๐ซTAWASSUL DENGAN ASMA ALLAH๐ซ
Dalam lanjutan do'a Rasulullah sebelumnya, disebutkan:
((ุฃَุณْุฃََُูู ุจُِِّูู ุงุณْู
ٍ َُูู ََูู، ุณَู
َّْูุชَ ุจِِู َْููุณََู، ุฃَْู ุฃَْูุฒَْูุชَُู ِْูู ِูุชَุงุจَِู، ุฃَْู ุนََّูู
ْุชَُู ุฃุญَุฏًุง ู
ِْู ุฎََِْููู، ุฃَْู ุงุณْุชَุฃْุซَุฑْุชَ ุจِِู ِْูู ุนِْูู
ِ ุงْูุบَْูุจِ ุนِْูุฏََู
“Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama-Mu, dan yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dia di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan dia kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang hanya Engkau ketahui sendiri.
Ungkapan ini merupakan bentuk tawassul kepada Allah dengan semua asma-Nya, baik nama yang diketahui atau yang tidak diketahui hamba. Dan, inilah wasilah (perantara) yang paling dicintai-Nya karena nama-nama Allah merupakan perantara yang menyiratkan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Rasulullah lalu berdo'a:
... ุฃَْู ุชَุฌْุนََู ุงُْููุฑْุขَู ุฑَุจِูุนَ َْููุจِู، َُูููุฑَ ุตَุฏْุฑِู، َูุฌَูุงَุกَ ุญُุฒِْูู، َูุฐََูุงุจَ َูู
ِّู َูุบَู
ِّู".
“... Kiranya Engkau jadikan al-Qur-an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, pelipur laraku, serta pengusir kecemasan dan keresahanku.”
Kata ((ุงูุฑّุจูุน)) berarti hujan yang menghidupkan atau menyuburkan bumi. Allah mengibaratkan al-Qur-an seperti hujan karena dia dapat menghidupkan hati. Allah juga menjadikan al-Qur-an seperti cahaya. Kemudian, dipadukanlah antara air yang memberikan kehidupan itu dengan cahaya yang memancarkan sinar; sebagaimana termaktub di dalam firman-Nya:
ุฃَْูุฒََู ู
َِู ุงูุณَّู
َุงุกِ ู
َุงุกً َูุณَุงَูุชْ ุฃَْูุฏَِูุฉٌ ุจَِูุฏَุฑَِูุง َูุงุญْุชَู
ََู ุงูุณَُّْูู ุฒَุจَุฏًุง ุฑَุงุจًِูุง َูู
ِู
َّุง ُِูููุฏَُูู ุนََِْููู ِูู ุงَّููุงุฑِ ุงุจْุชِุบَุงุกَ ุญَِْููุฉٍ
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah dia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan. (QS. Ar-Rad: 17)
Begitu pula, di dalam firman-Nya
ู
َุซَُُููู
ْ َูู
َุซَِู ุงَّูุฐِู ุงุณْุชََْููุฏَ َูุงุฑًุง ََููู
َّุง ุฃَุถَุงุกَุชْ ู
َุง ุญََُْููู ุฐََูุจَ ุงَُّููู ุจُِููุฑِِูู
ْ
“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka.” (QS. Al-Baqarah: 17)
Setelah itu, Allah berfirman:
ุฃَْู َูุตَِّูุจٍ ู
َِู ุงูุณَّู
َุงุกِ
“Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit.” (QS Al-Baqarah: 19)
Dan, ketika Allah menegaskan:
ุงَُّููู ُููุฑُ ุงูุณَّู
َุงَูุงุชِ َูุงْูุฃَุฑْุถِ ู
َุซَُู ُููุฑِِู
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya.” (QS. An-Nuur: 35)
maka Dia pun berfirman:
ุฃََูู
ْ ุชَุฑَ ุฃََّู ุงََّููู ُูุฒْุฌِู ุณَุญَุงุจًุง ุซُู
َّ ُูุคَُِّูู ุจََُْููู
“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya.” (QS. An-Nuur: 43)
Dengan demikian, do'a ini mengandung permohonan agar Allah menghidupkan hati beliau dengan al-Qur-an, juga menerangi dada beliau dengan cahaya al-Qur-an, sehingga antara kehidupan dan cahaya terpadu menjadi satu di dalam dirinya.
Tentang hal itu, Allah berfirman:
ุฃََูู
َْู َูุงَู ู
َْูุชًุง َูุฃَุญََْْูููุงُู َูุฌَุนََْููุง َُูู ُููุฑًุง َูู
ْุดِู ุจِِู ِูู ุงَّููุงุณِ َูู
َْู ู
َุซَُُูู ِูู ุงูุธُُّูู
َุงุชِ َْููุณَ ุจِุฎَุงุฑِุฌٍ ู
َِْููุง
“Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, samadengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?” (QS. Al-An’aam: 122)
Dikarenakan ukuran dada lebih luas daripada hati, maka cahaya yang ada di dada akan mengalir ke hati; sebab, hati mengambil cahaya dari sumber yang lebih luas daripadanya.
Dan, mengingat kehidupan badan dan setiap anggota tubuh bergantung pada kehidupan hati-dan telah diketahui sebelumnya bahwa kehidupan itu mengalir dari hati ke dada, baru ke seluruh anggota tubuh-maka Rasulullah memohon agar hati beliau dihidupkan dengan hujan (al-Qur-an) yang merupakan sumber kehidupan.
Begitu pula, mengingat kesedihan, keresahan, dan kesusahan itu bertentangan dengan kehidupan dan terangnya (kedamaian) hati, maka Nabi memohon agar semua itu sirna dengan perantara al-Qur-an, sehingga kedukaan itu tidak kembali lagi.
Sebab, jika kedukaan tersebut dihilangkan dengan selain al-Qur-an, seperti dengan kesehatan, dunia, jabatan, isteri atau anak, niscaya kedukaan tersebut akan kembali setelah semua itu sirna.
Ada tiga hal (yang dilahirkan oleh sesuatu) yang dibenci hati.
1. Jika berkaitan dengan masa lalu, dia akan memunculkan huzn (kesedihan).
2. Sementara jika berkaitan dengan masa yang akan datang, dia akan melahirkan hamm (kecemasan).
3. Dan jika berkaitan dengan masa sekarang, dia akan menghadirkan ghamm (keresahan). Wallaahu a’lam.
Ustadz faharudin