Kadang saya mikir, saya belajar bahasa Arab belasan tahun, alhamdulillah bisa dikit2 baca kitab gundul, kok merasa ilmu agama ini semakin dipelajari makin serasa bercabang, hingga bisa dikatakan sulit menemukan hukum final atau bahasa kerennya yang rojih diantara sekian aqwal baik dalam masalah aqidah, atau fiqh. Karena bagi yang mengklaim ini rojih, ternyata tidak rojih menurut kelompok lain.
Dampaknya kesaya, saya jadi hati2 sekali dalam melihat suatu masalah agama karena dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki khawatir salah menjawab orang yang bertanya.
Tapi disisi lain saya melihat ada sebagian orang tidak belajar agama secara ta'shil, tak pula paham narasi syariat karena tak belajar ushul, mereka dengan sebegitu yakinnya berpegang dengan jawaban guru atau ustadznya ,hanya karena dia percaya dengan kredibilitas gurunya.
Kalau persoalannya sampai disitu maka tak ada masalah. Tapi ia mulai bergeser menyalahkan orang lain yang beda pendapat dengannya, hanya karena orang tersebut menyelisihi gurunya. Padahal kalau diajak debat belum tentu ia paham cara berdalil.
Sindrom apa yang menjadikan sebagian orang awam ini menjadi nekat kebablasan dalam menilai sesuatu yang ia tak punya tashowwur tentangnya. Apa yang menyebabkan ia merasa jumawa hingga berani berkomentar pada suatu yang bukan bidangnya ?
Kita ini diajarkan untuk selalu ilmiyah, yang artinya berdasarkan ilmu. Sementara muqoliid laisa min ahlil ilmi tapi kenapa ada sebagian muqoliid merasa ia diatas ilmu yang ia pasti yakini kebenarannya padahal ia tak pernah masuk menelitinya ?
Jangan sampai kita menjadi
رجل جاهل وهو لا يدري أنه جاهل
Seorang yang bodoh dan tidak mengetahui bahwa dia bodoh. Alias Jahil murokkab
Eko tholibun