WAKTU IMSAK BID'AH?
Jadwal imsakiyah di setiap masuk bulan ramadhan ini tersebar luas, baik di dunia nyata maupun maya. Dan dijadwal tersebut juga tercantum waktu imsak, sekitar 10 atau 15 menit sebelum subuh, yakni waktu berhenti makan dan minum. Padahal menurut dalil, berhenti makan dan minum itu ketika masuk waktu shalat subuh, bukan sebelum masuk waktu subuh (fajar).
Allah Ta'ala berfirman :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنْ الْفَجْرِ ) البقرة / 187 .
"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah: 187).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
أباح تعالى الأكل والشرب ، مع ما تقدم من إباحة الجماع في أي الليل شاء الصائم إلى أن يتبين ضياء الصباح من سواد الليل ، وعبر عن ذلك بالخيط الأبيض من الخيط الأسود ، ورفع اللبس بقوله : ( من الفجر )
Allah Ta'ala memperbolehkan pula makan dan minum di samping boleh menggauli istri di malam mana pun yang disukai oleh orang yang berpuasa, hingga tampak jelas baginya cahaya waktu subuh dari gelapnya malam hari. Hal ini diungkapkan di dalam ayat dengan istilah 'benang putih' yang berbeda dengan 'benang hitam', kemudian pengertian yang masih misteri ini diperjelas dengan firman-Nya:
Yaitu fajar. (Al-Baqarah: 187). (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Abu Bakar Al-Jashash rahimahullah,
"فَأَبَاحَ الْجِمَاعَ وَالأَكْلَ وَالشُّرْبَ فِي لَيَالِي الصَّوْمِ مِنْ أَوَّلِهَا إلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ , ثُمَّ أَمَرَ بِإِتْمَامِ الصِّيَامِ إلَى اللَّيْلِ" اهـ . قاله أبو بكر الجصاص في "أحكام القرآن" (1/265) .
Dia membolehkan berjimak, makan dan minum pada malam-malam puasa, dari awal malam hingga terbit fajar. Kemudian Dia memerintahkan untuk menyempurnakan puasa hingga malam. (Ahkamul Quran, 1/265).
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
الفجر فَجْرَانِ: فأما الفَجْر الذي يكون كَذَنَبِ السِّرْحَانِ فلا تَحِلُّ الصلاة فيه ولا يٌحْرِّم الطعام، وأما الذي يذهب مُسْتَطِيلًا فِي الأُفُق فإنه يُحِلُّ الصلاة، ويُحْرِّم الطعام. [صحيح.] - [رواه الحاكم.]
"Fajar itu ada dua. Adapun fajar yang seperti ekor serigala, maka tidak dibolehkan salat Subuh (belum masuk waktunya) dan tidak diharamkan makan (sahur). Adapun fajar yang memanjang di cakrawala, maka itu tanda masuk waktu salat Subuh dan diharamkan makan (sahur)." (Riwayat Hakim - Hadist Shahih).
Berkata Aisyah radhiyallahu anha :
أَنَّ بِلالا كَانَ يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ ، فَإِنَّهُ لا يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ .
Sesungguhnya Bilal azan waktu malam. Maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Makan dan minumlah kalian semua sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan. Karena belia hanya azan setelah (masuk waktu) terbit Fajar. (Riwayat Bukhari Muslim).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah :
فِيهِ : جَوَاز الأَكْل وَالشُّرْب وَالْجِمَاع وَسَائِر الأَشْيَاء إِلَى طُلُوع الْفَجْر اهـ .
“Padanya (kesimpulan hadits ini), dibolehkan makan, minum dan berhubungan badan (jima) dan segala sesuatu sampai terbitnya fajar.” (Syarah Shahih Muslim).
Dan berkata Imam Nawawi rahimahullah,
هذا الذى ذكرناه من الدخول في الصوم بطلوع الفجر وتحريم الطعام والشراب والجماع به هو مذهبنا ومذهب أبى حنيفة ومالك وأحمد وجماهير العلماء من الصحابة والتابعين فمن
بعدهم قال ابن المنذر وبه قال عمر بن الخطاب وابن عباس وعلماء الامصار قال وبه نقول
“Apa yang telah kami sebutkan ini, mulai masuk puasa dengan terbitnya FAJAR dan pengharaman makan dan minum dan bersenggama dengannya, ialah madzhab kami, dan madzhab Abu Hanifah, Malik, Ahmad, dan mayoritas ulama dari kalangan shahabat dan generasi Tabi’in, dan generasi ulama setelah mereka, Ibnul Mundzir berkata; dan dengannya Umar bin Al-Khathhab berkata, dan Ibnu ‘Abbas, dan ulama dari berbagai negeri, Ibnu Mundzir berkata; dan dengannya kami berpendapat”.(Majmu’ Syarhul Muhadzzab 6/210)
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya :
عما يوجد في بعض التقاويم من تحديد وقت للإمساك قبل الفجر بنحو ربع ساعة
Tentang apa yang didapatkan di sebagian taqwim (kalender) dengan menentukan waktu imsak sebelum fajar sekitar seperempat jam.
Beliau menjawab :
هذا من البدع ، وليس له أصل من السنة ، بل السنة على خلافه ، لأن الله قال في كتابه العزيز : (وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنْ الْفَجْرِ ) البقرة/187 . وقال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إن بلالاً يؤذن بليل فكلوا واشربوا حتى تسمعوا أذان ابن أم مكتوم ، فإنه لا يؤذن حتى يطلع الفجر) . وهذا الإمساك الذي يصنعه بعض الناس زيادة على ما فرض الله عز وجل فيكون باطلاً وهو من التنطع في دين الله وقد قال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ) رواه مسلم (2670) اهـ .
“Ini adalah bagian dari bid’ah. Tidak ada landasannya dalam sunnah. Bahkan dalam sunnah adalah kebalikannya. Karena Allah berfirman dalam Kitab-Nya yang Mulia: "Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah: 187).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Bilal azan di waktu malam (sebelum masuk waktu fajar), maka makan dan minumlah kalian semua sampai kalian mendengar azan Ibnu Ummi Maktum. Kerena beliau hanya azan setelah terbit Fajar. Imsak yang dibuat oleh sebagian orang adalah tambahan terhadap apa yang telah Allah Azza Wa Jalla wajibkan, maka hal itu batil dan perkara yang memberatkan diri dalam agama Allah. Padahal Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan, Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan, Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Riwayat Muslim, 2670).
Syekh Bin Baz pernah ditanya tentang orang yang menjadikan waktu imsak seperempat jam sebelum fajar. Beliau menjawab,
لا أعلم لهذا أصلا ، بل الذي دل عليه الكتاب والسنة أن الإمساك يكون بطلوع الفجر ؛ لقول الله سبحانه : (وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ)
ولقول النبي صلى الله عليه وسلم : ( الفجر فجران : فجر يحرم فيه الطعام وتحل فيه الصلاة ، وفجر تحرم فيه الصلاة (أي صلاة الصبح) ويحل فيه الطعام ) رواه ابن خزيمة والحاكم وصححاه كما في بلوغ المرام ، وقوله صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ بِلالا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُنَادِيَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ ) قال الراوي : وَكَانَ ابن أم مكتوم رَجُلا أَعْمَى لا يُنَادِي حَتَّى يُقَالَ لَهُ أَصْبَحْتَ أَصْبَحْتَ . متفق على صحته " اهـ . مجموع فتاوى ابن باز (15/281) .
“Aku tidak mengetahui adanya dalil dalam masalah ini. Justeru yang ditunjukkan oleh Al-Quran dan Sunah adalah menahan tidak makan dan minum ketika terbit fajar.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala,
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” SQ. Al-Baqarah: 187
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
“Fajar itu ada dua; Fajar (shadiq) yang mengharamkan makanan (bagi yang berpuasa) dan dihalalkan shalat. Sementara fajar (kazib) yang mengharamkan shalat (Shubuh) dan halal makanan.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Keduanya menyatakan shahih sebagaimana dalam kitab Bulughul Maram)
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Bilal melakukan azan pada malam hari, maka hendaknya kalian makan dan minum hingga Ummu Maktum mengumandangkan (azan).”
Ar-Rawi berkata, “Adalah Ibnu Umi Maktum seorang buta, dia tidak melakukan azan sebelum ada yang mengatakan, “Sudah Shubuh, sudah Shubuh.” (Muttafaq alaih). Majmu’ fatwa Ibnu Baz, (15/281).
Kesimpulannya, berdasarkan dalil-dalil dan penjelasan para ulama di atas, bahwa waktu imsak (berhenti makan minum) beberapa menit sebelum fajar adalah perkara baru dalam agama yang tidak ada landasan dalilnya.
AFM
Copas dari berbagai sumber