Rabu, 22 April 2020

GLORIFIKASI BERLEBIHAN YANG BERUJUNG PENGAFIRAN TERKAIT POLEMIK ILMIAH LAMA ‘UDZR BIL-JAHL

GLORIFIKASI BERLEBIHAN YANG BERUJUNG PENGAFIRAN TERKAIT POLEMIK ILMIAH LAMA ‘UDZR BIL-JAHL

Sangat disesalkan, belakangan ini terjadi (kembali) fenomena (indikasi) pengafiran oleh sebagian kalangan. Di antara pemicu utamanya adalah glorifikasi polemik ilmiah seputar ‘udzr bil-jahl. Faksi yang menafikan ‘udzr bil-jahl mengeluarkan pernyataan yang (terindikasi) mengafirkan pihak lain yang menetapkannya.  

[Catatan: Selain terdapat simplifikasi dalam penulisan, misalnya dengan tidak dicantumkannya rincian mahall al-ittifaq wan-niza' dalam isu ini, beberapa istilah yang saya pakai juga sengaja tidak diberikan penjelasan tambahan, karena ia lebih ditujukan untuk pembaca yang sebelumnya sudah pernah mengetahui isu ini.] 

Sejak sekitar tahun 200x-an, saya sudah mengetahui bahwa diskursus ‘udzr bil-jahl memuat khilaf yang sudah lama terjadi (dan masih berlanjut sampai sekarang). Ada ulama yang menetapkannya namun ada pula yang menafikannya. Khilaf tersebut juga terjadi pada masa kehidupan Tiga Syaikh: al-Albani, Ibn Baz dan Ibn ‘Utsaymin; serta ulama lainnya yang juga hidup pada masa itu (seperti: Syaikh Shalih Alu Syaikh, Syaikh Muqbil, dll). Rahimahumullah. (Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara rinci masing-masing pendapat ulama tersebut.)

Sependek pengetahuan saya, pada masa tersebut bisa dikatakan bahwa tidak terjadi kondisi saling menyesatkan dan mengafirkan di kalangan para ulama dimaksud. Mereka saling menghormati. ‘Udzr bil-jahl pada umumnya juga tidak menjadi isu utama yang menjadi fokus kalangan pembelajar untuk berpolemik dan berpecah-belah. Syaikh al-Albani, Syaikh Ibn Baz dan Syaikh Ibn ‘Utsaymin bahkan pernah saling berkolaborasi pada risalah Fitnah al-Takfir, untuk membendung paham ekstrem pengafiran yang destruktif. (Saya sempat menyinggung tentang risalah itu pada status FB saya sebelumnya.)

Pada masa tersebut dan setelahnya, penjabaran Syaikh Ibn ‘Utsaymin terhadap materi al-Ushul al-Tsalatsah, Kitab al-Tawhid dan Kasyf al-Syubuhat, yang secara konsep beliau menetapkan ‘udzr bil-jahl, banyak dijadikan acuan oleh para pembelajar di berbagai penjuru dunia. 

Bahkan, juga ada hal yang cukup unik. Termasuk perkara yang umumnya diketahui, kutipan-kutipan dari Syaikh Ibn Baz biasanya digunakan untuk menguatkan pandangan yang menafikan ‘udzr bil-jahl. Namun demikian, ternyata beliau sendiri secara resmi pernah merekomendasikan buku berjudul Sa’at[u] Rahmat[i] Rabb al-‘Alamin li al-Juhhal al-Mukhalifin li al-Syari’ah min al-Muslimin wa Bayan ‘Umum al-‘Udzr fi al-Darayn li Ushul wa Furu’ al-Din, karya al-Ghubasyi. Padahal esensi konten buku itu justru menetapkan adanya ‘udzr bil-jahl. (Buku itu tersedia dalam bentuk PDF, serta bisa dicari dan diunduh via internet. Link-nya bisa dilihat pada bagian Komentar.) 

Begitu pula, pada tahun 1989 (1410 H) sempat terjadi diskusi terekam antara Syaikh Shalih Alu Syaikh (yang ketika itu tentunya masih muda), dengan Syaikh al-Albani, terkait sejumlah isu, di antaranya ‘udzr bil-jahl. Syaikh al-Albani menetapkannya, sedangkan Syaikh Shalih menafikannya (dan sampai sekarang pun demikian), mengikuti pendapat pendahulunya dari ulama Nejd. (Rekaman diskusi selengkapnya juga bisa dicari dan diunduh via internet. Link-nya bisa dilihat pada bagian Komentar.)

Pada intinya, diskursus dalam hal ini sudah lama terjadi, dan kemungkinan masih akan tetap terjadi di masa mendatang. Ada pun bagi saya, apabila perbedaan pandangan dalam hal ini disikapi secara baik dan proporsional, tanpa penyesatan apalagi pengafiran terhadap pihak lain yang berbeda pandangan, sebagaimana para ulama dahulu menyikapinya dan selama masih dalam koridor perbedaan pandangan di kalangan Ahli Sunnah, maka hal tersebut seharusnya tidak jadi masalah besar. Namun menjadi problem serius apabila terjadi glorifikasi yang eksesif, sehingga berujung pada penyesatan bahkan (indikasi) pengafiran, sebagaimana yang belakangan ini terjadi (kembali).  

Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua untuk menempuh jalan yang lurus dan menjadikan kita sebagai pelaku perbaikan di muka bumi. Wallahu a'lam bish-shawab.  

Menjelang tengah malam di Bekasi, 22/04/2020 
Adni Abu Faris