Anta fil Yaman
Ana mau berbagi kisah bagaimana tawadhu'nya para ulama di Yaman. Ana pernah beli kulkas besar 2 pintu. Ketika sudah deal, ana tanya ke penjual,
هل لديكم خدمة توصيل؟
“Apakah anda memiliki layanan antar barang?”
Penjual bilang, ”musykilah(masalah),,,,”
Ana bilang, “Rumah ana dekat kok, dekat dari Shalahi (mall khusus perempuan)”
Penjual, “ah Sahl(gampang itu)”
Masuklah Syaikh Muhammad Ali Ghalib hafizhahullah (beliau ahli di bidang aqidah dan fiqih) ke dalam toko dan membeli beberapa barang. Lalu penjual tanpa ewuh pakewuh meminta tolong kepada Syaikh untuk mengantarkan kulkas ana sampai rumah karena kebetulan Syaikh membawa mobil Hilux yg di belakangnya terdapat bak terbuka. Syaikh menyanggupi dan karyawan toko menaikkan kulkas ke atas mobil.
Syaikh mengajak ana masuk ke dalam mobil dan duduk di samping beliau. Beliapun menanyakan kabar ana dan beramah tamah, sampai ana ga engeh, ga ada karyawan toko yang ikut ke atas mobil. Nanti siapa yang akan menurunkan kulkas yang berat itu? Masak ana sendiri?
Ga lama kita sampai di depan rumah sewa ana dan Syaikh turun dari mobil dan langsung melompat naik ke atas pick up dan siap menurunkan kulkas. Pemandangan ini membuat ana sedikit ga percaya dan merasa ga enak dengan Syaikh. Sebagai orang Jawa tentu ana merasa ewuh pakewuh atau merasa tidak enak karena sudah diantarkan dan beliau bahkan mau menurunkan kulkas.
Ana bilang, “khalli ya Syaikh unazziluha biwahdi (biar saya sendiri saja ya Syaikh yg nurunin kulkasnya)”
Kata beliau, “Ini berat, kamu ga akan kuat ngangkat sendiri”
Kita berdua pun menurunkan kulkas sampai teras rumah. Ana bilang, “Cukup sampai sini saja Syaikh, nanti ana masukkan sendiri”. Beliau bilang, “Udah ga apap-apa, kamu bilang saja sama keluarga mu agar masuk ke dalam kamar, biar kita masukkan sampai ke dalam.”
Syaikh Ahmad Al-Asyhabiy (mudir Darul Hadits Sumain) membawa nampan besar berisi nasi untuk sepuluh orang di atas kepalanya ketika menjamu santri yang berkunjung ke Markiz beliau.
Syaikh Abu Hammam (ahli di bidang hadits dan musyrif Darul Hadits Syihr) biasa mengangkat galon air dan mengganti galon air yang kosong manakala air di dispenser masjid habis.
Dan masih ada banyak kisah lainnya yang sudah ana lupa yang menunjukkan bagaimana ketawadhu'an para ulama di Yaman. Ga ada ja'im dan merasa tinggi dengan ketinggian ilmu yang mereka miliki. MasyaAllah tabarakallah.
Al akh abu razin taufiq