Tulisan-tulisan kami, dari tim divisi pendidikan dan dakwah PPMI Madinah, semua kami upload di medium, link :
https://medium.com/@pendakppmi
*_Divisi Pendidikan dan Dakwah_*
Jum'at, 16 Februari 2024
________________________
*SERI BIOGRAFI : FUQOHA' SAB'AH*
_"Empat : Sulaiman bin Yasar"_
➖➖➖➖➖➖
🔰 NAMA DAN KELAHIRANNYA
Nama beliau adalah Sulaiman bin Yasar al Hilali al-Madani. Ayah beliau bernama Yasar berasal dari wilayah Persia, dan ia merupakan Maula (bekas budak) dari Ummul Mukminin, Maimunah binti al-Harits, salah satu istri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
Sulaiman bin Yasar memiliki kunyah yang masyhurnya adalah Abu Ayyub. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali al-Madini, Al-Bukhori dan Muslim, tetapi dikatakan juga bahwa kunyah beliau adalah Abu Abdurrahman atau Abu Abdillah. Beliau memiliki beberapa saudara kandung yaitu; ‘Atha’ bin Yasar, ‘Abdul Malik bin Yasar, dan ‘Abdullah bin Yasar.
Sulaiman bin Yasar adalah salah seorang tabi'in yang dilahirkan di saat kekhilafahan Utsman bin Affan, sekitar akhir dari kepemimpinan beliau, di tahun 34 H.
Tentang beliau, Imam adz-Dzahabi berkata, "Beliau adalah orang faqih, al-imam, orang alimnya penduduk madinah dan juga muftinya."
Ibnu Ma'in menyatakan bahwa beliau adalah perawi yang tsiqoh. Abu Zur'ah juga berkata, "Beliau orang yang terpercaya, mulia dan juga ahli ibadah."
Ibnu Sa'ad menyifati beliau sebagai orang yang tsiqoh, alim, tinggi derajatnya, ahli fikih dan meriwayatkan banyak hadits. (Kitab Siyar A'lam an-Nubala, 4/444).
➖➖➖➖➖➖
🔰 PERKEMBANGAN KEILMUANNYA
Sulaiman bin Yasar menimba ilmu dari para sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam yang saat itu masih hidup, diantaranya adalah ; Maimunah, Ummu Salamah, Aisyah, Fathimah binti Qois, Hamzah bin Amr al-Aslami, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Abbas, al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Rofi' (Maula Rasulullah shalallahu alaihi wasallam), Abu Said, Abu Hurairah dll -Radhiyallahu Anhum-. (Kitab Tahdzib at-Tahdzib, 4/228).
Selain memgambil ilmu dari para sahabat yang senior, beliau juga belajar ke tabi'in yang lain dan meriwayatkan hadits dari mereka, seperti Urwah bin Zubari, Kuraib, 'Irok bin Malik, Murowih, dll. Hingga akhirnya beliaupun terhitung sebagai ulamanya penduduk Madinah dan ahli fikihnya.
Bahkan sebagian kalangan ada yang mengutamakannya diatas kedudukan Sa'id bin al-Musayyib. Pernah ada seseorang yang meminta fatwa kepada Sa'id bin al-Musayyib, dan beliau berkata, "Pergilah ke Sulaimam bin Yasar, karena beliaulah yang paling alim dari orang-orang yang tersisa saat ini."
Berkata al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, "Sulaiman di sisi kami lebih berilmu daripada Sa'id bin al-Musayyib."
Imam Malik pernah berkata, "Sulaiman bin Yasar termasuk orang yang paling alim disisi kami setelah Sa'id bin al-Musayyib, dan beliau sering menyepakati Sa’id dalam permasalahan agama. Dan Sa’id sendiri tidak berani mendahuluinya.”
Berkata Qotadah, "Aku datang ke Kota Madinah, kemudian aku bertanya tentang penduduk Madinah yang paling paham dalam bab thalaq, maka mereka (para penduduk Madinah) berkata : Sulaiman bin Yasar." (Lihat nukilan-nukilan ini di kitab Thobaqot al-Fuqoha, karya asy-Syirozi, hal. 61).
➖➖➖➖➖➖
🔰 DIANTARA MURIDNYA
Tercatat banyak perawi yang meriwayatkan hadist darinya di antaranya Az-Zuhri, Abu Zanad, Rubai'ah Ar-Ra'y, dan lainnya. Adapun yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah saudara kandung beliau yaitu ‘Atha’ bin Yasar, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Bukair bin Al-Asyaj, ‘Amr bin Dinar, ‘Amr bin Maimun bin Mihran, Salim Abu An-Nadhr, Rabi’ah Ar-Ray, Ya’la bin Hakim, Ya’qub bin ‘Utbah, Abu Az-Zinad, Shalih bin Kaisan, Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atha’, Muhammad bin Yusuf Al-Kindi, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Yunus bin Yusuf, ‘Abdullah bin Al-Fadhl Al-Hasyimi, ‘Amr bin Syu’aib, Muhammad bin Abi Harmalah, ‘Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, Khutsaim bin ‘Irak, dan yang lainnya.
➖➖➖➖➖➖
🔰 SULAIMAN BIN YASAR DAN FITNAH PEREMPUAN
Sulaiman bin Yasar adalah seorang ahli ibadah yang tekun, dan terpelihara dari fitnah. Termasuk fitnah yang datangnya dari perempuan. Sebagaimana dijelaskan oleh Abu Nu’aim al-Asfahani dalam karyanya Hilyatul Auliya’ wa Thabaqat al-Asfiya’, bahwasanya suatu ketika Sulaiman bin Yasar keluar dari Madinah bersama seorang temannya. Sampai suatu ketika mereka singgah di Al-Abwa’, temannya berdiri lalu mengambil bekal, kemudian bertolak ke pasar untuk berbelanja keperluan mereka, sementara itu Sulaiman tetap berada di tenda.
Sulaiman bin Yasar sendiri adalah sosok orang yang berparas paling tampan, dan ia termasuk manusia yang paling wara’. Dan ketika sedang berada di tenda sendirian, Sulaiman dilihat oleh seorang wanita Baduy dari puncak bukit yang sedang berada di tendanya.
Ketika wanita itu melihat ketampanan dan keindahan Sulaiman, dia segera menghampirinya sambil mengenakan burqa (penutup muka) dan sarung tangan. Wanita itupun datang, lalu duduk di hadapan Sulaiman dan menyingkapkan wajahnya, seakan-akan itu adalah belahan bulan. Wanita tersebut juga berkata, “Apa engkau mau memberiku?”
Mendengar ucapan wanita tersebut, Sulaiman mengira bahwa si wanita itu menginginkan makanan, maka dia pun berdiri mengambil sisa bekal untuk diberikan kepadanya. Namun wanita itu berkata, “Aku tidak menginginkan ini, tapi menginginkan apa yang biasa dilakukan laki-laki terhadap isterinya.” Mendengar ucapan wanita tersebut, Sulaiman pun berkata,”lblis telah membawamu kepadaku!”
Sulaiman akhirnya membenamkan kepalanya ke kerah bajunya, Ialu dia pun mulai meratap dan terus menangis. Tatkala wanita itu melihatnya demikian, dia pun kembali menurunkan burqa ke wajahnya, lalu melangkahkan kakinya untuk kembali ke tendanya.
Tak lama kemudian, teman Sulaiman pun datang setelah berbelanja untuk kebutuhan mereka. Tatkala sang teman melihat Sulaiman dengan mata bengkak karena menangis, dan lehemya sudah mengering dia pun berkata, “Apa yang membuatmu menangis?” Sulaiman pun menjawab, “Aku baik-baik saja. Aku hanya ingat anak perempuanku.”
Temannya yang tidak percaya dengan ucapan Sulaiman pun kembali berkata, “Tidak, engkau pasti punya cerita. Anak perempuanmu itu telah berlalu tiga tahun atau sekitar itu.” Temannya pun terus mendesaknya hingga akhimya Sulaiman menceritakan tentang wanita badui yang menghampiri dan menggodanya. Mendengar cerita Sulaiman, temannyapun langsung meletakkan makanan, dan ia pun menangis dengan keras. Sulaiman kemudian berkata kepadanya, “Lalu apa yang membuatmu menangis?” Dia berkata, “Aku lebih berhak menangis daripada kamu.”
Sulaiman pun bertanya kepadanya, “Mengapa?” “Sungguh aku takut, seandainya aku berada di posisimu, tentu aku tidak sabar terhadapnya.” Jawab teman Sulaiman. Mereka berdua pun terus menangis.
Dan ketika Sulaiman sampai ke Mekkah, kemudian melaksanakan Thawaf, Sa’i dan menghampiri Hajar Aswad, dia menyelubungkan pakaiannya Ialu mengantuk. Namun tiba-tiba ada seorang lelaki sangat tampan berpostur tinggi mempesona, dan beraroma sangat wangi yang menghampirinya. Sulaimanpun bertanya kepadanya, ‘Siapa engkau, semoga Allah merahmatimu?” laki-laki tersebut kemudian menjawab, “Aku Yusuf bin Ya’qub (maksudnya adalah Nabi Yusuf Alaihissalam).”
Mendengar nama tersebut, Sulaiman kaget dan berkata, “Yusuf Ash-shiddiq?” Dia pun menjawab, “Ya.” Dan Sulaiman pun kembali berkata kepadanya, “Sesungguhnya perihalmu dan perihal wanita pembesar itu adalah perihal yang sangat menakjubkan.” Yang dimaksud Sulaiman adalah kisah Yusuf dan Zulaikha yang begitu menakjubkan. Mendengar perkataaan Sulaiman, Nabi Yusuf kemudian berkata kepadanya, “Perihalmu dan perihal wanita di al-Abwa’ itu lebih menakjubkan.” (Baca kisahnya di kitab Hilyah al-Auliya, 2/191 dan kitab Mukhtashor Tarikh Dimasyq, karya Ibnu Mandhur, 10/192-194).
CATATAN : Perbuatan yang dilakukan oleh Sulaiman bin Yasar termasuk salah satu perbuatan yang mendatangkan naungan di hari kiamat kelak, di saat tidak ada naungan kecuali dari Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang masyhur.
Dan kisah ini -walaupun sudah masyhur dan disebutkan di beberapa kitab sejarah- tidak lepas dari kritik sanad, seperti Imam adz-Dzhabi yang menyatakan bahwa sanad kisah ini munqothi' (terputus), lihat kitab Siyar A'lam an-Nubala, 4/446. Wallahu a'lam.
➖➖➖➖➖➖
🔰 WAFATNYA
Sulaiman bin Yasar wafat pada tahun 107 H, di saat umur beliau 73 tahun, dan hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh beberapa ahli sejarah. Tetapi, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa tahun wafat beliau adalah tahun 94 H, pendapat lain menyatakan di tahun 100 H, dan ada pendapat lain selain hal itu. (Baca kitab Tahdzib at-Tahdzib, karya Ibnu Hajar, 4/229).
➖➖➖➖➖➖
Referensi :
1. Ath-Thabaqot, karya Muhammad bin Sa'ad
2. Hilyah al-Auliya, karya Abu Nu'aim al-Asbahani
3. Siyar A'lam an-Nubala, karya Imam adz-Dzahabi
4. Tahdzib at-Tahdzib, karya Ibnu Hajar al-Asqolani
5. Thabaqot al-Fuqoha, karya Asy-Syirozi
Dll.
________________________
*PPMI MADINAH*
_Solid • Aktif • Dedikatif_
Ustadz ahbib sholih