Kemarin ada pertanyaan bagus di kajian seputar sifat Allah :
1. Bolehkah mengatakan Allah adalah sutradara terbaik?
2. Bolehkah ungkapan "Skenario Allah"?
Jawab:
Dalam aqidah Ahlusunnah, kita tidak boleh menyifati Allah dengan sifat yang tidak Dia sifatkan untuk diri-Nya. Sehingga dalam menyifati Allah, harus berhati-hati apakah sifat tersebut ada dalilnya ataukah tidak.
Ditinjau secara makna, sutradara berarti orang yang memastikan jalannya suatu sandiwara supaya sesuai skenario yang telah dibuat.
Ada yang berperan sebagai protagonist, dan ada yang antagonis. Dan aktor secara sadar menjalankan skenario tersebut, misal dia disuruh berperan sebagai orang jahat, padahal aslinya tidak demikian.
Jika yang dimaksudkan dengan istilah sutradara adalah bahwa Allah yang mengatur takdir manusia, maka tentu ini analogi yang tidak sesuai. Takdir bukanlah sandiwara.
Takdir bukan sesuatu yang orang disuruh untuk menjalankan perannya, semisal Fir'aun disuruh memerankan peran jahat, atau Qarun diminta berpura-pura jadi orang sombong.
Kekuasaan Allah sebagai pembuat takdirpun bersifat absolut, tidak seperti sutradara yang untuk mengatur dan mengarahkan para aktor sering mengalami kendala.
Takdir yang ditetapkan Allah pun bersifat pasti berlaku. Tidak seperti skenario yang kadang berjalan sesuai rencana dan kadang tidak. Kadang juga bisa terpaksa berubah.
Gunakan saja Pandanan kata yang baik, dan sesuai dalam bahasa Indonesia, dan tidak perlu melakukan pendekatan dengan istilah-istilah yang justru tidak layak bagi Allah Ta'ala.
Ustadz Abu Fatih Ristiyan Ragil P Hafidzohulloh.