Rabu, 18 Maret 2020

Pengalaman tarawih Masjidil Haram 1440 H / 2019 M Oleh: Khoirul Wafa mahasiswa S2 Ummu quro Mekkah

Pengalaman tarawih Masjidil Haram 1440 H / 2019 M

Oleh: Khoirul Wafa 

1. Tadi malam, Syeikh Mahir Al-Mu'aiqli sholat witir tanpa melakukan doa qunut. Sepanjang Ramadhan tahun ini, setahu saya, baru kali ini Imam tak baca qunut.

Seolah beliau ingin mengajarkan kepada kaum muslimin, terutama orang awam, bahwa qunut witir bukanlah wajib. Ia adalah sunnah.

2. Tadi malam, Syeikh Mahir Al-Mu'aiqli, melakukan sholat witir tiga rakaat disambung. Begitu juga, Syeikh Yaser Ad-Dosari, beberapa malam lalu. Padahal, biasanya witir itu dua roka'at salam, lalu satu roka'at salam.

Seolah beliau ingin mengajarkan kepada kaum muslimin, terutama orang awam, bahwa witir punya beraneka ragam cara.

3. Para imam Masjidil Haram biasanya membaca qunut dengan ditilawahkan. Namun Syeikh Abdullah Al-Juhani beberapa kali membaca qunut witir tanpa ditilawahkan. Dibaca biasa.

Seolah beliau ingin mengajarkan kepada kaum muslimin, terutama orang awam, bahwa doa boleh ditilawahkan, dan boleh juga dibaca biasa.

4. Syeikh Yasir Ad-Dosari pernah baca qunut witir. Dengan rangkaian indah untaian doa buatan sendiri. Banyak jamaah yang menangis tersedu-sedu. Tersentuh hatinya.

Malam berikutnya, beliau baca doa qunut yang ma'tsur, ditambah dengan doa-doa ma'tsur, yang diriwayatkan dari Nabi dan para sahabat. Tentu tak kalah menyentuh hati.

Seolah beliau ingin mengajarkan kepada kaum muslimin, terutama orang awam, bahwa doa qunut dianjurkan memakai yang ma'tsur. Lalu boleh ditambah doa-doa lain yang juga ma'tsur. Dan boleh juga dengan untaian doa buatan sendiri.

Begitulah karakter para Ulama Robbani. Ulama yang mengerti agama Allah, dan juga pandai mendidik 'ngemong' masyarakat.

Teringat beberapa tahun lalu, Syeikh Abdurrohman As-Sudais, menjadi imam sholat jum'at di masjid Istiqlal Jakarta.

Di rokaat pertama, beliau membaca bismillah dalam Al-Fatihah dengan suara keras. Didengar para makmum. Di rokaat kedua, beliau membaca bismillah dalam Al-Fatihah dengan pelan, berbisik.

Seolah beliau ingin mengajarkan bahwa perkara bismillah dalam Al-Fatihah merupakan kategori khilaf muktabar. Perbedaan pendapat yang sah. Sehingga kita tak perlu saling memusuhi karenanya. Kita musti lapang dada. Menghormati ijtihad ulama madzhab lain. Menghormati kelompok lain dari kaum muslimin.
Di posting ulang di FB 
Muhammad fatwa hamidan 
Mahasiswa jurusan syariah universitas Islam madinah