Kamis, 23 April 2020

LUPA PELAJARAN BASIC

LUPA PELAJARAN BASIC

Pelajaran yang sangat dasar yang biasa diberikan kepada ahlu sunnah adalah mencintai para sahabat, tunduk kepada pemimpin dan seterusnya. Namun seorang yang masih bergelar manusia, maka salah dan lupa adalah tempatnya. Hanya saja yang membedakan ia manusia baik dan manusia jelek adalah ketika ia mau meralat sikapnya yang salah atau keliru. Ahlus sunnah adalah orang yang gampang untuk kembali kepada kebenaran ketika diingatkan ia keliru, sedangkan ahlu bid'ah adalah orang-orang yang bebal terhadap kekeliruan setelah diingatkan. 

Saya akan nukilkan dua kisah yang menarik yang menjelaskan gambaran akan hal ini. 

Kisah pertama

Siapa yang tidak mengenal salah seorang sahabat besar yang merupakan salah satu dari sepuluh orang yang dijamin dengan surga, salah satu ahlu ahli wal aqdi, salah seorang tokoh besar sahabat radhiyallahu anhu. 
Suatu ketika beliau pergi menemani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu pun ada disitu. 
Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Wahai Zubair, apakah engkau mencintai Ali?’
Zubair menjawab, ‘Bagaimana bisa aku tidak mencintai anak dari pamanku (baik dari pihak ayah ataupun ibu) dan dia seagama denganku’.
Beliau melanjutkan sabdanya, ‘Demi Allah wahai Zubair, sungguh engkau akan memeranginya dan saat itu engkau berada di pihak yang keliru’.”

Lihat bagaimana sebuah pelajaran yang sangat basic untuk mencintai para sahabat, ahlu bait dan kaum muslimin pada umumnya, bisa terlupa dari diri tokoh besar Sahabat. Namun sikap seorang ahlus sunnah sejati, ketika diingatkan ia akan rujuk. Yang meriwayatkan kisah diatas adalah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu pada perang Jamal, maka setelah mendapatkan nasehat dari Ali terkait pelajaran basic dalam masalah ini, Zubair pun berkata : "aku ingat sekarang, dan aku hilaf dari pesan Beliau itu. Demi Allah, aku tidak akan memerangimu.” 
Zubair pun berpaling dari perang Jamal, namun sayang ada manusia yang jelek yang membunuhnya setelah itu. 

Kisah diatas diangkat oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah dalam kitabnya "Raf'ul Malaam" ketika menyebutkan kelupaan sebagai sebab terjadinya perbedaan pendapat dikalangan ulama. 

Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan ahlu bid'ah, pada saat mereka mengepung Utsman bin Affan untuk membunuhnya, maka Utsman radhiyallahu anhu sudah mengingatkan mereka akan keutamaan diri Beliau dalam Islam dan larangan membunuh seorang Muslim secara zhalim, namun dasar bebal mereka tetap saja membunuh beliau. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

لَـقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِ ۗ 
"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal". (QS. Yusuf 12: Ayat 111).

Abu Sa'id Neno Triyono