Beredar video yang menyampaikan bahwa dalam masalah khilafiyah, seorang da'i seharusnya menyampaikan semua pendapat yang ada.
Benarkah sikap demikian? Simak nasehat seorang alim rabbani, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berikut ini.
Pertanyaan:
Bagaimana hukum memaparkan rincian pendapat dalam masalah khilafiyah kepada orang awam?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjawab:
Tidak boleh, tidak boleh demikian sama sekali. Jika ada orang awam datang bertanya maka berikan jawaban kepadanya dengan pendapat yang rajih (paling kuat).
Jika pendapat yang rajih itu menyelisihi praktek kebanyakan masyarakat, maka berilah jawaban tersebut secara diam-diam. Selama pratek kebanyakan masyarakat itu masih dalam koridor khilafiyah ijtihadiyah dan tidak bertentangan dengan nash, maka katakanlah: "Ini adalah fatwa antara aku dengan engkau".
Adapun jika praktek kebanyakan masyarakat itu sudah menyelisihi nash dalil, maka berikan jawaban yang benar kepadanya, bagaimana pun keadaannya.
Namun jangan paparkan rincian pendapat dalam khilafiyah, sehingga nanti orang awam akan bingung. Bagaimana mungkin ia bisa mengamalkan agama jika demikian?
Oleh karena itu sering saya katakan kepada para penuntut ilmu: "Jangan jelaskan rincian khilafiyah kepada orang awam, kecuali ada udzur!".
Demikian juga dalam masalah qira'at Al Qur'an. Jangan sampaikan rincian perbedaan qira'at di depan orang awam. Karena kalau anda sampaikan qira'at yang lain yang berbeda dengan yang ada di mushaf mereka, mereka akan bingung.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=aV-VBw1iYjk
Tambahan :
Tidak semua khilafiyah di toleransi. Jika ada pendapat yang dalam khilafiyah namun pendapat tersebut tidak termasuk yang bisa ditoleransi, maka jelas tidak perlu disebutkan.
Jika dalam khilafiyah yang masih ditoleransi, maka juga tidak semua pendapat itu baik untuk paparkan kepada orang awam, sebagaimana nasehat beliau di atas.
Silakan share ...
Ustadz yulian purnama
