PROPAGANDA TAKLID
Ketika kuliah pada pelajaran tsaqofah Islamiyah, ada perkataan dari Mentri Propaganda Nazi yaitu Joseph Goebels yang diterjemahkan dalam bahasa Arab.
اكذب اكذب حتى يصدقك الناس
"Berdustalah, dan teruslah berdusta, sampai manusia menganggap kedustaanmu benar."
Dan ternyata manhaj propaganda nazi seperti ini terbukti ampuh, bahkan banyak dipakai oleh propagandis dari kelompok lain.
Tampaknya manhaj ini juga yang dipakai oleh sebagian orang atau da'i yang bersebrangan dengan Ustadz Yazid dan Ustadz Hakim secara khusus, atau selain mereka secara umum.
Laskar jihad misalnya selalu berdusta bahwa mereka berdua bermanhaj Sururi, dan Turotsi, dan terus saja diulang-ulang ribuan kali, sehingga kedustaan mereka dianggap benar.
Takfiriyyin misalnya, terus menerus mengulang-ulang kedustaan mereka, bahwa Ustadz-ustadz kami aqidahnya Murjiah, padahal mereka sangat jauh dari paham Murjiah, sedikit maupun banyak.
Dan orang yang bersebrangan dengan mereka dalam pendapat fiqh, ataupun fiqh dakwah menuduh murid-muridnya ketika membela pendapat gurunya, ini adalah perbuatan TAKLID. Terus menerus ribuan kali mereka tuduhkan dengan kedustaan bahwa perbuatan ini adalah TAKLID. Padahal, secara dakwah dari ceramah, tulisan, buku, guru Kamilah yang paling memerangi TAKLID. Dan apa yang kami bela dari pendapat guru kami, sudah barang tentu berdasarkan dengan dalil-dalil yang tidak sedikit.
Tidak peduli, dengan realita, dan tidak jujur dengan definisi, tetap saja mereka tuduh kami TAKLID. Padahal, secara definisi saja sudah tidak sesuai tuduhan mereka. Apa itu TAKLID. Cuma, ketika pendapat mereka diselisihi oleh ustadz Kami, dan kami pandang hujjah mereka kuat, para da'i yang menyelisihi dan penggemarnya tidak bisa membawakan dalil yang lebih kuat, atau membantah hujjah yang kami bawa. Maka dilancarkanlah propaganda TAKLID.
Oleh karena itu, agar tidak termakan propaganda dusta mereka, marilah pahami dengan benar apa taklid itu? Apakah semua taklid tercela? Atau ada yang dibolehkan? Kapan dibolehkan taklid? Ada berapa tingkatan manusia dalam ilmu?
Semoga kajian berikut bisa menambah nutrisi ilmu kita.