Jumat, 20 Maret 2020

HAK-HAK TAUHID

💥HAK-HAK TAUHID💥

Berbahagialah orang yang dapat menunaikan hak-hak Rabbnya. Dia mengakui kebodohan dirinya, mengakui keburukan perbuatannya, mengakui aib pribadinya, mengakui kelalaiannya dalam memenuhi hak Allah, dan mengakui kezhalimannya di dalam interaksi antar sesamanya. Sehingga, jika Allah menghukumnya di dunia karena dosa-dosanya, dia sadar benar bahwa hukuman itu semata-mata karena keadilan-Nya. 

Adapun jika Allah tidak menghukumnya karena dosa-dosa tersebut, maka dia juga menyadari bahwa itu semata-mata karena kemurahan-Nya. 

Orang itu juga menyadari bahwa kebaikan yang diperbuatnya semata-mata adalah karunia dan sedekah (anugerah) dari-Nya. Jika Allah menerima amalnya itu, maka yang demikian merupakan karunia dan sedekah yang lain lagi untuknya; sedangkan jika Allah menolaknya, dia menganggap (kualitas) amalnya itu memang belum patut ditujukan kepada-Nya. 

Apabila orang itu melakukan suatu perbuatan dosa, hal itu diyakininya sebagai akibat jauhnya dia dari Rabbnya sehingga Dia mengabaikannya dan tidak menjaganya lagi. Orang tersebut menyadari bahwa semua itu merupakan salah satu perwujudan keadilan Allah bagi dirinya, sehingga dia pun merasa butuh terhadap Rabbnya dan merasa telah menzhalimi diri sendiri. 

Kalaupun Allah mengampuni dosanya, maka itu semata-mata karena kebaikan dan kemurahan-Nya. 

Inti permasalahan ini: “Hamba yang mampu menunaikan hak-hak Rabbnya akan memandang Rabbnya selalu berbuat baik kepadanya; dan sebaliknya, dia memandang dirinya selalu berbuat buruk, lalai, dan suka menyepelekan. Dengan perspektif tersebut, dia menyadari bahwa segala hal yang membahagiakannya semata-mata merupakan karunia dan kebaikan dari Rabbnya, sedangkan segala hal yang menyedihkannya tidak lain karena dosa-dosanya dan itulah wujud keadilan Allah terhadap dirinya.” 

Dengan sikap seperti itu, apabila hamba yang mencintai Allah melihat orang-orang yang mereka cintai meninggal, dia akan berdo'a: “Semoga Allah memberikan anugerah kepada roh-roh yang menghuni jasad-jasanya.” 

Demikian pula seorang yang dikasihi Allah; meskipun jasadnya telah bertahun-tahun berkalang tanah, dia akan mengingat betapa indahnya (buah) ketaatannya kepada Rabbnya di dunia. 

Dia juga akan mengingat kasih sayang-Nya kepada dirinya, serta mengingat rahmat dan anugerah-Nya kepada roh yang dahulu mendiami tubuh yang telah hancur itu.
Ustadz faharudin 
Pengajar PP Yaumi Yogyakarta