Teringat saat di majelis Syekh Abdul Muhsin Al-Abbad -hafizhahullah- di Masjid Nabawi, kajian Shahih Bukhari tahun lalu, saya menangkap faidah luar biasa tentang pentingnya belajar Talaqqi kepada seorang ulama.
Karena saya tidak bawa kitab maka saya browsing bab-bab yang dibahas, Kitab Thalaq.
Seperti biasa, seorang murid Syekh akan membaca hadis yang dibahas lalu syekh memberikan Ta'liq/komentar. Di antaranya terkait nama-nama rawi.
Sampailah kita pada nama Abdurrahman bin Ghasil. Syekh menjelaskan bahwa Ghasil di sini adalah Hanzhalah. Digelari Ghasilul Malaikah, orang yang dimandikan Malaikat karena beliau syahid di perang Uhud lalu dimandikan malaikat. Itu karena beliau seorang pengantin baru dan sedang berada dalam dekapan cinta sang istri kemudian tiba-tiba ada panggilan jihad maka dia tinggalkan kenikmatannya lalu di ikut berjihad dan gugur di medan jihad.
Itu pun, Abdurrahman bin Ghasil, antara Abdurrahman dan Ghasil masih ada beberapa nama, Abdurraman bin fulan bin fulan bin Ghasil/Hanzhalah.
Bayangkan jika kita mempelajarinya tanpa bimbingan ulama, kita akan memahaminya mentah-mentah. Namun, dengan bimbingan ulama, hanya dalam hitungan detik kita bisa memahaminya dengan matang. Tidak harus membuka puluhan referensi baru bisa memahami yang satu kata itu.
Kemudian, perhatikan gambar berikutnya, pada kalimat:
و هي تهب الملكة نفسها للسوقة
"Dan DIA seorang ratu sudi menyerahkan dirinya kepada seorang jelata/rendahan."
Padahal, yang benar adalah:
و هل تهب الملكة نفسها للسوقة ؟
"Akankah seorang ratu akan sudi menyerahkan dirinya kepada seorang jelata/rendahan?!"
Perhatikan di mana bedanya...!!
Karena salah cetak, maknanya jadi sangat jauh berbeda. Salah tulis:
هل
Yang artinya apakah...
Dengan kata:
هي
Yang artinya DIA.
Kemudian, perhatikan kalimat:
قد عدت معاذ
"Sungguh, kamu sudah kembali (ke) yang maha melindungi."
Sulit diterjemahkan. Karena, kalimat sebenarnya adalah:
قد عذت بمعاذ
"Sungguh, kamu telah berlindung kepada (Rabb) yang maha melindungi."
Bayangkan jika kita menelahnya tanpa bimbingan guru, bisa-bisa kita tersesat di tempat sebelum kita sampai kepada ilmu....
Itu baru dalam satu paragraf dan dalam masalah yang sangat ringan, lantas bagaimana dengan berjilid-jilid kitab yang kita baca sendiri, entah berapa kekeliruan dan salah paham yang kita dapati?!
Ustadz zainudin Zeta Saputra