Senin, 27 April 2020

Jangan berpendapat yang itu tidak ada imamnya

✒️إياك أن تقول شيئا ليس لك فيه إمام
✒️Jangan berpendapat yang itu tidak ada imamnya
 
  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :

كل قول ينفرد به المتأخر عن المتقدمين ولم يسبقه إليه أحد منهم فإنه يكون خطأ...

"Setiap pendapat yang orang mutaakhirin bersendirian dalam pendapat tsb dan tidak ada dari kalangan mutaqaddimin maka itu pendapat yang keliru" (Majmu Fatawa: 11/ 166 cet. Al-Ubaikan, adapun pada cetakan lama maka juz 21/ 291).

Lalu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyambung kalam beliau dengan kalam Imam Ahmad bin Hanbal :

إياك أن تتكلم في مسألة ليس لك فيها إمام

"Jangan engkau berbicara tentang suatu masalah yang engkau tidak memiliki Imam dalam permasalahan tsb".

   Bukan apa-apa ya, yang senantiasa dapat pahala dalam segala ijtihadnya adalah seorang imam mujtahid yang telah sampai derajat ijtihad, jika dia ijtihad maka benar dan salahnya akan dapat pahala, berdasarkan hadits Nabi صلى الله عليه وسلم :

إذا حكم الحاكم فأصاب فله أجران وإن اجتهد فأخطأ فله أجر واحد

"Jika hakim menghukumi dan ijtihad lalu ia benar maka ia dapat dua pahala, dan jika ia ijtihad lalu ia salah naka ia dapat satu pahala" (HR Al-Bukhariy no 7352 dan Muslim no 1716)

   Adapun jika tidak sampai derajat ijtihad namun salah apakah tetap dapat pahala? Jika kita memberlakukan mafhum mukhalafah dari hadits tersebut maka sejatinya tidak dapat pahala, hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama terkait hadits ini.

   Imam Al-Baihaqiy membawakan hadits ini dalam Sunan Kubra nya dan bawakan judul :

باب اجتهاد الحاكم فيما يسوغ فيه الاجتهاد "وهو من أهل الاجتهاد"

Bab ijtihad hakim dalam permasalahan yang boleh untuk ijtihad dan ORANGNYA TERMASUK AHLI IJTIHAD.

   Begitu pula yang dijelaskan oleh Imam Al-Baghawiy terkait hadits ini, beliau berkata:

هذا فيمن كان جامعا لآلة الاجتهاد فأما من لم يكن محلّا للاجتهاد فهز متكلف لا يُعذر بالخطأ في الحكم بل يُخاف عليه أعظم الوزر روي عن بريدة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: القضاة ثلاثة: واحد في الجنة واثنان في النار... ورجل قضى للناس عىة جهل فهو في النار (شرح السنة: ١٠/ ١١٧-١١٨)

Yang seperti ini (dapat pahala ketika salah) adalah bagi yang mengumpulkan alat-alat ijtihad, adapun jika tidak pantas untuk ijtihad maka itu adalah takalluf (membebani diri sendiri di luar kemampuan) yang kesalahannya tidak diuzur ketika salah menghukumi, bahkan dikhawatirkan mendapatkan dosa yang paling besar sebagaimana diriwayatkan dari Buraidah bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: Qadhi ada 3 macam, satu di surga dan dua di neraka... adapun yang di neraka yang memutuskan untuk manusia dengan kebodohan maka ia di neraka (Syarhus-Sunnah: 10: 117-118).

   Maka ketika kita masih di level muqallid hendaknya hati-hati jika mengeluarkan pendapat yang tidak ada imam nya, sudahlah kesalahannya tidak diuzur karena belum mencukupi alat-alat ijtihadnya ditambah lagi nanti akan menanggung dosa-dosa orang yang mengikuti fatwa tersebut.


نسأل الله السلامة والعافية
Ust farian Ghani harima