Bisa anda bayangkan, seorang siswa kelas 3 SD, diajari materi kimia kelas 3 SMA, bisakah dia paham? Tentu tidak. Salah paham iya.
Oleh karena itu, mengapa ada orang yang sudah belajar Al-Qur’an, belajar hadis, tapi pemahamannya membuat kulit dahi berkerut, kepala bergeleng-geleng? Bisa jadi satu di antara sebabnya adalah karena belajar yang tidak bertahap. Semua dilahap tanpa melihat daya nalarnya. Ingin cepat jadi ulama dalam waktu yang singkat.
Benar apa kata seorang ulama di Damaskus, bernama Abdul Karim Ar-Rifa’ii,
طعام الكبار سم الصغار
“MAKANAN ORANG DEWASA, BISA MENJADI RACUN BILA DIMAKAN OLEH ANAK KECIL.” (KHULASHAH TA’DHIMIL ‘ILMI, HAL. 27)
Sehari dua hari mungkin si anak bisa bertahan. Tapi di hari-hari berikutnya bisa jadi dia mati karena makanan.
Demikianlah perumpamaan orang yang tidak rapi dan terstruktur dalam belajar agama, satu dua hari, pekan berganti pekan, bulan berganti bulan … mungkin dia masih bisa bertahan. Namun setelah itu, dia akan ‘mati’ karena ilmu yang dia serap bukanlah santapannya.
Matinya seorang karena ilmu adalah berhenti belajar. Makanya, mengapa orang tidak bisa istiqamah menunut ilmu agama?
Padahal para ulama salaf dahulu menjalani proses menuntut ilmu sampai akhir hayat?
Jawabannya, karena cara belajar yang tidak beraturan dan bertahap...
Dikutip dari :
https://thehumairo.com/1084-belajar-agama-jangan-terburu-buru.html
Follow TheHumairo.com
Ustadz Ahmad Anshori