Jama'ah Tabligh adalah kelompok bid'ah yang dirintis oleh Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi, seorang panganut tarekat Sufi yang berasal dari India. Dia menjalankan misi tablighnya setelah pergi ke makam Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Muhammad Ilyas wafat tahun 1363 H.
(Jama'ah Tabligh Mafahim Yajib An Thushohhah hal. 2 – 3)
(Jama'ah Tabligh Mafahim Yajib An Thushohhah hal. 2 – 3)
Jama'ah Tabligh memiliki manhaj dan pokok pemahaman yang mereka sebut dengan "Ushulus Sittah" di antaranya adalah :
(1) Mengamalkan kalimat thayyibah "Laa Ilaha Illallah Muhammadar Rasulullah",
(1) Mengamalkan kalimat thayyibah "Laa Ilaha Illallah Muhammadar Rasulullah",
(2) Shalat khusyu',
(3) Ilmu dan dzikir,
(4) Menghormati kaum Muslimin,
(5) Mengikhlaskan niat,
(6) Keluar (khuruj) di jalan Allah.
Keenam pokok ini bila dibaca sepintas lintas tidak ada penyelisihannya terhadap syari'at. Tetapi setelah disaksikan prakteknya secara nyata mereka amalkan dengan pemahaman yang batil.
Diantara ciri khas cara berdakwah jamaah tabligh adalah menghindari kajian dan soal jawab tentang ilmu-ilmu fiqh dan aqidah yang sering dituding sebagai biang pemecah belah ummat.
Jamaah Tabligh dan para tokohnya, merupakan orang-orang yang sangat rancu dalam hal aqidah. Demikian pula kitab referensi utama mereka Tablighi Nishab atau Fadhail A'mal karya Muhammad Zakariya Al-Kandahlawi, merupakan kitab yang penuh dengan kesyirikan, bid'ah, dan khurafat. Di antara sekian banyak kesesatan mereka dalam masalah aqidah adalah :
1. Keyakinan tentang wihdatul wujud (bahwa Allah menyatu dengan alam ini).
(Lihat kitab Tablighi Nishab, 2/407, bab Fadhail Shadaqat, cet. Idarah Nasyriyat Islam Urdu Bazar, Lahore).
(Lihat kitab Tablighi Nishab, 2/407, bab Fadhail Shadaqat, cet. Idarah Nasyriyat Islam Urdu Bazar, Lahore).
2. Sikap berlebihan terhadap orang-orang shalih dan keyakinan bahwa mereka mengetahui ilmu ghaib.
(Lihat Fadhail A’mal, bab Fadhail Dzikir, hal. 468-469, dan hal. 540-541, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
(Lihat Fadhail A’mal, bab Fadhail Dzikir, hal. 468-469, dan hal. 540-541, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
3. Tawassul kepada Nabi (setelah wafatnya) dan juga kepada selainnya, serta berlebihannya mereka dalam hal ini.
(Lihat Fadhail A'mal, bab Shalat, hal. 345, dan juga bab Fadhail Dzikir, hal. 481-482, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
(Lihat Fadhail A'mal, bab Shalat, hal. 345, dan juga bab Fadhail Dzikir, hal. 481-482, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
4. Keyakinan bahwa para syaikh sufi dapat menganugerahkan berkah dan ilmu laduni
(lihat Fadhail A'mal, bab Fadhail Qur'an, hal. 202- 203, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
(lihat Fadhail A'mal, bab Fadhail Qur'an, hal. 202- 203, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
5. Keyakinan bahwa seseorang bisa mempunyai ilmu kasyaf, yakni bisa menyingkap segala sesuatu dari perkara ghaib atau batin.
(Lihat Fadhail A'mal, bab Dzikir, hal. 540- 541, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
(Lihat Fadhail A'mal, bab Dzikir, hal. 540- 541, cet. Kutub Khanat Faidhi, Lahore).
6. Hidayah dan keselamatan hanya bisa diraih dengan mengikuti tarekat Rasyid Ahmad Al-Kanhuhi.
(lihat Shaqalatil Qulub, hal. 190).
(lihat Shaqalatil Qulub, hal. 190).
Oleh karena itu, Muhammad Ilyas sang pendiri Jamaah Tabligh telah membai'atnya di atas tarekat Jisytiyyah pada tahun 1314 H, bahkan terkadang ia bangun malam semata-mata untuk melihat wajah syaikhnya tersebut.
(Kitab Sawanih Muhammad Yusuf, hal. 143, dinukil dari Jama'atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 2).
(Kitab Sawanih Muhammad Yusuf, hal. 143, dinukil dari Jama'atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 2).
7. Saling berbai'at terhadap pimpinan mereka di atas empat tarekat sufi: Jisytiyyah, Naqsyabandiyyah, Qadiriyyah, dan Sahruwardiyyah.
(Ad-Da'wah fi Jaziratil 'Arab, karya Asy-Syaikh Sa'ad Al-Hushain, hal. 9-10, dinukil dari Jama'atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 12).
(Ad-Da'wah fi Jaziratil 'Arab, karya Asy-Syaikh Sa'ad Al-Hushain, hal. 9-10, dinukil dari Jama'atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 12).
8. Keyakinan tentang keluarnya tangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari kubur beliau untuk berjabat tangan dengan Asy-Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i.
(Fadhail A'mal, bab Fadhail Ash-Shalati 'alan Nabi, hal. 19, cet. Idarah Isya’at Diyanat Anarkli, Lahore).
(Fadhail A'mal, bab Fadhail Ash-Shalati 'alan Nabi, hal. 19, cet. Idarah Isya’at Diyanat Anarkli, Lahore).
9. Kebenaran suatu kaidah, bahwasanya segala sesuatu yang menyebabkan permusuhan, perpecahan, atau perselisihan -walaupun ia benar- maka harus dibuang sejauh-jauhnya dari manhaj Jamaah.
(Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa'rifuha, hal. 10).
(Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa'rifuha, hal. 10).
10. Keharusan untuk bertaqlid
(lihat Dzikir Wa I'tikaf Key Ahmiyat, karya Muhammad Zakaria Al-Kandahlawi, hal. 94, dinukil dari Jama'atut Tabligh ‘Aqaiduha wa Ta'rifuha, hal. 70).
(lihat Dzikir Wa I'tikaf Key Ahmiyat, karya Muhammad Zakaria Al-Kandahlawi, hal. 94, dinukil dari Jama'atut Tabligh ‘Aqaiduha wa Ta'rifuha, hal. 70).
11. Banyaknya cerita-cerita khurafat dan hadits-hadits lemah/ palsu di dalam kitab Fadhail A'mal mereka, di antaranya apa yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Hasan Janahi dalam kitabnya Jama'atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 46-47 dan hal. 50-52. Bahkan cerita-cerita khurafat dan hadits-hadits palsu inilah yang mereka jadikan sebagai bahan utama untuk berdakwah.
Wallahul Musta'an.
di share ulang oleh ustadz hafzan el hadi
salah satu kontributor konsultasi syariah
di share ulang oleh ustadz hafzan el hadi
salah satu kontributor konsultasi syariah