SEPOTONG-SEPOTONG
Dalam urusan siyasah syar'i'yyah apalagi dikaitkan dengan siyasah dakwah, seharusnya masalah-masalah besar seperti ini dibahas dan dikaji secara komprehensif. Dalam sistem Islam saja, hanya ahlul hal wal aqdi yang berhak berbicara dalam masalah ini. Akan tetapi kenyataan di negeri ini, jauh panggang dari api. Semua berhak bicara dan menilai.
Tidak ada usaha membahas secara mendalam, apa sebenarnya sikap salafiyin yang seharusnya. Tidak ada pembahasan utuh, tidak ada diskusi ilmiyah diantara para ahlinya. Bahkan ketika mereka tahu, sebagian asatidzah pasti tidak sejalan dengan mereka, tidak pernah mereka mengundang diskusi, atau meminta masukan dalam hal ini. Gak tahu kenapa? Masa iya takut didebat?
Yang ada, jalan sendiri, tanpa hujjah yang matang, setiap kali ada masyaikh datang, terus saja meminta fatwa tentang bolehnya yang mereka lakukan. Dan setelah mereka putuskan boleh, selanjutnya apa maslahat yang mereka cari dan apa mudhorot yang mereka hindari. Ini pun tanpa pembahasan dan diskusi yang matang diantara ahli ilmu. Padahal bisa saja ada yang berbeda pendapat dalam mashlahat dan mudhorot yang perlu di uji.
Entahlah, kalaulah yang dinilai layak terkait mashlahat dunia, tentunya maslahat agama diatas maslahat dunia. Dan selama ini, alasan mereka terbatas masalah keduniaan saja, tidak melihat sisi agama dan dakwah. Padahal Syaikh Abdul Malik Romadhoni sendiri ketika ditanya siapa yang dimaksud mudhorotnya paling ringan, maka jawabannya adalah yang paling bertakwa, paling dekat dengan Sunnah... Tentang agamanya.
Kalau tentang dunia yang jadi tolak ukur, harusnya ditinjau kembali, apa yang lebih mashlahat antara yang amanah dan yang kuat dalam imamah. Karena sangat sulit sekali terkumpul sifat kuat dan amanah dalam satu individu. Ini juga bisa berbeda tiap pandangan seseorang, dan dilihat pula dari tempat, keadaan, kondisi, bisa berbeda.
Coba simak perkataan berikut.
Syaikh Fauzan -hafidzahullah- berkata: "Oleh karena itu, dikatakan kepada sebagian para imam: 'Sesungguhnya Fulan fasik akan tetapi ia kuat, dan Fulan lainnya sholeh akan tetapi ia lemah, siapa di antara mereka yang layak menjadi pemimpin?' ulama berkata: 'yang fasik dan kuat (lebih layak jadi pemimpin) karena kefasikannya untuk dirinya sendiri, dan kekuatannya untuk kaum muslimin. Adapun orang sholeh ini, kesholehannya untuk dirinya sendiri, dan kelemahannya memudhorotkan kaum muslimin."
[Syarah Masail Jahiliyyah, hal.49]
Nah, kalau Indonesia justru lebih sesuai dengan perkataan Syaikh Fauzan bagaimana??? Tentu ini tidak bersifat mutlak, kalau kita baca kitab As-Siyasah Asy-Syar'i'yyah tulisan Syaikhul Islam, beliau lebih menjelaskan secara terperinci. Silahkan merujuk kitab beliau
Sekarang ini, sebagian salafiyin sudah seperti orang awam yang duduk diwarung kopi berbicara tentang negara tanpa tahu apa-apa sebenarnya. Sibuk nonton berita, sibuk dengan realita. Bahkan sudah ada yang seperti anggota TPN.
Bagaimana dakwah salafiyah kedepan, Wallahu A'lam. Sekarang masih ada ustadz yang dituakan saja begini, apalagi nanti.
Sudahlah, mending saya masuk ke dalam tenda dulu, menyendiri, karena udara semakin dingin, walau cuaca politik semakin panas.
Semoga Allah menjaga kita semua. amiin
Ustadz dika wahyudi
https://www.facebook.com/100004316073711/posts/pfbid0YgygakRPnVcKE8X1MjaLnpC8sFxPfGH5QnrRMZeH9DEAkJkLnZ8aa55KUEM7pJGZl/?mibextid=RtaFA8