Faedah-Faedah di Jeda Muhadharah dan Makan Siang bersama Al Ustadz Al Faadhil Abdul Hakim bin Amir 'Abdat hafizhahullah...
1. Beliau ketika di jeda Muhadharah-nya bercerita tentang Diskusinya dengan seorang Dosen dari salah satu Kampus Islam tentang Ilmu Manthiq. Karena terdesak, Sang Dosen emosi dan hampir menampar Al Ustadz. Diskusi tersebut berlangsung di Maktabah LIPIA. Beliau ceritakan juga kejadian ini di Buku beliau yang berjudul Zindiq. Ini menunjukkan bahwa seorang Da'i hendaknya memiliki pengetahuan yang luas dan menguasai pelbagai fan ilmu sehingga mampu berdiskusi dengan banyak kalangan, baik dengan para akademisi maupun praktisi sekaligus.
2. Beliau berkisah tentang firqah-firqah sesat dengan beragam aliran pemikiran yang berdiskusi dengan beliau di Maktabah. Kebanyakan mereka buta akan agama. Bahkan baca kitab saja belepotan. Menafsirkan seenak hatinya. Ketika disodori untuk langsung merujuk ke kitab-kitab baik yang primer maupun sekunder, mereka terperangah bahwa selama ini pemikiran mereka sesat. Ini menunjukkan bahwa kesesatan itu bermula dari kejahilan. Hanya bermodal semangat. Dan ini menunjukkan bahwa Ahlussunnah itu ilmiah dan kuat dalam hujjah. Demikianlah seharusnya. Setelah Taufiq dari Allah, Walhamdulillah banyak dari mereka yang kemudian rujuk kepada Manhaj beragama yang benar melalui diskusi-diskusi tersebut.
3. Beliau juga menceritakan tentang pengalaman beliau diundang untuk menjelaskan tentang Manhaj Salaf oleh beberapa Ormas. Dan disini beliau memberikan isyarat akan pentingnya fiqih dakwah, dan tidak tergesa merespon negatif terhadap kritikan-kritikan. Serta beliau menghormati mereka yang munshif (objektif) dalam memandang persoalan secara utuh dan siap bersikap terbuka dan ilmiah dalam berdiskusi. Faedah bagi kita adalah untuk senantiasa ilmiah, sabar, dan faham fiqih dakwah. Harus faham siapa yang berada di hadapan. Sehingga dakwah lebih tepat sasaran.
4. Ketika kami makan siang bersama beliau di salah satu Math'am di Majalengka. Kami seperti mendapat kuliah Sejarah secara gratis dari beliau. Beliau begitu fasih menjelaskan sejarah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan Islam, pergolakan politik di dalamnya, perjuangan kaum muslimin berjihad, menjelaskan alur sejarah, bahkan tahun-tahun kejadian. Dan beliau sendiri yang mengatakan bahwa masih terus melakukan riset tentang sejarah Jakarta, Islam di Jawa, dan lainnya, karena masih ada yang membuat beliau penasaran. Beliau bercerita tentang Fathullah (Fatahillah), Raden Fatah, Sultan Agung Mataram, dll. Banyak sekali yang beliau bahas di Meja Makan siang tadi. Saya sendiri yang penikmat sejarah merasa tercengang dengan data-data yang beliau kemukakan. Dalam hati saya berkata, "Nampaknya riset beliau ini bukan setahun atau dua tahun, bahkan puluhan tahun!".
5. Di Meja makan beliau juga menceritakan tentang kuatnya pengaruh para Du'at penyebar Islam di Indonesia. Mereka datang dengan membawa "sesuatu yang baru" dan menakjubkan bagi orang Nusantara. Gaya dakwah dan Fiqih mereka dalam berdakwah pun sangat strategik dan elegan. Hingga mudah diterima dalam waktu singkat.
6. Masih di Meja makan, beliau menjelaskan tentang salah satu target beliau dalam tulisan. Yakni menyusun sebuah kamus bahasa Indonesia hasil serapan dari bahasa Arab untuk kemudian di urutkan berdasarkan abjad. MaaSyaaAllah...
Dan masih banyak lagi sebenarnya yang dibicarakan beliau. Saya hanya merangkumnya untuk bisa segera diambil faedahnya.
البركة مع أكابركم
"Keberkahan itu bersama dengan para Kibar kalian."
Bagi sebagian Ikhwah yang mungkin masih mengecilkan para Sesepuh termasuk beliau, nampaknya perlu untuk mereview kembali. Sebab bagi yang mengenal mereka tentu akan tahu bagaimana kapasitas mereka, dan fahamilah bahwa antum sedang berhadapan dengan orang-orang yang telah belajar, melakukan riset, merasakan asam garam di jalan dakwah, yang bukan hanya setahun-dua tahun, tapi puluhan tahun lamanya. Wa laa uzakkiy 'alallaahi ahadaa...
Majalengka, 15 Sya'ban 1445 H, ketika hujan sore mengguyur Beusi...
Al Faqîr ilallâh,
—Abu Hazim Mochamad Teguh Azhar, MA.—