitu haji, shalat jumat, hari raya, dan jihad, tidaklah ditegakkan kecuali oleh pemerintah"

Dan ketika menjelaskan poin ini, mereka mengaitkan ke masalah ushul ketaatan kepada penguasa, dan memang bab ini selalu disebutkan bersamaan dengan ushul tsb. Begitu pula perkataan Hasan Al Bashri dan yang lainnya bahwa hal-hal di atas adalah wewenang penguasa.

Ibnu Abil Izz al Hanafi juga ketika menjelaskan poin tersebut dalam Syarh Al Aqidah Ath Thahawiyah, beliau mengatakan:

وقد دلت نصوص الكتاب والسنة وإجماع سلف الأمة أن ولي الأمر ، وإمام الصلاة ، والحاكم ، وأمير الحرب ، وعامل الصدقة - : يطاع في مواضع الاجتهاد ، وليس عليه أن يطيع أتباعه في موارد الاجتهاد ، بل عليهم طاعته في ذلك ، وترك رأيهم لرأيه ، فإن مصلحة الجماعة والإئتلاف ، ومفسدة الفرقة والإختلاف ، أعظم من أمر المسائل الجزئية 

"Nash-nash dari Al Quran dan Sunnah serta Ijma' Salaful Ummah menunjukkan bahwa pemerintah, imam shalat, hakim/penguasa, pemimpin pasukan, dan amil zakat, mereka ditaati dalam perkara-perkara yang bersifat ijtihad. Mereka tidak wajib mentaati pengikutnya dalam persoalan ijtihad, justru wajib bagi pengikutnya mentaati pemimpin dan meninggalkan pendapat pribadinya demi pendapat pemimpin. Hal ini karena maslahat persatuan dan kerukunan, serta bahaya dari perpecahan dan perselisihan lebih besar daripada masalah-masalah yang bersifat cabang.."

2. Justru ditekankan untuk shalat bersama penguasa walaupun nantinya dia harus mengulang shalatnya. Imam Al Barbahari mengatakan dalam Syarhus Sunnah:

وإذا كان إمامك يوم جمعة جهمياً، وهو سلطان فصل خلفه وأعد صلاتك

"Jika imam shalat jumatmu seorang Jahmiyah, dan dia adalah penguasa, maka shalatlah di belakangnya, dan ulangilah shalatmu"

Dalam hadits yang masyhur juga disebutkan akan datang para penguasa yang mengakhirkan shalat, maka Nabi memerintahkan untuk shalat di awal waktu, kemudian mengulangi shalat bersama mereka. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad menjelaskan:

ويكون في ذلك جمع بين الإتيان بالصلاة في وقتها الاختياري وبين جمع الكلمة وعدم الفرقة ومتابعة الأئمة في الصلاة

"Dengan cara ini, seseorang menggabungkan dua kebaikan, yaitu shalat di waktu yang terbaik, dan persatuan serta meninggalkan perpecahan, serta mengikuti para pemimpin dalam shalat"

Dalam Mausu'ah Haditsiyah juga disebutkan tujuannya adalah:

حتَّى لا تُشَقَّ عَصا المسلِمين بإظهارِ مُخالَفةِ الأمراءِ وعدَمِ الصَّلاةِ معَهم

"Agar tidak terpecah persatuan kaum muslimin dengan menampakkan penyelisihan terhadap penguasa dan tidak mau shalat bersama mereka"

3. Banyak ushul yang disebutkan di kitab2 aqidah dalam rangka menyelisihi ahlul bid'ah, ini betul sekali. Misal mendoakan kebaikan bagi penguasa krn khawarij melakukan hal sebaliknya, dst. Dan termasuk syiar Khawarij adalah mereka tidak mengakui penguasa, menyelisihi penguasa, tidak mau taat kepada keputusan mereka (Ingat, yang disebut keputusan/perintah ulil amri bukan terbatas pada perintah yang kalau dilanggar ada hukumannya dari penguasa. Ini pemahaman tidak benar). Maka seyogyanya kita tidak menyerupai khawarij dengan mengakui otoritas penguasa dan membersamai pemerintah dalam ibadah-ibadah jama'i.

Akhirul kalam, ini hanyalah usaha untuk menyatukan manusia di atas al jama'ah. Toleransi tentu tetap diberikan bagi yang berpendapat berbeda, karena toleransi itu bermakna membiarkan dan tidak memaksa. Tapi hal itu tidak menghalangi diskusi ilmiah dan menegakkan hujjah meskipun sebagian orang menyebutnya sebagai "keributan" karena memang tidak terbiasa dengan diskusi.

In the end, bagi yang tidak menganggap bersatu dalam puasa dan 'ied bersama penguasa sebagai masalah ushul, juga tidak apa-apa. Semoga ini tidak mempengaruhi persaudaraan kita semua. Naktafi bihadzal qadr.
Ustadz ristiyan ragil

Bergaul dengan orang-orang yang akalnya lemah akan melemahkan akal , dan sebaliknya bergaul dengan orang-orang yang cemerlang akalnya akan menambah kecemerlangannya

Kata Abu Hamid al Ghozali dalam sebuah nukilan:
“Bergaul dengan orang-orang yang akalnya lemah akan melemahkan akal , dan sebaliknya bergaul dengan orang-orang yang cemerlang akalnya  akan menambah  kecemerlangannya”.

Nah, penting buat kita pegiat medsos untuk selektif didalam memilih pertemanan, mana yang menambah wawasan ,dan kedewasaan kita, dan mana yang hanya menambah kekalutan fikiran  dan arogansi dalam bersikaf.
Ustafz fadhlulah 

Sholat_Di_Jalan_dan_hotel_Dekat_Masjidil_Haram*Ditanyakan kepada Syaikh Dr. Ashim bin Abdillah al-Qoryuthi hafizhahullah dan Syaikh Dr. Abdul Bari al Hindy hafizhullah.

#Fatwa Ulama

*Sholat_Di_Jalan_dan_hotel_Dekat_Masjidil_Haram*

Ditanyakan kepada Syaikh Dr. Ashim bin Abdillah al-Qoryuthi hafizhahullah dan Syaikh Dr. Abdul Bari al Hindy hafizhullah.

Hukum I’tikaf dengan menggunakan aula hotel seperti hotel Hilton atau shofwa dan sebagian orang menganggap karena itu bisa dijadikan alternatif untuk tempat i’tikaf?

Beliau berdua hafizhahumullah menjawab:

Hotel itu bukanlah masjid, dan jalan-jalan sekitar masjidil Haram juga bukanlah masjid, Begitupun tempat-tempat terbuka sekitar masjidil Haram bukanlah masjid. Namun ketika masjid itu penuh, dan jama'ah membludak sampai jalan-jalan, dan shof-shof pun bersambung maka itu bisa disebut sebagai bagian dari masjidil Haram saat terjadinya sholat, sedangkan setelah sholat selesai maka itu bukanlah masjid dan bukan bagian dari masjidil haram.

Yaitu bisa kita katakan, bahwa apabila masjidil Haram penuh, pelataran penuh membludak, jalan-jalan juga dipenuhi oleh orang-orang yang ingin sholat, hotel-hotel juga penuh , shofnya menyambung, dan jika sholat selesai maka selesai pula hukum menyambungnya dengan masjidil haram. Dan selain0-selain tempat itu juga tidak bisa dikatakan masjid maupun musholla baik sebelumnya atau sesudahnya sholat, yaitu ditempat tempat tersebut tidak bisa dikatakan masjid sehingga ketika orang ada yang sholat sunnah di aula masjid itu bukanlah termasuk sholat di masjidil haram. Begitupun tidak bisa dijadikan aula hotel sebagai tempat i'tikaf karena tidak menyambung dengan masjidil haram diluar waktu sholat.

Demikian jawaban beliau berdua hafizhahumullah.
Tambahan shof bersambung itu adalah dari akhir shof bisa menyambung, melihat barisan shof dan mendengar suara imamnya.

Penanya: Akhukum Zaki Rakhmawan Abu Usaid.

Semoga bermanfaat.

Sesungguhnya di Surga tidaklah terdapat Matahari, Bulan serta Malam dan siang akan tetapi di Surga di ketahui adanya Pagi dan waktu Sore dengan Cahaya yang nampak sebelum Arsy

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata "Sesungguhnya di Surga tidaklah terdapat Matahari, Bulan serta Malam dan siang akan tetapi di Surga di ketahui adanya Pagi dan waktu Sore dengan Cahaya yang nampak sebelum Arsy

______
Majmu' Fatawa
ustadz nurcholis abu muzani

MUTIARA_NASEHAT_UNTUK_PARA_PENUNTUT_ILMU

#MUTIARA_NASEHAT_UNTUK_PARA_PENUNTUT_ILMU

Hendaklah para penuntut ilmu bersemangat dalam mengambil faidah dari kajian-kajian ilmiah yang ada, bahkan dari program yang ada pada kitab ini. Untuk para penuntut ilmu hendaklah memperhatikan beberapa perkara berikut ini:

1. Senantiasa mengikhlaskan niat karena Allah.

2. Senantiasa menyibukkan diri dengan kegiatan menuntut ilmu bukan pada selainnya.

3. Bersemangat dalam menghadiri kajian ilmiah dari para ulama' dan orang-orang yang berkompeten di bidangnya.

4. Berusaha untuk tidak absen dalam majelis ilmu.

5. Berusaha mengumpulkan kitab yang diperlukan dalam belajar. Untuk dimurojaah, di bahas, diberikan catatan dan di telaah. 

6. Mempersiapkan pelajaran sebelum berjumpa dengan guru dan tidak lupa untuk mencatat masalah yang hendak ditanyakan kepada guru.

Bersambung... 

Sumber : Barnamij Ilmy al-Muqtarakh Liman Samat Himmatuhu Li Thalabil Ilmi karya Syaikh Abu Usamah bin athaya al-Utaiby Hal. 10 cetakan pertama Darul Kitab Wa Sunnah. 

Semoga bermanfaat Wa barakallah fikum... 
____________________________
Malam Rabu, 5 Syawwal 1444 H
Abu Adam & Shafiyyah
Andre Satya Winatra
MAKTABAH RIYADHUS SHALIHIN

Selain doa kaffaratul majlis ketika selesai sebuah majlis, ada juga doa lain yang jarang diamalkan

Selain doa kaffaratul majlis ketika selesai sebuah majlis, ada juga doa lain yang jarang diamalkan.
Doa tersebut adalah doa:
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah! Jadikanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu yang dengannya dapat menghalangi dan mencegah kami untuk berbuat berbagai maksiat kepada-Mu.

Anugerahkanlah kepada kami ketaatan kepada-Mu yang dengannya dapat menyampaikan kami kepada surga-Mu.

Berikan pula keyakinan yang dengannya terasa ringan bagi kami segala musibah yang menimpa kami.

Berilah kenikmatan dan manfaat kepada kami dengan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama Engkau menghidupkan kami.

Jadikanlah semua itu sebagai pewaris dari kami.

Jadikan pula balasan kami kepada orang yang menzalimi kami dengan balasan yang sesuai untuknya (tidak melampaui batas).

Tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami.

Jangan Engkau jadikan musibah kami menimpa agama kami.

Jangan pula Engkau jadikan dunia menjadi tujuan dan keinginan kami yang terbesar.

Jangan sampai dunia menjadi puncak dari ilmu kami.

Jangan jadikan orang yang tidak menyayangi kami dapat menguasai kami.”

Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3502) dan al-Hakim (1/258).

At-Tirmidzi berkata tentang hadits ini, “Hasan gharib”.

Al-Hakim menyatakan sahih dan disepakati oleh adz-Dzahabi.
Ustadz ashlah gifari

Membaca AlQuran cepat atau lambat ?

Membaca AlQuran cepat atau lambat ? ?

Allah berfirman:
(كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَیۡكَ مُبَـٰرَكࣱ لِّیَدَّبَّرُوۤا۟ ءَایَـٰتِهِۦ وَلِیَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ)
Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.
[Surat Shad 29]

Dalam hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يفقَهُ من قرأَهُ في أقلَّ من ثلاثٍ
Tidak memahaminya (AlQuran) bagi siapa yang mengkhatamkan AlQuran kurang dari 3 hari.

Banyak riwayat dari salaf yang mereka mengkhatamkan AlQuran dalam waktu singkat sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah-, tapi itu mereka yang paham dan pandai dalam bahasa Arab.

Kalau 'ajam (non Arab (masuk di sini yang tidak bisa bahasa Arab)) maka hendaknya membaca AlQuran dengan pelan karena itu lebih beradab dan lebih menimbulkan bekas di hati pembacanya sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah-:
قال العلماء والترتيل مستحب للتدبر ولغيره قالوا يستحب الترتيل للعجمي الذي لا يفهم معناه لأن ذلك أقرب إلى التوقير والاحترام وأشد تأثيرا في القلب
[النووي ,التبيان في آداب حملة القرآن ,page 91]
Berkata para ulama bahwasanya dianjurkan Tartil dalam tilawah untuk tadabbur dan selainnya. Dan mereka mengatakan: Dianjurkan membaca dengan Tartil untuk orang 'ajam yang tidak paham makna Alquran; karena hal itu lebih dekat kepada penghormatan dan pengagungan serta lebih berbekas di dalam hati.

Dan dilarang bagi seseorang untuk membaca AlQuran dengan Hadz/Hadzramah (expres dalam membaca), berkata Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah-:
وقد نهي عن الإفراط في الإسراع ويسمى الهذرمة
[النووي ,التبيان في آداب حملة القرآن ,page 90]
Dan telah terlarang dari membaca dengan sangat cepat yang mana hal tsb dinamakan Alhadzramah.

Berkata Al-Hasan Al-Bashri -rahimahullah-:
یا ابن آدم ، كيف يرق قلبك وإنما همتك في آخر السورة ؟ !
[مختصر قيام الليل للمروزي، ص ١٥٠ ]
Wahai anak Adam Bagaimana bisa hatimu menjadi lembut sedangkan tujuan engkau hanya terdapat pada akhir surat?!.

Jadi mari cek kapasitas diri, berkata Umar bin Abdul Aziz -rahimahullah-:
رحم الله امرأ عرف قدر نفسه
Semoga Allah merahmati seseorang yang mengetahui kapasitas dirinya.

Wallahu A'lam Bis Showab
Ustadz ashlah gifari

Waktu Puasa 6 Hari Syawal

Waktu Puasa 6 Hari Syawal
_______

Pertanyaan:
Apakah boleh seseorang memilih hari untuk puasa enam hari di bulan Syawal, atau apakah puasa pada hari-hari ini memiliki waktu yang dimaklumi(tertentu)? 

Dan Apakah ketika seseorang melaksanakannya menjadi wajib atasnya?

Jawaban Syaikh bin Baz rahimahullah:

Telah sah hadits dari Rasulullah ﷺ, dimana beliau bersabda:
من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال كان كصيام الدهر

 “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti puasa seumur hidup.”
hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Dan hari-hari ini tidak ditentukan dalam satu bulan, melainkan seorang mukmin bisa memilihnya dari 1 bulan syawal, maka jika dia mau, dia berpuasa di awal bulan, atau di pertengahannya, atau di akhir bulan. 

dan jika dia mau, dia bisa melaksanakan nya secara terpisah, atau jika dia mau, bisa dengan menyambungkannya.

Hukum dalam masalah ini luas, alhamdulillah, dan jika dia segera memulainya dan menyambungkannyanya dari awal bulan, itu lebih baik.
Karena ini adalah perkara bersegera dalam berbuat kebaikan. 

dan puasa ini tidak wajib baginya, melainkan diperbolehkan meninggalkannya pada tahun kapanpun , tetapi mengkontinyukan puasa ini adalah yang terbaik dan paling sempurna; berdasarkan sabda Nabi ﷺ: 

أحب العمل إلى الله ما داوم عليه صاحبه وإن قل 

"Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dipertahankan pemiliknya, bahkan jika itu tidak penting." 

Dan Allah adalah Sang pemberi taufiq. 

Majmu fatawa Syaikh bin Baz, 15/390.

Penerjemah: Afif Fauzi

Sumber: http://saaid.org/mktarat/12/10-2.htm

Enam Dzikir yang Sangat dibutuhkan oleh Seorang Muslim

Enam Dzikir yang Sangat dibutuhkan oleh  Seorang Muslim

Disusun oleh  Ust Abu Zubair Aceh, Lc

        Berkata Syaikh Ibnu Sa’adiy Rahimahullah :’’ setetelah melalui proses pengamatan dan penelitian aku temui bahwa dzikir-dzikir yang paling banyak di wasiatkan untuk diperbanyak membacanya sebagaimana yang disebutkan didalam  Al- Quran dan As-sunnah ada enam dzikir.

        Enam dzikir yang akan saya sebutkan kepadamu ia sebagai ujung tombak dan senjata yang mematikan dalam pertempuran Panjangmu dengan kegundahan, kesedihan, Sakit, penyakit dan dosa-dosa.

1.  Dzkir Pertama : Perbanyak Shalawat kepada Rasullulah Shallahu A’laih Wa Salam
Terus melazimkan Sholawat sepanjang harimu sehingga dipenghujung harimu banyak bershalawat kepada Rasullulah.

2.   Dzikir Kedua :Perbanyak  Beristiqhfar kepada Allah.
Jika Allah memberikan inspirasi dan membantumu di waktu luang untuk beristighfar perbanyaklah istighfar kepada Allah.

3.  Dzikir Ketiga : ( ياذا الجلال والإكرام )
Perbanyaklah dzikir ini, dzikir ini termasuk sunnah yang banyak  ditinggalkan padahal Rasullulah berwasiat untuk memperbanyak dzikir tersebut, Rasullulah mengatakan (perbanyaklah dzikir ya dzal Jalal wal Ikhram), Rasullulah mengkhususkan dua dzikir ini karena ada rahasia yang Agung didalamnya, ya dzal Jalal artinya  ya Allah yang memiliki keindahan, kesempurnaan, serta keagungan. Sedangkan  wa Ikhram artinya yang maha pemberi dan maha pemurah. Jika digabunkan  keduanya maka makna seakan-akan engkau sedang memuji-Nya dan meminta-Nya. Jika engkau memngucapkannya 100 kali ya dzal Jalal, maka  Allah memberikan kelapangan kepadamu dan begitu juga engkau ucapan 100 kali wal ikhram, maka Allah akan mengetahui apa yang engkau butuh dan Allah akan memberikannya kepadamu.

4.  Dzikir Keempat: ( لا حول ولا قوة إلا بالله )
Dzikir ini adalah sebuah dzikir yang banyak diwasiatkan Rasululah kepada para sahabatnya, bahkan ia merupakan harta simpanannya kelak disurga bagi yang mengucapkannya, seandainya engkau menjaganya dan memperbanyak dzikir laa haula wa la quwata ila billah, maka engkau akan melihat pengaturan Allah, keajaiban, kemahalembutan dan karunia serta nikmat Allah yang diberikan-Nya.

5.  Dzikir Kelima : (لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين) 
Ia merupakan doa Nabi Yunus A’laih wa salam , dzikir yang menghilangkan kesedihan dan medatangkan kelapangan.

6.  Dzikir Keenam : ( سبحان الله ، الحمدلله ، لااله الاالله ،الله اكبر )

Ambillah Sebagai Keadah
Sebagai pelajaran Dzikir, doa, serta bacaan ruqyah ia akan memiliki pengaruh, manfaat dan ada hasilnya jika dilakukan dengan sunguh-sunguh,  banyak diulang-ulang dan penuh dengan tadabur , artiinya jika engkau banyak dan berulang-ulang didalam doa akan mendatangkan kecintaan Allah, jika engkau merengek-rengek Ketika berdoa maka akan terkabulnya doa, begitu juga jika engkau mengulang-ulang ruqyah ia kan menghancurkan syaitan, dan meghilangkan racun hasad. 

Lihat kitab  karya Ibnu Sa’adiy   علم العقائد والتوحيد والأخلاق والأحكام  
Paya bedi/4/25/2023 akhukum fillah Abu Zubair, Lc

Ajarilah anak-anak kalian ilmu tauhid dan sunnah, sebelum ilmu tajwid dan ghunnah,.Betapa banyak orang yang mahir tentang Al Quran, tapi jahil tentang hakikat iman

#NASEHAT_PENTING

Ada seorang ikhwah جزاه الله خيرا menuliskan nasehat kepada para orangtua, melihat realita akhir-akhir ini :

علموا أبنائكم علم التوحيد والسنّة قبل علم التجويد والغنّة.
فكم من ماهر في القرآن جاهل لحقيقة الإيمان.
وكم ممن معه في التجويد سند ولكنه لا يعرف حقيقة الرحمن على العرش استوى وقل هو الله أحد.

"Ajarilah anak-anak kalian ilmu tauhid dan sunnah, sebelum ilmu tajwid dan ghunnah,.
Betapa banyak orang yang mahir tentang Al Quran, tapi jahil tentang hakikat iman,.
Betapa banyak orang ahli tajwid memiliki sanad, tapi tidak mengerti hakikat -Ar Rahman beristiwa di atas Arsy dan Allah Maha Esa [Ahad]-,."

Nasehat demikian bukan untuk meninggalkan belajar dan mengajarkan Al Quran, bahkan sumber Tauhid dan Iman adalah Al Quran. tetapi ini adalah penekanan dan prioritas utama untuk menanamkan nilai-nilai prinsip Tauhid dan Iman kepada anak-anak, sehingga ketika membaca dan menghafal Al Quran akan semakin kokoh Tauhid dan Imannya, serta semakin yakin akan janji-janji Allah bagi orang yang beriman.

Diriwayatkan Ibnu Majah dalam Sunannya :

عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا

Dari Jundub bin Abdullah ia berkata; "Ketika kami bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, pada saat itu kami merupakan sosok pemuda-pemuda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al Qur'an, kemudian kami mempelajari Al Qur'an, maka dengan begitu bertambahlah keimanan kami". (HR. Ibnu Majah, -Shahih-).

Maka jangan sampai semangat belajar tajwid dan memburu sanad Qira'ah mengesampingkan belajar Tauhid atau bahkan tidak lagi perhatian dengan Manhaj,.

وفق الله الجميع لكل خير وجعلنا وأولادنا من حملة القرآن،.
Ustadz alif el qibty

Maksud perkataan ulama : "Tidak ada Qiyas dalam ibadah"

 Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul hafizhahullah berkata :

Maksud perkataan ulama : "Tidak ada Qiyas dalam ibadah" 

= Suatu Ibadah tidak bisa ditetapkan dengan Qiyas karena ibadah adalah tauqif (berhenti di atas dalil)

= Selama tidak nampak padanya illah (motif) hukum dan asumsi lebih dominan bahwa itu adalah ta'abbudi (semata-mata ibadah), maka tidak ada tempat utk mengqiyaskannya; karena syarat Qiyas adalah tetapnya illah pada perkara asal (pokok yg diqiyaskan padanya) agar penetapan hukum menjadi sempurna pada cabangnya (yang diqiyaskan) dengan sebab illah yg terkumpul (pada keduanya).

Dan bukanlah makna perkataan tsb bahwa Qiyas tidak masuk dalam hukum-hukum ibadah
Ustadz ridwan abu raihana

Senin, 24 April 2023

Di kitab-kitab ushul aqidah kita akan menemukan kaidah-kaidah besar seperti larangan berdebat, perintah bersatu, larangan menyempal/nyeleneh, perintah taat kepada penguasa, shalat bersama penguasa, larangan memberontak, dll.

Di kitab-kitab ushul aqidah kita akan menemukan kaidah-kaidah besar seperti larangan berdebat, perintah bersatu, larangan menyempal/nyeleneh, perintah taat kepada penguasa, shalat bersama penguasa, larangan memberontak, dll. 

Ketika para ulama memasukkan sebagian permasalahan fiqih dan muamalat ke kitab-kitab aqidah, maka itu artinya ia bukan persoalan fiqih biasa sebagaimana persoalan lainnya, tapi memang berkaitan dengan pokok agama.

Tentu masing-masing hal tersebut ada rinciannya. Kapan debat itu dibolehkan.. Kapan boleh tidak taat penguasa, kapan boleh memberontak, dll.. Jadi memang tidak untuk dimutlakkan, melainkan ditekankan urgensinya dan diambil globalnya sebagai landasan beragama

Begitu pula jika seseorang menyelisihi pokok-pokok tersebut di atas, maka tidak otomatis keluar dari sunnah. Karena itu juga ada rinciannya. Seperti kata Imam Ibnu Taimiyyah:

وليس كل من خالف في شيء من هذا الاعتقاد يجب أن يكون هالكاً، فإن المنازع قد يكون مجتهداً مخطئاً يغفر الله خطأه

"Tidak setiap yang menyelisihi salah satu dari aqidah ini maka otomatis dia termasuk orang yang binasa, karena boleh jadi dia orang yang telah berijtihad kemudian keliru sehingga Allah ampuni dia..." dst. beliau menyebutkan udzur2 lainnya. Saya juga sudah menerjemahkan buku terkait ini dengan judul: Kapan seseorang keluar dari Ahlus Sunnah.

Walhasil, kita sikapi sesuatu sesuai porsinya dalam agama. Kalau itu furu', kita perlakukan sebagaimana furu'. Kalau ushul, maka jangan kita perlakukan seperti furu'. Adanya perincian dan pengecualian dari suatu masalah ushul tidak berarti kemudian ia 'turun level' menjadi permasalahan furu'.
Ustadz ristiyan ragil 

Imsak

Imsak

Allah Ta’ala berfirman tentang sahur:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ 

“Dan makan minumlah hingga menjadi jelas untukmu benang putih dari benang hitam dari waktu fajar.” (QS 2: 187)

Ayat ini menyuruh sahur hingga menjadi jelas atau yakin masuknya fajar sodiq. 
Sementara imsak menyuruh makan dan minum sampai waktu yang meragukan. 

Muslim bin Subaih berkata, “Ada seseorang bertanya kepada ibnu Abbas, “Kapan aku berhenti sahur?” Lalu ada orang yang duduk di sisi ibnu Abbas berkata, “Makanlah hingga jika kamu ragu maka tinggalkan.” Maka Ibnu Abbas berkata, “Makanlah selama kamu ragu hingga kamu tidak ragu.” (Diriwayatkan oleh ibnu Abi Syaibah no 9067 dengan sanad hasan).

Lihatlah! Ibnu Abbas membantah orang yang menyuruh makan hingga waktu yang meragukan.
Ustadz badrusalam 

Orang Awam Bermazhab?

Orang Awam Bermazhab?
===
Tidak diharuskan bagi orang awam untuk bermazhab yang dia jadikan patokan atau keringanan. Jumhur ulama bahkan berpendapat orang awam tidak boleh bermazhab. Karena orang awam tak paham pendapat Mazhab dan istilah-istilah mereka. Maka kewajiban orang awam adalah bertanya pada seorang Mufti.

Jika ada yang mengatakan: sesungguhnya para ulama senantiasa menulis tulisan tentang hukum syariat. Ini ada kitab fikih Hanafi, Maliki, Syafi'i &  Hambali, apa manfaatnya kalo bukan untuk diamalkan sehingga orang awam wajib bertanya ke mujtahid?

Kita katakan bahwa tulisan-tulisan tersebut tujuannya adalah untuk dipelajari bukan diamalkan. Buku-buku tersebut pentng sekali dan sangat bernilai dalam membantu memahami perkataan Allah & RasulNya serta menahami gambaran fikih.

(Al Qowaid Al Ushuliyah Wal Fiqhiyah Al Muta'alliqah bil Muslim gharil Mujtahid hal 15, Syaikh Saad asy Syatsri hafizhahullah)
Ustadz amrullah akhadinta

Tipu daya setan itu ada tujuh lapis:Pertama, ia akan mencoba mencegah seseorang agar tidak beribadah.

Tipu daya setan itu ada tujuh lapis:
Pertama, ia akan mencoba mencegah seseorang agar tidak beribadah. 
Kedua, jika tidak berhasil mencegah maka setan akan berusaha membuatnya tertunda-tunda. 
Ketiga, jika tidak berhasil menundanya maka setan akan berusaha agar amal itu dilakukan secara cepat-cepat sehingga tidak sempurna. 
Keempat, jika tidak berhasil maka setan akan memerintahkan agar dilakukan secara sempurna, akan tetapi sembari memancing agar kesempurnaan itu dilakukan atas dasar riya' alias pamer. 
Kelima, jika tidak berhasil juga maka setan akan memuji-muji agar timbul perasaan 'ujub. 
Keenam, jika tidak berhasil lagi maka setan akan mendorong agar orang itu bersungguh-sungguh sehingga tampak buah ketaatan itu, tujuannya agar ia mudah riya'. 
Ketujuh, jika tetap belum berhasil maka setan akan berbisik, "Amalmu tidak akan mampu menyelamatkanmu jika kamu sudah ditakdir sebagai calon ahli neraka, dan meninggalkan amal itu juga tidak akan membuatmu celaka jika kamu sudah ditakdir sebagai ahli surga. Jadi pada hakekatnya amalmu tidak ada gunanya."

Setiap tingkatan tipu daya itu ada cara menangkalnya, bisa dibaca pada kitab Qutul Ahya' di bawah ini.

-•×•-

Toko Buku & Kitab
MAKTABAH DARUN NAJAH
https://wa.me/6287761766288

Sedekah Kepada Siapakah Yang Utama?

Sedekah Kepada Siapakah Yang Utama?

- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Orang miskin bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta sesuap atau dua suap makanan, mengemis satu atau dua biji kurma. Akan tetapi yang disebut orang miskin adalah orang yang tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhannya, namun (keadaan) ia yang seperti itu tidak disadari (orang lain sebab memang tidak ia tampakkan) sehingga tidak ada yang bersedekah padanya, dan ia juga tidak mau meminta-minta pada orang lain.”.

- Dalam kitab Dalilul Falihin syarah Riyadhus Shalihin dijelaskan, Imam Al Khattabi dan lainnya berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menafikan kemiskinan dari para pengemis yang meminta-minta sebab mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan mereka (dengan hasil mengemisnya itu), bahkan kadang mereka juga masih mendapatkan jatah zakat. Orang yang dianggap membutuhkan dan dinilai miskin (yang lebih perlu untuk dibantu dengan sedekah) sesungguhnya adalah mereka yang tidak meminta-minta dan tidak menampak-nampakkan kemiskinannya.

- Al Imam As Suyuthi rahimahullah bertutur dalam “Khumasiyyah”nya bahwa pahala sedekah itu ada lima macam;
1. Sedekah berpahala 10 kali lipat, yaitu bersedekah kepada orang yang sehat badannya.
2. Sedekah berpahala 90 kali lipat, yaitu bersedekah kepada orang buta atau orang sakit.
3. Sedekah berpahala 900 kali lipat, yaitu bersedekah kepada kerabat yang membutuhkan.
4. Sedekah berpahala 100.000 kali lipat, yaitu bersedekah kepada kedua orang tua.
5. Sedekah berpahala 900.000 kali lipat, yaitu bersedekah kepada seorang ‘ulama atau kepada seorang faqih (pakar fiqih). (Dari kitab Bughyatul Mustarsyidin).

- Orang itu akan mudah dan ringan sekali kalo diajak untuk menyumbang pembangunan masjid dan semacamnya. Namun mereka akan merasa berat jika diminta menyumbang untuk keperluan dakwah ilallah, keberatan ini sebab dorongan dan bujuk rayu setan. (Kalam Habib Ahmad bin Sumaith)

Dari kitab Fawaidul Mukhtarah (Kumpulan Faedah2 Pilihan), hal. 168

-•×•-

Kebanyakan diantara orang miskin yang tidak mau menampakkan kemiskinannya, apalagi meminta-minta, adalah para ustadz dan kyai di kampung, yang kebanyakan dari mereka adalah para santri alumni pondok pesantren. Tidak mereka tampakkan kemiskinannya, apalagi meminta-minta, sebab mereka merasa membawa amanah ilmu, dan tidak pantas seorang yang berilmu berlaku demikian. Apakah mereka tidak bekerja?, mereka bekerja, namun hasilnya tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Mereka juga berkerja, tapi tidak bisa full time seperti orang lain, sebab mereka juga harus membagi waktu untuk mengajar alif ba’ ta’ dan tata cara shalat kepada anak-anak tetangga mereka. 
Maka sosok-sosok seperti inilah yang sebenarnya lebih butuh untuk diperhatikan, lebih perlu untuk diberi sedekah. Lebih penting daripada menyumbang pembangunan masjid dan semacamnya.

Wa Allah ta’ala A’lam

-•×•-

Toko Buku & Kitab
MAKTABAH DARUN NAJAH
https://wa.me/6287761766288

Puasa sunnah yang paling utama adalah puasa yang tidak sampai membuat tubuh menjadi lemah sehingga meninggalkan ibadah yang lebih utama (dari puasa sunnah tersebut), yaitu ibadah yang lebih ditekankan yang kaitannya dengan hak-hak Allah ta’ala dan hak-hak sesama hamba.

Puasa sunnah yang paling utama adalah puasa yang tidak sampai membuat tubuh menjadi lemah sehingga meninggalkan ibadah yang lebih utama (dari puasa sunnah tersebut), yaitu ibadah yang lebih ditekankan yang kaitannya dengan hak-hak Allah ta’ala dan hak-hak sesama hamba.
Yang pertama, yang kaitannya dengan hak Allah ta’ala, semisal jika puasa justru menyebabkan tubuh lemah hingga meninggalkan shalat, dzikir, atau belajar/ mencari ilmu. Oleh sebab inilah ada ulama yang menjelaskan bahwa alasan dilarangnya berpuasa di hari Jum’at dan di hari ‘Arafah adalah sebab puasa pada dua hari itu bisa membuat tubuh lemah sehingga tidak bisa maksimal dalam berdzikir dan berdo’a pada dua hari mulia tersebut. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedikit puasanya, kata beliau: “Sungguh, puasa mencegahku dari membaca Al Qur-an, padahal membaca Al Qur-an lebih saya suka”. Membaca Al-Qur’an itu lebih utama daripada puasa sunnah, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Sufyan Ats Tsauri dan para imam lainnya, begitu juga belajar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, lebih utama daripada puasa sunnah.
Para Imam Madzhab yang empat telah sepakat menyatakan bahwa menuntut ilmu itu lebih utama daripada shalat sunnah, dan shalat sunnah lebih utama daripada puasa sunnah, maka berarti menuntut ilmu itu dua kali lebih utama daripada puasa sunnah. Mengapa demikian?, sebab ilmu adalah lentera yang menjadi sumber cahaya dalam gelapnya kebodohan dan hawa nafsu.
Imam Ibnu Sirin radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sungguh telah banyak orang yang meninggalkan menuntut ilmu dan lebih memilih mihrab, lalu mereka habiskan waktu mereka hanya dengan shalat dan puasa tanpa didasari ilmu. Demi Allah, tidak seorangpun beramal tanpa didasari ilmu melainkan kerusakan yang akan ia timbulkan itu jauh lebih banyak daripada kemaslahatan yang akan ia raih.” 

Yang kedua, yang kaitannya dengan hak sesama hamba, semisal jika berpuasa bisa membuat tubuh lemah sehingga tidak mampu bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga atau tidak mampu memenuhi hak-hak pasangan (suami atau istri). Ketika seperti ini maka meninggalkan puasa sunnah lebih utama daripada menelantarkan hak mereka.

Penggalan dari kitab Lathaiful Ma’arif karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali.

-•×•-

Tulisan di atas bukan hendak menggembosi yang gemar puasa sunnah, tapi itu adalah arahan dari ulama agar kita tahu skala prioritas dalam beribadah. Wa Allah ta'ala a'lam 

Toko Buku & Kitab
MAKTABAH DARUN NAJAH
https://wa.me/6287761766288


Imam Wahb bin Wahb bin Wahb adalah orang pertama yang menyebarkan madzhab Imam Malik di Maroko. Ada sebuah cerita tentang beliau. Suatu hari di bulan Ramadhan raja Andalusia berhubungan badan dengan istrinya, lalu ia mendatangkan para ulama, yang saat itu dipimpin oleh Imam Wahb bin Wahb,

Imam Wahb bin Wahb bin Wahb adalah orang pertama yang menyebarkan madzhab Imam Malik di Maroko. Ada sebuah cerita tentang beliau. Suatu hari di bulan Ramadhan raja Andalusia berhubungan badan dengan istrinya, lalu ia mendatangkan para ulama, yang saat itu dipimpin oleh Imam Wahb bin Wahb, dan bertanya tentang ketentuan hukum yang harus sang raja terima. “Anda harus membayar kafarah dengan berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai hukuman”, kata Wahb.
Mendengar jawaban Wahb itu ulama lainnya yang ikut hadir hanya diam saja, kharisma beliau menjadikan mereka tidak berani membantah, meskipun mereka tahu bahwa dalam madzhab Maliki kafarah batal puasa sebab berhubungan badan itu diperbolehkan memilih antara memerdekakan budak, puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang miskin.

Ketika rombongan ulama ini keluar dari istana raja, mereka bertanya kepada Imam Wahb, “Mengapa Anda memfatwakan agar raja membayar kafarah dengan puasa saja, padahal boleh juga dengan memerdekakan budak?”
Kata Wahb, “Dia itu raja, ia punya banyak sekali budak, baik laki-laki ataupun perempuan, jadi kafarah dengan memerdekakan budak baginya enteng. Apabila ia tahu seperti itu bisa-bisa ia akan berhubungan badan setiap hari lalu ia merdekakan satu budak setelahnya, maka saya pun memilih memberikan fatwa yang akan membuat ia jera, sehingga ia tidak akan mengulanginya.”

Dari Kitab Syarah Yaqutun Nafis hal. 310

Berfatwa memang tidak semudah mengobral ta'bir kitab..

-•×•-

Toko Buku & Kitab
MAKTABAH DARUN NAJAH
https://wa.me/6287761766288

Model pembelajaran di LIPIA itu menarik. Sangat menarik. Kurikulumnya bertumpu pada kitab tertentu yang dipelajari -kurang lebih- dari kulit ke kulit. Berikut sebagian daftarnya.

Model pembelajaran di LIPIA itu menarik. Sangat menarik. Kurikulumnya bertumpu pada kitab tertentu yang dipelajari -kurang lebih- dari kulit ke kulit. Berikut sebagian daftarnya.

::: Aqidah
- Al-Qaulul Al-Mufid Syarah Kitab At-Tauhid (4 Semester = 2 Th)
- Syarah Ibn Abil 'Izz Al-Hanafi (4plhbg Semester = 2 Th)
::: Tafsir itu
- Fathul Qadir (8 Semester = 4 Th)
::: Haditsxgog bab o
- Subulussalam9m (8 Semester = 4 Th)
::: Fiqih UK jy ok
- Bidayah Al-Mujtahid (8 Sem kok kuiooester = 4 Th)
::: Faraidh politik l n drya
- At-Tahqiqat Al-Mardhiyyah (o RT2 Semester = 1 Th) nya
:::  ku Fiqih
- Al-Mumti' fi Alo di Zee-motoQawaid Al-Fiqhiyyah (2 Semester = 1 Thuyoii
Jl MH yi8
- Raudhah An-Nyazhir (8 S koemester = 4 Th)o Chu by di
::: Nahwu ok l Chu lx by
- Audhah Al-Masalik (8 Semester = 4 Th)uuo

Walaupun tidak dipungkiri, sebagian dosen ada yang berkereasi, namun secara umum model pembelajaran dari kulit ke kulit adalah model unggul yang patut dipertahankan. Dan di LIPIA berusaha mempertahankan itu.
Ustadz firman hidayat