BIOGRAFI IMAM NASA’I
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdur Rohman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Al-Hasan bin Sinaan An-Nasa’i. Nasaa’ adalah kota yang cukup terkenal di negeri Khurosaan, ada sebagian yang menyebutnya dengan kota Nasawiy.
Beliau dilahirkan pada tahun 215 H. Pada usia 15 tahun beliau sudah pergi berguru kepada Imam Qutaibah bin Sa’ad di Balkhi, beliau nyantri disana selama 1 tahun 2 bulan, kemudian pergi ke Mesir dan tinggal cukup lama disitu, sehingga banyak karya-karya yang disebarkan disana, begitu juga orang-orang yang belajar kepada beliau. Pada tahun 302 H, beliau pindah ke Damaskus. Namun disana beliau mendapatkan cobaan, yakni ketika ditanya tentang Mu’awiyyah dan riwayat-riwayat tentang keutamaannya, namun beliau terus mengutamakan Ali bin Abi Thalib atasnya. Cerita lengkapnya terdapat di kitab Tarikh Dimasyqi karya Imam Ibnu ‘Asaakir, bahwa pada saat Imam Nasaa’i berada di Damaskus beliau menulis sebuah kitab yang berjudul Al-Khoshoois, kitab ini berisi tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib, namun orang-orang mengkritik keras karya beliau ini, karena didalamnya hanya disebutkan keutamaan Ali saja, tidak disebutkan keutamaan Abu Bakar, Umar, dan Utsman rodhiyallahu ‘anhum. Setelah dikonfirmasi, maka beliau memberikan jawaban bahwa memang kitab ini khusus ditulis tentang keutamaan Ali, karena beliau melihat masyarakat di Damaskus banyak yang yang menyimpang terhadap Ali rodhiyallahu ‘ahnu. Kemudian setelah itu Imam Nasaa’i menulis kitab tentang keutamaan para sahabat lainnya dan diajarkan kepada orang-orang. Pada suatu hari ada seorang yang bertanya di majelis kajian beliau tentang keutamaan Mu’awiyyah, namun beliau menjawab : “riwayat mana yang bisa saya sampaikan, apakah hadits ini?? :
اللهم لا تشبع بطنه
“Ya Allah, jangan kenyangkan perutnya”
Lalu beliau pun diam, dan yang bertanya juga diam.
Sebagian ulama mengatakan hadits diatas menunjukkan keutamaan Mu’awiyyah, karena Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa Salaam pernah bersabda :
اللهُمَّ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ، فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ سَبَبْتُهُ، أَوْ لَعَنْتُهُ، أَوْ جَلَدْتُهُ، فَاجْعَلْهَا لَهُ زَكَاةً وَرَحْمَةً
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, maka mana saja kaum Muslimin yang pernah aku cela, atau aku laknat atau aku bantah, jadikanlah itu sebagai pembersih dan rahmat kepadanya” (HR. Muslim).
Bagi yang ingin mengetahui keutamaan dan riwayat hidup Mu’awiyyah bin Abu Sufyan dengan keterangan yang adil dan bermatabat, maka saya rekomendasikan untuk membaca buku biografi Mu’awiyyah karya DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi.
Konon akibat Imam Nasaa’i meriwayatkan hadits Mu’wiyyah tersebut, akhirnya ada sekelompok orang yang membunuhnya. Beliau wafat pada tahun 303 H, ada yang mengatakan beliau wafat di Mekkah, setelah dalam kondisi sekarat dibawa keluar dari Masjid Jaami di Damaskus. Ada juga yang mengatakan beliau wafat di Ramlah, Palestina, ketika mengadakan perjalanan safar kesana. Beliau dianggap bermadzhab Syafi’iyyah dalam perkara fiqih.
Pujian ulama kepadanya
• Imam Daruquthni mengomentari Imam Nasaa’i, bahwa beliau didahulukan dibandingkan ulama hadits pada zamannya dari sisi kepakarannya dalam masalah Jarh wa Ta’dil, kekuatan hapalannya dan kewara’annya.
• Imam Ibnu ‘Asaakir menilainya, sebagai salah satu Aimah Islam.
• Begitu juga para ulama lainnya menilai beliau sebagai salah Aimah kaum muslimin, sebagaimana yang dikatakan Manshuur al-Faqiih, Ath-Thahawi, Al-Hakim, Abu Ali Al-Hafidz, Qoosim Al-Muthoriz, dan selain mereka.
Guru-Guru beliau :
Diantara masyaikh beliau adalah sebagai berikut :
• Qutaibah bin Sa’ad
• Abu Dawud
• Tirmidzi
• Abu Hatim
• Abu Zur’ah, dll
Para ulama berselisih pendapat apakah Imam Nasaa’i pernah mendengar hadits dari Imam Bukhori, karena dalam kitabnya beliau meriwayatkan dari Muhammad bin Ismail (nama Imam Bukhori). Pendapat yang dirajihkan oleh Imam Al-Mizzi bahwa Imam Nasaa’i tidak pernah mendengarkan hadits dari Imam Bukhori, sehingga yang dimaksud dengan Muhammad bin Ismail disitu adalah nama orang lain, bukan Imam Bukhori. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah Muhammad bin Ismail bin ‘Ulayyah atau Muhammad bin Ismail Ath-Thabrani.
Murid-Murid beliau :
Diantara murid-murid beliau adalah :
• Abu Ja’far Ath-Thahawi
• Al-Uqoiliy
• Ibnu ‘Adiy
• Ad-Daulaabiy
• Abu ‘Awaanah, dll
Karya Tulis beliau :
• Sunan Kubro
• Al-Mujtabaa atau Sunan Sugro atau yang lebih dikenal dengan Sunan Nasaa’i, yang merupakan hadits-hadits pilihan dalam Sunan Kubro
• Al-Khoshoois
• Fadhoilus Shohabat
• Kitaabul Manaasik
• Adh-Dhu’aafaa wa Al-Matrukiin
• ‘Usyrotun Nisaa’
• Amalil Yaum wal Lailah
• Ighroob Syu’bah ‘alaa Sufyaan
• Al-Jum’at
• Musnad Malik bin Anas, dll.
Abu Sa'id Neno Triyono