TINGGALKAN MAJLISNYA
Jika dalam satu majlis, pembicaraannya hanya merusak kehormatan kaum muslimin dengan cara mengghibahi mereka, apalagi yang di ghibahi guru kita, maka cegahlah atau hentikan pembicaraannya dan kalau tidak berhenti, tinggalkan mereka. Jangan duduk bersamanya.
Berkata Al-Imam Ibnu Baz rahimahullah
عليك يا عبد الله عدم الجلوس مع من يغتاب المسلمين
Hendaknya (wajib) bagimu wahai hamba Allah tidak duduk bersama orang yang mengghibahi kaum muslimin. (Majmu' Al-Fatawa 239).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
من ذب عن لحم أخيه بالغيبة كان حقا على الله أن يعتقه من النار
“Barang siapa membela daging (kehormatan) saudaranya dari gunjingan orang lain, maka Allah pasti akan membebaskannya dari Neraka.” (HR. Ahmad. Berkata Syeikh Al Albani : Shahih Li Ghairihi di Shahih Targhib Wa Targhib).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah :
" اعلم أنه ينبغي لمن سمع غِيبةَ مسلم أن يردّها ويزجرَ قائلَها، فإن لم ينزجرْ بالكلام زجرَه بيده، فإن لم يستطع باليدِ ولا باللسان فارقَ ذلكَ المجلس، فإن سمعَ غِيبَةَ شيخه أو غيره ممّن له عليه حقّ أو كانَ من أهل الفضل والصَّلاح كان الاعتناءُ بما ذكرناه أكثر ".
(الأذكار 795)
(الأذكار 795)
“Ketahuilah, bahwasanya yang seharusnya dilakukan seseorang yang mendengar seorang muslim dipergunjingkan, maka hendaklah dia mencegah dan menghentikan pembicaraan itu. Andaikan orang yang menggunjing itu tidak mau berhenti setelah diingatkan dengan kata-kata, maka hendaklah diingatkan dengan tangan.
Seandainya orang yang mendengar ghibah tadi tidak mampu mengingatkan dengan tangan maupun dengan lisan, maka hendaklah dia meninggalkan tempat itu.
Apabila dia mendengar gurunya, orang yang berjasa kepada dirinya atau orang yang memiliki kelebihan dan keshalihan dipergunjingkan maka hendaknya ada perhatian lebih terhadap apa yang telah dijelaskan di atas. (Al Adzkar 795).
AFM
Bahasan terkait
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=1043451609327439&id=100009878282155&st=14
KAFARAT GHIBAH
Ghibah itu dosa besar yang menyebabkan amal-amal seseorang hangus terbakar dan di hari pembalasan nanti dimasukkan kedalam neraka.
Mumpung masih di dunia, segera kita minta maaf kepada orang yang kita ghibahi, pulihkan nama baiknya dengan menyebutkan kebaikan-kebaikannya dan meralat apa-apa yang telah kita sebarkan tentang keburukan yang tidak ada padanya di dalam majlis yang telah engkau ghibahi. Atau jika tidak mungkin karena banyak majlis, maka bisa menggunakan media sosial, seperti FB, tweeter, Instagram, telegram, youtube dan yang lainnya.
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah :
كفارة الغيبة إن علم صاحبك، فاذهب إليه واستسمح منه، وإن لم يعلم فكفارة ذلك أن تستغفر له، وأن تذكر صفاته الحميدة في المجلس الذي اغتبته فيه؛ لأن الحسنات يذهبن السيئات.
Kafarah ghibah, apabila temanmu mengetahuinya maka pergilah kepadanya untuk meminta maaf darinya. Apabila dia tidak mengetahuinya maka kafarahnya engkau memohonkan ampunan untuknya dan engkau sebutkan sifat-sifatnya yang terpuji di majelis yang engkau telah mengghibahinya, karena amal-amal baik akan menghilangkan amal-amal jelek. (Liqo Al Bab Al Maftuh: 30).
Jangan beralasan, bahwa yang saya bicarakan itu benar adanya, bukan fitnah.
Justru karena benar apa yang dibicarakan, itu namanya ghibah, kalau tidak benar, namanya fitnah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” [HR Muslim : 4690].
Ada lagi alasannya, dia kan tokoh hizbi atau ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya.
Betul, memang ulama membolehkan mengghibahinya supaya manusia terhindar dari pengaruhnya.
Yang menjadi masalah, betulkah dia hizbi atau mubtadi ? Kalau sudah masyhur dia seorang dai atau ulama ahlussunnah, yang mengajak kepada tauhid dan sunnah dan memperingatkan dari syirik dan bid'ah, lantas dikatakan hizbi atau mubtadi, maka itu fitnah.
Fitnah dan ghibah sama bahayanya, membuat seseorang bangkrut di hari kiamat.
AFM
Ghibah itu dosa besar yang menyebabkan amal-amal seseorang hangus terbakar dan di hari pembalasan nanti dimasukkan kedalam neraka.
Mumpung masih di dunia, segera kita minta maaf kepada orang yang kita ghibahi, pulihkan nama baiknya dengan menyebutkan kebaikan-kebaikannya dan meralat apa-apa yang telah kita sebarkan tentang keburukan yang tidak ada padanya di dalam majlis yang telah engkau ghibahi. Atau jika tidak mungkin karena banyak majlis, maka bisa menggunakan media sosial, seperti FB, tweeter, Instagram, telegram, youtube dan yang lainnya.
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah :
كفارة الغيبة إن علم صاحبك، فاذهب إليه واستسمح منه، وإن لم يعلم فكفارة ذلك أن تستغفر له، وأن تذكر صفاته الحميدة في المجلس الذي اغتبته فيه؛ لأن الحسنات يذهبن السيئات.
Kafarah ghibah, apabila temanmu mengetahuinya maka pergilah kepadanya untuk meminta maaf darinya. Apabila dia tidak mengetahuinya maka kafarahnya engkau memohonkan ampunan untuknya dan engkau sebutkan sifat-sifatnya yang terpuji di majelis yang engkau telah mengghibahinya, karena amal-amal baik akan menghilangkan amal-amal jelek. (Liqo Al Bab Al Maftuh: 30).
Jangan beralasan, bahwa yang saya bicarakan itu benar adanya, bukan fitnah.
Justru karena benar apa yang dibicarakan, itu namanya ghibah, kalau tidak benar, namanya fitnah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” [HR Muslim : 4690].
Ada lagi alasannya, dia kan tokoh hizbi atau ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya.
Betul, memang ulama membolehkan mengghibahinya supaya manusia terhindar dari pengaruhnya.
Yang menjadi masalah, betulkah dia hizbi atau mubtadi ? Kalau sudah masyhur dia seorang dai atau ulama ahlussunnah, yang mengajak kepada tauhid dan sunnah dan memperingatkan dari syirik dan bid'ah, lantas dikatakan hizbi atau mubtadi, maka itu fitnah.
Fitnah dan ghibah sama bahayanya, membuat seseorang bangkrut di hari kiamat.
AFM