Jumat, 20 Maret 2020

Uzur untuk meninggalkan shalat Jum'at dan Jama'ah

📑العذر في ترك الجمعة والجماعة
📑Uzur untuk meninggalkan shalat Jum'at dan Jama'ah

   Para Ulama berbeda pendapat tentang hukum shalat jama'ah menjadi 4 atau 5 pendapat :
1. Sunnah muakkadah, ini yang dikuatkan oleh Imam Ar-Rafi'iy dari Syafi'iyyah dan Imam Al-Khalil dari Malikiyyah 
2. Fardhu Kifayah, ini pendapat Imam Asy-Syafi'iy dan yang dikuatkan oleh Imam An-Nawawiy
3. Fardhu 'Ain, ini adalah pendapat Imam Ahmad bin Hanbal serta Hanabilah dan zhahir bab Imam Al-Bukhariy dalam Shahih nya.
4. Wajib bahkan sebagai syarat sah shalat, ini adalah pendapat Imam Ibnu Aqiil dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dari Hanabilah.

   Bisa dibilang banyak kaum muslimin di Indonesia yang notabene Syafi'iyyah memegang pendapat sunnah muakkadah atau fardhu kifayah, sedangkan kaum muslimin yang lebih banyak belajar kepada Asatidzah dari lulusan Madinah maka akan condong kepada pendapat fardhu 'ain yang memang mazhab negeri Saudi adalah Hanbaliy.

   Anggaplah pendapat paling 'keras' yang diamalkan di Indonesia adalah fardhu 'ain nya shalat berjama'ah, dan ini sebagaimana diungkapkan oleh Al-Allamah Al-Hajjawiy dalam matan Fiqh Hanbaliy yang menjadi pegangan Hanabilah mutaakhirin : Zadul-mustaqni', beliau berkata :

تلزم الرجال للصلوات الخمس لا شرطٌ...

"Wajib bagi para laki-laki (untuk shalat berjama'ah) shalat 5 waktu namun bukan sebagai syarat sah shalat..." (Zadul-mustaqni: hal. 63)

Namun perlu diketahui bahwa bagi yang berpendapat wajib pun terdapat uzur-uzur syar'iy yang membolehkan seorang lelaki sejati meninggalkan shalat berjama'ah, ini sebagaimana dilanjutkan oleh Al-Hajjawiy :

ويُعذر بترك جُمعة وجماعة، مريضٌ، ومدافع أحد الأخبثين، ومن بحضرة طعام محتاج إليه، وخائف من ضياع ماله أو فواته أو ضرر فيه أو موت قريبه، "أو على نفسه من ضرر أو سلطان" أو ملازمة غريم ولا شيء معه، أو من فوات رفقته، أو غلبة نعاس، أو أذى بمطر أو وحل وبريح شديدة في ليلة مظلمة

"Dan diberi uzur untuk MENINGGALKAN SHALAT JUM'AT DAN JAMA'AH bagi orang sakit, orang yang menahan salah satu dari dua buang air, orang yang telah dihidangkan makanan dan ia butuh kepada makanan tsb, orang yang takut hartanya hilang atau rusak seluruhnya atau rusak sebagian pada harta tsb, orang yang sedang menjaga saudaranya yang sedang sakit parah, ORANG YANG TAKUT ATAS KESELAMATAN DIRINYA BERUPA MUDHARAT atau penguasa (yang zhalim), orang yang mengawasi orang yang berhutang kepadanya sedangkan ia tidak memiliki harta lain, orang yang takut kehilangan rombongan safarnya, orang yang sangat mengantuk, orang yang tertimpa gangguan berupa hujan atau lumpur atau angin yang kuat di malam yang gelap" (Zadul-mustaqni : hal: 69)

   Syaikh Al-Utsaimin dalam Syarah Mumti' ala Zadil-mustaqni' menyebutkan bahwa dalil umum dari uzur ini adalah firman Allah :

يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر

"Allah menginginkan kemudahan untuk kalian dan tidak menginginkan kesulitan" (QS Al-Baqarah: 185)

Lalu Syaikh Al-Utsaimin kembali menjelaskan bagian : "Orang yang takut akan keselamatan dirinya tertimpa mudharat", beliau menuturrkan :

مما يُعذر فيه بترك الجمعة والجماعة وهو أن يخشى على نفسه من الأمور التي ذكرها المؤلف من (ضرر) بأن كان عند بيته كلب عقور وخاف إن خرج أن يعقره الكلب فبه أن يصلي في بيته ولا حرج عليه. وكذلك لو فُرض أن في طريقه إلى المسجد ما يضرّه مثل ألا يكون عنده حذاء والطريق كله شوك أو كله قطع زجاج فهذا يضره فهو معذور بترك الجماعة والجمعة

" Di antara hal yang menjadikan seseorang mendapat uzur untuk MENINGGALKAN SHALAT JUM'AT DAN JAMA'AH adalah ketika dia takut akan hal-hal yang telah disebutkan oleh pengarang kitab (Al-Hajjawiy) berupa (mudharat) seperti jika di sebelah rumahnya ada anjing yang suka menyerang dan ia khawatir jika ia keluar rumah maka akan diserang oleh anjing tersebut maka ia BOLEH UNTUK SHALAT DI RUMAHNYA DAN ITU TIDAKLAH MENGAPA. Begitu pula katakanlah jika di jalan antara dirinya dengan masjid terdapat mudharat seperti orang yang tidak memiliki sendal dan di jalannya dipenuhi dengan duri atau beling maka ini akan menjadi mudharat atas dirinya MAKA IA MENDAPAT UZUR UNTUK MENINGGALKAN SHALAT JAMA'AH DAN JUM'AT (Syarah Mumti' ala Zadil-mustaqni': 4/ 315)

   Dalam bahasan tersebut baru pada tingkat : "khawatir akan mudharat" baru berupa anjing bahkan duri-duri di jalan saja menjadi rukhshah (dispensasi/keringanan) untuk tidak ikut shalat Jum'at dan Jama'ah, kiranya bagaimana dengan menyebarnya wabah penyakit yang mematikan, tentu mudharat yang lebih besar lagi bagi seorang muslim.

   Namun orang bodoh memang mudah mengingkari hal yang ia tidak memiliki ilmunya, sebagaimana digambarkan oleh Imam Khalil bin Ahmad Al-Farahidiy:

لو كنت تعلمُ ما أقول عذرْتني# أو كنت تعلم ما تقول عذلْتكا
لكن جهِلْتَ مقالتي فعذلتَني#وعلِمْتُ أنّك جَاهِلٌ فعذرتكا

"Seandainya engkau memahami apa yang aku katakan niscaya engkau akan memberiku uzur# Atau jika engkau mengetahui hakikat apa yang engkau katakan niscaya pantas bagiku untuk mencelamu.
Akan tetapi engkau bodoh akan perkataanku sehingga engkau mencelaku# Sedangkan aku mengetahui bahwasanya engkau bodoh maka akur memberimu uzur".

   Jikalau mendapati spesies seperti ini, ana lebih suka unfriend sekalian atau blokir, sehingga pikiran kita menjadi damai dari kicauan orang bodoh
Ustadz farian Gani 
memang mu'tamad Hanbaliy untuk jama'ah adalah tidak disyaratkan di masjid, tapi klo Jum'at itu syarat... Jama'ah masjid lebih afdhal daripada jama'ah rumah 
 .