Seru sekali membaca pemaparan Dr. Maher As Syibl dalam kitab ini.
Kita disuguhkan dengan perdebatan antara tiga perguruan yang berbeda. Yaitu perguruan filsafat yang diwakili oleh Ibn Rusyd al hafiid, kemudian ahlu kalam yang diwakili oleh madzhab asy'ari, dan perguruan Ahlu Sunnah tentunya sebagai jagoannya. :)
Dalam buku yang merupakan thesis penulis ini, kita akan melihat seorang ibn Rusyd, filsuf dari andalus, mengkritik asyairoh sampai ke dasar dasar pondasi madzhab asyari.
Diantara yang dikritik oleh ibn rusyd, adalah penakwilan penakwilan teks teks wahyu yang kemudian disuguhkan kepada jumhur (maksudnya orang awam, selain filsuf).
Padahal, -menurut beliau- makna yang nampak dari teks teks tersebut adalah yang relevan untuk jumhur. Sementara makna dibelakang itu (makna bathin), hanya relevan untuk orang khusus (maksudnya filsuf).
Beliau juga mengkritik argument argument madzhab asyari, terutama dalil hudus.
Menurut beliau, dalil hudus ini dalil dhonni', banyak kontradiksinya. Hanya bersifat jadaliyah, tidak sampai ke tahap burhaniyah seperti argument argument nya orang filsafat.
Tentu saja, ketika membaca kritikan ibn rusyd bukan berarti kita sepakat dengan semua kritikannya.
Meskipun sebagian kritikan ibn rusyd itu tepat, tetap saja banyak kekeliruannya.
Hal ini tidak lain karena ibn rusyd ketika mengkritik berangkat dari prespektif beliau sebagai seorang filsuf. Dan kita menilai, perguruan ahlu kalam secara umum lebih dekat kepada kebenaran dari perguruan filsafat.
Yaa, meskipun pemikiran ahlu kalam sudah banyak terpengaruh oleh pemikiran filsafat. Terutama di literatir ahlu kalam belakangan, semisal buku buku Ghozali, Ar Raazi, Al Amidi dll. Yang akhirnya menjadi sasaran kritik oleh sebagian pemerhati ilmu kalam.
Terakhir, buku ini menunjukan kalau ahlu sunnah mengambil faedah dari mana saja. Bahkan dari perguruan semisal filsafat pun. Hal itulah yang ditunjukan oleh Ibn Taimiyah dalam karya karyanya.
Al akh Abu Hanin assalemi