Sabtu, 04 April 2020

mengubur orang kafir

Dikatakan dalam Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah:

لا خلاف بين الفقهاء في أنّه لا يجوز للمسلم أن يدفن كافراً ولو قريباً إلاّ لضرورةٍ، بأن لا يجد من يواريه غيره فيواريه وجوباً‏.‏ «لأنّه صلى الله عليه وسلم لمّا أخبر بموت أبي طالبٍ قال لعليٍّ رضي الله عنه‏:‏ اذهب فواره» وكذلك قتلى بدرٍ أُلقوا في القليب، أو لأنّه يتضرّر بتركه ويتغيّر ببقائه‏.‏ ولا يستقبل به قبلتنا لأنّه ليس من أهلها، ولا قبلتهم لعدم اعتبارها، فلا يقصد جهةً مخصوصةً، بل يكون دفنه من غير مراعاة السّنّة

Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ahli fikih bahwa tidak boleh seorang muslim mengubur jenazah seorang kafir walaupun dia kerabat, kecuali dalam kondisi darurat. Semisal, tidak ada orang lain yang menguburkannya, maka wajib baginya untuk menguburkannya. 

Hal ini berdasarkan riwayat bahwa Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- ketika wafatnya Abu Thalib beliau berkata kepada 'Ali -radhiyallahu 'anhu: "Pergilah, dan kuburkan ayahmu". Begitu pula orang-orang kafir yang mati di perang Badar, mereka dilempar ke sumur karena akan mengganggu jika dibiarkan membusuk di tempatnya.

Dan dia tidak diarahkan ke kiblat karena bukan termasuk ahli kiblat, tidak pula ke kiblat mereka karena tidak pula hal itu relevan. Maka tidak diarahkan kemana-mana, bahkan tidak perlu sesuai dengan sunnah.
Ustadz ristiyan Ragil