Kamis, 05 Maret 2020

Ulama Islam dan Bencana Pengkafiran

Sedikit Petikan Dari Makalah Syaikh Dr. Sulthan al-Umairiy "Ulama Islam dan Bencana Pengkafiran"

Ibn Taimiyah tidak hanya memperingatkan dari bahaya pengkafiran serampangan pada tataran teoretis melainkan juga sangat berhati-hati dalam pengaplikasiannya pada tataran praktis di jalan kehidupan ilmiah yang beliau tapaki. 

Beliau mengungkapkan di hadapan para alim ulama sekte Jahmiyah ekstrem -bagi beliau mereka telah jatuh dalam kekufuran nyata-, "Seandainya saya berada di posisi kalian, niscaya saya kafir karena saya memahami bahwa pendapat kalian merupakan kekufuran. Namun kalian bagi saya tidak kafir karena kalian tidak memahaminya (juhhāl)."

Sebagaimana beliau juga tidak mengkafirkan Taqiyuddin as-Subkiy yang berijtihad hingga menyimpulkan bahwa beristighatsah (meminta pertolongan) kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diperbolehkan. Beliau (as-Subkiy) menuliskan dalam bukunya "Syifā as-Saqām": bab kedelapan: tentang tawasul dan istighatsah dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di mana beliau membolehkannya setelah wafat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan uraian argumen cukup panjang. 

Bahkan lebih dari itu, as-Subkiy berkata dalam kumpulan fatwanya (Fatāwa as-Subkiy, 1/264-265) tentang dirinya, "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui bahwa setiap kebaikan yang aku raih dan Allah anugerahkan kepadaku seluruhnya karena sebab Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan karena perlindungannya kepadaku, juga karena aku selalu bertumpu kepada beliau dalam bertawasul kepada Allah di setiap perkara. Beliau lah wasilahku di dunia dan akhirat."

Kendati begitu, Ibn Taimiyah tidak pernah mengkafirkannya, melainkan bermuamalah dengannya sebagaimana bermuamalah dengan muslim. Bahkan Ibn Taimiyah menyanjung dan memujinya serta menilainya termasuk ulama besar dalam Islam. Ibn Taimiyah tidak pernah mengagungkan seorangpun dari ulama semasanya melebihi pengagungannya kepada as-Subkiy, sebagaimana dalam "Thabaqat asy-Syafiiyah" (6/168).

Lantas, apakah Ibn Taimiyah berbasa-basi dalam urusan agama, atau terpapar syubhat Murjiah, atau bahkan pemahamannya terdistorsi kredo Jahmiyyah?

Lebih menarik lagi, sikap Ibn Taimiyah yang tidak mengkafirkan al-Bakriy yang sangat keras membela ritual istighatsah dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan telah dibantah oleh Ibn Taimiyah.

Ibn Taimiyah berkata, "Kami tidak membalas kejahilan dan kebohongannya dengan pengkafiran dengan cara serupa, sebagaimana jika seorang berdusta dalam kesaksian terhadap seorang lainnya, atau menuduhnya melakukan perbuatan keji dengan dusta, maka tidak dibenarkan bagi pihak tertuduh untuk membalasnya dengan perbuatan serupa."

Ini semua menunjukkan kehati-hatian Ibn Taimiyah dalam menjatuhkan vonis terkait isu takfir.

Seandainya di zaman ini terdapat tokoh semisal al-Bakriy dan as-Subkiy, akan tampak banyak dari kalangan pemuda yang langsung mengkafirkan mereka serta menuduh siapapun yang tidak mengkafirkan mereka sebagai penganut kredo sekte Murjiah atau Jahmiyah atau sebagai penjilat.

Ibn Hajar al-Haitamiy mengutip dari para ulama Syafiiyah bahwa mereka sangat berhati-hati dalam bab takfir.

"Seyogianya seorang mufti berhati-hati dalam soal takfir selama memungkinkan lantaran akibat dari dampaknya yang amat berat dan adanya kemungkinan si pelaku tidak memaksudkannya terlebih dari kalangan masyarakat awam. Para imam dalam mazhab kami senantiasa memegang tradisi ini sejak zaman dulu hingga sekarang."

Terakhir, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata (ad-Durar as-Saniyyah, 8/217), "Maka wajib atas siapapun yang menjaga dirinya agar tidak berbicara dalam masalah ini kecuali dengan ilmu dan hujah terang dari Allah. Hendaknya berhati-hati dalam perihal mengeluarkan seorang dari agama Islam hanya dengan pemahaman dan apa yang diyakini baik oleh akalnya karena mengeluarkan seseorang dari agama Islam atau memasukkannya ke dalamnya merupakan persoalan besar dalam agama."

Semoga bermanfaat.

Saya mengetik di keypad sambil menahan kantuk karena hujan yang tak kunjung reda sejak malam. Ada kekhawatiran air sungai akan kembali meluap.

Semoga Allah menyelamatkan kami dan seluruh kaum muslimin dari berbagai bencana.
Ustadz alee masaid