CUPLIKAN FAEDAH DAURAH SYAIKH ‘ABDURAZAQ bin ABDUL MUHSIN Al ‘ABBAD AL BADR hafidzahullah Bag Ke-1
Edisi Repost
Kitab Syarah Sunnah karya Al Imam Abu Ibrahim, Isma’il bin Yahya Al Muzani rahimahullah.
Muqaddimah.
[1] Kitab Syarah Sunnah karya Al Imam Abu Ibrahim Al Muzani rahimahullah ini merupakan kitab yang sangat penting karena berisikan prinsip prinsip agama dan masalah Aqidah. Oleh karena itu Syaikh Abdurazzaq hafidzahullah menyarankan untuk mengkaji kitab ini dan menyebarkannya khususnya di negeri Indonesia yang mayoritas penduduknya bermadzhab Syafi’i.
[2] Imam Abu Ibrahim Al Muzani rahimahullah (w 264 H) adalah seorang Ulama yang merupakan murid kesayangan dari Imam besar yaitu Al Imam As Syafi’I rahimahullah. Bahkan termasuk diantara murid yang paling khusus.
[3] Sebelum Syaikh Abdurazzaq hafidzahullah membahas tentang siapa penulis kitab dan apa isi kitab Syarah Sunnah , beliau membahas tentang kedudukan sosok seorang Imam Besar yaitu Al Imam Muhammd bin Idris As Syafi’I rahimahullah, bagaimana perjuangan beliau dalam membela agama dan sunnah Nabi shalallahu alaihi wasallam.
[4] Sebuah poin penting yang harus kita ketahui adalah bahwa aqidah para ulama Salaf itu satu, mereka menyerukan suara yang satu walaupun lisan mereka berlainan, mereka satu pemahaman walaupun hidupnya berlainan zaman dan hidup di tempat tinggal yang berbeda. Baik para ulama terdahulu ataupun yang sekarang baik Imam Syafi’I rahimahumullah ataupun yang lainnya.
[5] Seorang Ulama pemuka Madzhab As Syafi’I Imam Abul Mudzafar As Sam’ani rahimahullah (w 489 H) berkata :
وَمِمَّا يَدُلُّ أَنَّ أَهْلَ الْحَدِيثِ عَلَى الْحَقِّ أَنَّكَ لَوْ طَلَعْتَ جَمِيعَ كُتُبِهِمُ الْمُصَنَّفَةِ مِنْ أَوَّلِهَا إِلَى آخِرِهَا، قَدِيمِهَا وَحَدِيثِهَا، وَجَدْتَهَا مَعَ اخْتِلَافِ بُلْدَانِهِمْ وَزَمَانِهِمْ وَتَبَاعُدِ مَا بَيْنَهُمْ فِي الدِّيَارِ
Dan diantara yang menunjukan bahwa ahlul hadits (ahlus sunnah) berada diatas kebenaran adalah seandainya engkau perhatikan seluruh kitab kitab karya mereka dari awal sampai akhirnya, baik yang klasik atau yang kontemporer, Engkau akan mendapati bahwa aqidah mereka itu satu (seragam), pada poin yang satu padahal negeri tempat tinggal mereka berjauhan tinggal dimasing masing negeri (yang berbeda)..” (Mukhtashar Shawa’iqul Mursalah 4/1558)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (w 728 H) berkata :
اعْتِقَادُ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَاعْتِقَادُ سَلَفِ الْإِسْلَامِ كَمَالِكِ وَالثَّوْرِيِّ وَالْأَوْزَاعِي وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَأَحْمَد بْنِ حَنْبَلٍ وَإِسْحَاقَ بْنِ رَاهَوَيْه؛ وَهُوَ اعْتِقَادُ الْمَشَايِخِ الْمُقْتَدَى بِهِمْ كالْفُضَيْل بْنِ عِيَاضٍ وَأَبِي سُلَيْمَانَ الداراني وَسَهْلِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ التستري وَغَيْرِهِمْ. فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ هَؤُلَاءِ الْأَئِمَّةِ وَأَمْثَالِهِمْ نِزَاعٌ فِي أُصُولِ الدِّينِ. وَكَذَلِكَ أَبُو حَنِيفَةَ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَإِنَّ الِاعْتِقَادَ الثَّابِتَ عَنْهُ فِي التَّوْحِيدِ وَالْقَدَرِ وَنَحْوِ ذَلِكَ مُوَافِقٌ لِاعْتِقَادِ هَؤُلَاءِ وَاعْتِقَادُ هَؤُلَاءِ هُوَ مَا كَانَ عَلَيْهِ الصَّحَابَةُ وَالتَّابِعُونَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ وَهُوَ مَا نَطَقَ بِهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ.
Aqidah As Syafi’I radhiyallahu anhu dan aqidah Para Ulama Salaf seperti Malik, As Tsauri, Al Auza’I, Ibnul Mubarak, Ahmad bin Hanbal, dan Ishaq bin Rohuyah, yang ia adalah aqidah para Masyaikh (ulama) yang beraqidah seperti mereka seperti Fudhail bin ‘Iyadh, Abu Sulaiman Ad Daroni, Sahal bin Abdullah At Tusturi dan yang lainnya, sesungguhnya tidak ada perselisihan diantara meraka dalam pokok pokok agama, demikian juga Abu Hanifah rahimahumullah, aqidah yang ditetapkan oleh beliau dalam masalah tauhid dan taqdir dan yang semisalnya, adalah sesuai dengan para ulama salaf dan aqidah mereka itu adalah aqidah yang ditempuh oleh para sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik yaitu berdasarkan Al Quran dan As Sunnah” (Majmu’ Fatawa 5/256)
[6] Faktor keseragaman dalam pemahaman prinsip prinsip agama dan aqidah sesama para ulama ahlus sunnah ini adalah karena Mashdar (sumber rujukan ) aqidah mereka itu satu yaitu Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat. Berbeda dengan kelompok yang menyimpang dimana mereka menetapkan aqidah itu dengan akal atau hawa nafsu, sehingga walaupun akal mereka satu akan tetapi kemampuan akal itu berbeda beda, demikian juga hawa nafsu seseorang itu tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya.
Jaami’ Abid Darda, Pekanbaru, Jum’at 20 Jumadil Awwal 1438 H/17 Februari 2017 M.
Abu Ghozie As Sundawie