Semua butuh proses, semua butuh latihan. Termasuk membiasakan diri, belajar menjadi Ahlussunnah dengan amal-amal ketaatan. Sekarang bukan saatnya lagi klaim-klaiman. Mari kita berjuang terdepan dalam mempraktikkan. Salah satunya adalah mendo'akan para pemimpin dengan kebaikan.
Al Imâm Ibnul Mubârak rahimahullâh mengatakan,
مَن قال: الصلاة خلفَ كُلِّ برٍّ وفاجرٍ، والجهاد مَعَ كُلِّ خليفةٍ، ولم يرَ الخروجَ على السلطان بالسيف، ودعا لهم بالصلاح، فقد خَرَجَ من قول الخوارج أوله وآخره.
"Sesiapa yang mengatakan: (Tetap) shalat di belakang setiap pemimpin baik ia orang baik maupun orang fajir; Jihad bersama setiap Khalifah (dengan komandonya); tidak berpandangan bolehnya keluar dari ketaatan pada penguasa dengan menghunus pedang (memberontak); serta MENDO'AKAN mereka dengan kebaikan; maka sungguh ia telah keluar dari ciri khas khawarij dari awal hingga akhirnya." [Syarh as-Sunnah lil Barbahâriy, hal. 132]
Bagaimana MENDO'AKAN KEBAIKAN itu?
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah,
...وإني لأدعو اللهَ له بالتسديدِ والتوفيقِ في الليلِ والنهارِ
"...Dan sesungguhnya diriku berdo'a kepada Allah untuknya (Penguasa) dengan kelurusan sikap dan kebijakan serta taufiq dari Allah di malam dan siang." [Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, 14/413]
Ya, sama, saya pun sedang belajar. Sedang berlatih. Mari kita mencoba dengan kebaikan-kebaikan. Renungkan, jika jutaan Ahlussunnah mendo'akan kebaikan, tak sulit bagi Allah untuk mengubah keadaan bersebab do'a seorang yang penuh dengan ketulusan.
—Abu Hazim Mochamad Teguh Azhar, MA.—