Nasihat dan Bincang-bincang Ringan dengan Ust. Dr. Ali Musri Senjam Putra, MA Hafidzahullahu Ta'ala
Malam Ahad, beberapa mahasiswa di Universitas Islam Madinah berasal dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dengan Ust. Ali Musri Hafidzahullahu Ta'ala, tentunya untuk saling menasehati dan berbagi pengalaman dari dakwah yang beliau jalani di Indonesia
Kita tahu beliau adalah sosok teladan di Kampus, pernah mendapatkan predikat mahasiswa teladan pada zamannya.
Sepanjang sejarah, beliau di antara mahasiswa yang menyelesaikan Magister dan Doktoral tercepat.
Tentu nasihat-nasihat beliau kami tunggu serta sharing-sharing dalam dunia dakwah.
✅ Di awal pertemuan beliau mengungkapkan kesedihan beliau melihat fenomena ada sebagian mahasiswa yg beliau temui lebih sibuk kerja daripada belajar
Hal ini sebenarnya sudah ada di zaman beliau, lalu beliau cerita kondisi Mahasiswa di zaman dulu yang sehari-harinya sibuk dengan ilmu terkhusus Thullab salafiyyin, hampir tidak ada yg sibuk dengan kerja (semisal trevel dll), kalaupun ada maka dinasehati.
Lalu beliau mengingatkan kita untuk kembali menata niat, Apa tujuan awal kita di Universitas Islam Madinah? Tentu untuk tafarrug (fokus) dalam belajar, agar pulang membawa ilmu yang bermanfaat untuk diamalkan dan didakwahkan.
Kurang enak apa belajar di Universitas Islam Madinah?
- Kuliah Gratis
- Uang saku ada
- Makan ada
- Asrama ada
- Tiket Pp setiap liburan ada
Dll
Kalau antum masih kurang dan ingin hidup lebih mewah dengan mencari-cari sampingan, maka antum keluar dari kuliah dan fokus saja bekerja.
Berat pertanggung jawaban dihadapan Allah kelak, ketika kita diberi kesempatan belajar di sini kemudian kita khianati amanah tersebut
Ketahuilah bahwa jalan dakwah bukan untuk bermewah-mewah, akan tetapi yakinlah bahwa antum tidak akan mati kelaparan dalam jalan dakwah, Allah yang jamin itu.
Syahadah (Ijazah) Universitas Islam Madinah tidak membuat antum mulia dihadapan Allah Ta'ala, mungkin antum bisa menipu manusia dengan itu namun antum tidak bisa menipu Allah Ta'ala.
Apa yang antum bawa pulang nanti jika antum sibuk kerja?
Uang banyak? Seberapa banyak sih uang itu ya ikhwah, pasti akan habis juga. Ingatlah tentang keberkahan, tentu antum faham. Percuma saja antum bawa pulang uang banyak, namun pengeluaran juga banyak sehingga masih saja kurang.
Ada yang uangnya sedikit, tapi cukup. Dan selalu ada jalan keluar ketika ada kebutuhan. Itu keberkahan yang Allah berikan, lalu ilmunya bermanfaat ketika pulang kelak.
Fokus belajar, dan segera pulang untuk berdakwah di jalan Allah, dan sabar dengan segala ujian yang ada.
Beliau bercerita, hanya hitungan jari beliau tidak hadir di majlis ilmu, itupun karena ada hal-hal mendesak. Adapun selebihnya beliau selalu hadir di halaqoh-halaqoh para masyayikh, baik itu di Masjid Nabawi atau yang lainnya. Pulang ke Indonesia tidak membawa penyesalan, kenapa dulu tidak begini dan begitu, karena beliau sudah berusaha semaksimal mungkin dalam belajar.
✅ Beliau juga menasehati kita agar dekat dengan senior dalam dakwah, terlebih saingan para ulama atau Dai-dai yang sudah sepuh, jangan mentang mentang sudah punya pengikut banyak dan gelar doktor lalu meremehkan yang lebih tua, jalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Ini adalah penyakit yang banyak menimpa di antara kita.
Beliau bercerita saat di Jakarta yaitu ketika di Lipia, sebelum beliau diterima di Universitas Islam Madinah.
Setiap pekan beliau hampir tidak pernah absen di majlis Ust. Abdul Hakim Abdat atau Ust. Yazid Abdul Qodir Jawas.
Ketika itu uang beliau hanya 60 ribu dalam sebulan (mukafaah i'dad thn 90 an), buat iuran kos 20 ribu dan makan 30 rb, maka sisa 10 rb buat pegangan selama satu bulan.
Tidak ada ongkos untuk naik angkot, maka beliau jalan kaki ke kajian. Kajian di mulai 08.30, maka beliau berangkat habis subuh.
Kalau kita sudah cinta ilmu, maka rasa capek itu tidak terasa.
✅Tegas dan memegang prinsip, serta menjaga hubungan baik dengan tokoh-tokoh masyarakat.
Beliau seringkali menasehati tokoh-tokoh dari berbagai afiliasinya dan meluruskan berbagai hal tentang tuduhan-tudahan jika berkesempatan bertemu.
✅Fitnah bagi dai bagitu besar, itulah ujian. Terutama ketika memiliki kedudukan di hati masyarakat, memiliki pengaruh dan yang lainnya. Maka hendaknya kita berhati-hati dan waspada.
✅Selanjutnya beliau bercerita tentang awal merintis STDI Imam Syafi'i, dengan segala tantangannya. Diancaam dan yang lainnya sudah beliau alami.
Selama tiga tahun awal merintis STDI 2007-2010, beliau fokus tidak kemana-mana. Kecuali daerah-daerah dekat Jember saja.
Merintis butuh fokus, tidak bisa ditinggal kemana-mana. Anak kalau ketinggalan induknya juga akan berantakan.
Dengan izin Allah STDI Imam Syafi'i berkembang hingga saat ini. Walhamdulillah
Hingga akhirnya beliau memaparkan tentang STAI IMSYA/IAI IMSYA Pekanbaru, yang beliau rintis kembali, walaupun sebelumnya sudah berjalan. Namun beliau rombak dari banyak sisi, termasuk kurikulum dan lainnya.
Dan beliau mengajak temen-temen Pascasarjana untuk bergabung, membantu mengajar disana, karena kebutuhan pengajar begitu penting dalam sebuah lembaga.
Beliau juga menasehati bagi Mahasiswa Pascasarjana agar berkriprah di Perguruan Tinggi, bukan hanya sekedar di Pondok pesantren. Kita berjihad di penelitian ilmiyah, jurnal-jurnal yang diakui.
Pertemuan di akhiri dengan makan bersama.
Sebenarnya ada hal-hal lain yang beliau sampaikan, namun itu tidak layak di share di publik. Cukup menjadi pelajaran bagi kita calon-calon dai masa depan agar lebih berhati-hati, karena fitnah begitu banyak.
Semoga Allah menjaga Ustadzuna Dr. Ali Musri Senjam Putra Hafidzahullahu Ta'ala dan memberkahi waktu beliau dan usia beliau.
✍️Abu Yusuf Akhmad Ja'far, Lc
Kota Madinah, 12/02/2023
https://www.facebook.com/share/p/KCshHAYk9MAWcs1j/?mibextid=oFDknk