Tetap bersaudara
Salah satu tanda kedalaman ilmu seseorang dan kesempurnaan hikmahnya, dia akan menjadi seorang yang lapang dada dalam berbagai perbedaan pendapat, serta tetap berusaha untuk menjalin persaudaraan dengan mukhalifnya (orang yang beda pendapat dengannya). Dan ini termasuk daripada ciri ilmu nafi’ (Ilmu yang bermanfaat) yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba. Maka, semakin tinggi ilmu seseorang, akan semakin besar sifat lapang dada pada dirinya.
Yunus Ash-Shadafi berkata :
مَا رَأَيْتُ أَعْقَلَ مِنَ الشَّافِعِيِّ، نَاظَرْتُهُ يَوْماً فِيْ مَسْأَلَةٍ ثُمَّ اِفْتَرَقْنَا، وَلَقِيْنِيْ فَأَخَذَ بِيَدِيْ ثُمَّ قَالَ: يَا أَبَا مُوْسَى أَلاَّ يَسْتَقِيْمَ أَنْ نَكُوْنَ إِخْوَاناً وَإِنْ لَمْ نَتَّفِقْ فِيْ مَسْأَلَةٍ ؟!
“Tidaklah aku mengetahui ada seorang yang lebih berakal (baca : cerdas) melebihi imam Asy-Syafi’i. Suatu hari aku mendebat beliau dalam suatu masalah, lalu kita berpisah. Setelah itu, beliau menemuiku dan mengambil tanganku seraya berkata : “Wahai Abu Musa ! Tidakah kita terus bersaudara walaupun kita tidak sepakat dalam satu masalah !?”
Ucapan di atas dikomentari oleh Imam Adz-Dzahabi (w. 748 H) :
هَذاَ يَدُلُّ عَلَى كَمَالِ عَقْلِ هَذَا الإِمَامِ وَفِقْهِ نَفْسِهِ. فَمَا زَالَ النُّظَراَءُ يَخْتَلِفُوْنَ
“Ini menunjukkan akan kesempurnaan akal imam ini dan dalamnya fiqh pada diri beliau. (karena) orang-orang yang berdebat/berdiskusi senantiasa berselisih pendapat.” [ Simak : Siyar A’lamin Nubala’ : 10/17 cetakan Muassasah Ar-Risalah tahun 1405 H ]
Semoga kita bisa meneladai imam Asy-Syafi’i serta para ulama pedahulu kita, terkhusus dalam masalah adab berbeda pendapat. Dan taufiq hanyalah di tangan Allah yang akan Dia berikan kepada para hamba-Nya yang Dia kehendaki. Amin ya Rabbal ‘alamin.
_@Abdullah Al-Jirani
Lulusan darul hadist damaj Yaman