SYAIKH ABDUL MUHSIN MENGINGKARI PENGUASA TERANG-TERANGAN??
Pertanyaan: Syaikhuna, sebagian menganggap bahwa Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad -hafidzahullah- membolehkan mengingkari Penguasa secara terang-terangan.
Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily -hafidzahullah- menjawab: "Tidak! Syaikh Abdul Muhsin -semoga Allah menjaganya- berpendapat bahwa waliyul amr adalah penguasa negeri (Raja). Dan orang yang dibawahnya bukanlah hakim, akan tetapi mereka adalah para pegawai. Maka ia berpendapat boleh untuk mengkritiknya.
Adapun penguasa, maka ia tidak berpendapat mengingkarinya secara terang-terangan kecuali apabila penguasa tersebut ada dihadapan ketika dia melakukan kemungkaran, dan orang yang mengingkari memiliki kewibawaan, dan aman dari fitnah. Ini yang aku dengar dari Syaikh tentang permasalahan penguasa (yang diingkari terang-terangan).
(Pertanyaan) Ini adalah pencampur adukkan. Syaikh berpendapat bahwa para menteri, dan yang dibawahnya tidak seperti kedudukan waliyul amr (penguasa).
Pertanyaan: "Apakah boleh berbeda pendapat dalam masalah ini?"
Syaikh menjawab: "Adapun mengingkari penguasa, mengingkari dengan fitnah, ini harus diberikan dhobith (standarisasi). Mengingkari dengan fitnah, mengingkari yang diikuti oleh fitnah, menggugurkan kewibawaan penguasa, menggerakkan masa (untuk membenci penguasa), hal ini para salaf tidak berselisih bahwa hal tersebut dilarang.
Penanya: Jazaakumullah Khoiron ya Syaikh!
Syaikh berkata: "Akan tetapi bagi siapa yang berijtihad dalam masalah ini, kita tidak mengatakan dia Mujtahid, akan tetapi dia jelas salah!. Apabila kita mengetahui dari Ushul/pokok aqidahnya bahwa dia adalah pengikut sunnah, maka kita katakan ulama Sunnah yang salah.
Kalau kita mengetahui bahwa dia berada di atas jalan sururiyyah, di atas jalan yang menggerakkan masa, maka kita katakan ia berjalan sesuai jalan Sururi, dan dia bagian dari mereka."
Selesai.
Dika Wahyudi
Karawang 18 Februari 2024
8 Sya'ban 1445 H.
https://www.facebook.com/share/v/Xeqj8qHScekukf2H/?mibextid=oFDknk