Selasa, 31 Maret 2020

pembagian mujtahid

🌺  تقسيم المجتهد 🌺

🌺 Pembagian Mujtahid 🌺

واعلم أن المجتهد ثلاثة أقسام: (١) مجتهد مطلق، و (٢) مجتهد مذهب، و (٣) مجتهد فتوى.

فالمطلق كالصحابة - أي: علماء الصحابة- و أهل المذهب الأربعة. 

و مجتهد المذهب هو الذي يقدر على إقامة الأدلة في مذهب إمامه. كابن القاسم ، و أشهب -رحمهما الله- 

و مجتهد فتوى هو الذي يقدر على ترجيح، ككبار المؤلفين من أهل المذهب. [ بُلغَةُ السالك لأقرب المسالك، ج٢ / ص ٣٣٠]

"Ketahuilah bahwa mujtahid itu ada 3 jenis: (1) Mujtahid Mutlaq, (2) Mujtahid Madzhab, (3) Mujtahid Fatwa.

Mujtahid Mutlak itu seperti para sahabat (Yakni 'Ulama dari kalangan sahabat), Dan Imam Madzhab yang empat.

Mujtahid Madzhab adalah ia yang mampu untuk menegakkan dalil - dalil di internal madzhab imam - imamnya. 

Mujtahid Fatwa adalah ia yang mampu mentarjih (permasalahan), seperti para mu'allif senior dari kalangan ahli madzhab". [Bulghotu As Salik Li Aqrob Al Masalik, 2/330] 

Ustadz Muhammad Aziz El imam 

Minggu, 29 Maret 2020

Kajian Tematik | 10 Wasiat Perlindungan Diri Dari Wabah (Bagian 01)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 05 Sya’ban 1441H / 30 Maret 2020M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | 10 Wasiat Perlindungan Diri Dari Wabah (Bagian 01)
⬇ Download audio: bit.ly/10Wasiat-01
〰〰〰〰〰〰〰

*10 WASIAT PERLINDUNGAN DIRI DARI WABAH, BAGIAN 1*


بسم الله 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الخلق و سيد المرسلين نبينا محمد وعلى آله واصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. اما بعد 

Sahabat Bimbingan Islām rahīmani wa rahīmakumullāh.

Pada hari ini dan beberapa pertemuan ke depan, in syā Allāh kita akan membahas salah satu kitāb kecil yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr Hafīzhahullāh Ta'āla yang berjudul "10 Wasiat Perlindungan Diri dari Wabah".

Kitāb kecil ini beliau tulis ketika ada pendemi wabah corona yang sudah mendunia, sehingga beliau ingin mewasiatkan beberapa wasiat yang semoga wasiat ini bisa bermanfaat untuk kaum muslimin sebagai jalan untuk menjaga diri dari sisi rohani dan juga fisik.

Wasiat yang beliau sampaikan adalah:

• Wasiat Pertama | Berdo'a sebelum terjangkiti wabah

Wasiat ini beliau sebutkan berdasarkan sebuah hadīts dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau mengatakan:

"Barangsiapa membaca do'a ini tiga kali di waktu sore, maka dia akan dijaga ia tidak akan terkena musibah yang datang tiba-tiba sampai masuk waktu pagi. Dan apabila dia membaca do'a ini tiga kali di waktu pagi maka dia tidak akan terkena musibah yang datang tiba-tiba sampai masuk waktu sore."

Do'anya adalah: 

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

_"Dengan menyebut nama Allāh yang bila disebut nama-Nya, tidak akan ada sesuatu apapun di bumi dan di langit yang dapat membahayakan, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar Maha Mengetahui.”_

(Hadīts shahīh riwayat Abū Dāwūd nomor 5088)

Dahulu, salah seorang tābi'in yaitu Abān bin Utsman, beliau adalah anak dari khalifah ke-3 (Utsman bin Affan radhiyallāhu 'anhu), meriwayatkan hadīts ini dari ayahnya Utsman bin Affan dan Utsman bin Affan meriwayatkan hadīts ini dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Setahun sebelum beliau (Abān bin Utsman) meninggal dunia, beliau menderita penyakit Hemiplegia atau lumpuh di sebagian  badannya.

Hemiplegia bisa lumpuh sebagian anggota geraknya, bisa tangannya, bisa kakinya bahkan bisa lumpuh sebagian wajahnya, yang mana hal ini membuat seseorang tidak bisa berdiri (kurang keseimbangan) dan bisa mengakibatkan seseorang buta.

Salah seorang, mungkin orang-orang di sekitar Abān bin Utsman, melihat Abān bin Utsman seakan-akan mengatakan:

"Ini ada seorang tābi'in yang meriwayatkan hadīts dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwa kalau dia membaca do'a ini 3 kali di waktu pagi tidak akan terbahayakan sampai masuk waktu sore, dan jika membaca di waktu sore sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan tertimpa bala yang datang secara tiba-tiba di waktu pagi, tapi kenapa beliau tiba-tiba sakit terkena penyakit ini (Hemiplegia)." 

Seakan-akan orang tersebut mengatakan hal ini. 

Maka Abān bin Utsman mengatakan, "Demi Allāh, saya tidak berbohong atas nama ayah saya. Ayah saya pun tidak berbohong atas nama Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."

Abān bin Utsman mengatakan:

"Hadīts ini adalah benar, hanya saja hari ini saya tertimpa musibah ini, karena saya lupa tidak membaca do'a ini.”

Dalam riwayat lain disebutkan,

"Saat itu beliau marah, sehingga lupa dengan do'a ini.”

Dan hal itu ditakdirkan oleh Allāh agar Allāh bisa menjalankan ketetapan-Nya, sehingga saya sakit seperti ini.

Sehingga, sahabat Bimbingan Islām rahīmani wa rahīmakumullāh, merupakan satu hal yang sangat penting untuk kita ingat dan perhatikan bersama bahwasanya do'a ini sangat penting sekali dan jangan sampai lupa membaca do'a ini tiga kali di waktu pagi dan sore hari.

Inilah wasiat beliau rahimahullāh yang pertama, in syā Allāh kita lanjutkan pada pertemuan berikutnya.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam bishawāb. 


وصلى الله على نبينا محمد
____________________

Masuk Surga Sambil Tertawa🍃*

*🍃Masuk Surga Sambil Tertawa🍃*

Abu Darda', seorang sahabat Nabi mengatakan, 

إِنَّ الذين أَلْسِنَتُهُمْ رَطْبَةٌ بِذِكْرِ اللَّهِ 

يَدْخُلُ أحدهم الجنة وهو يَضْحَكُ

_*"Orang yang lidahnya basah dengan dzikir mengingat Allah akan masuk surga sambil tertawa"*_

(Az-Zuhd karya Imam Ahmad  730).

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

🔖Dzikir mengingat Allah adalah amal yang mengantarkan ke surga, bahkan masuk surga sambil tertawa gembira. 

🔖Lidah itu "basah" dengan dzikir manakala kita adalah orang yang rajin berdzikir. 

⌛ *"Tolak ukur rajin berdzikir adalah orang yang selalu membaca bacaan dzikir atau doa yang dituntunkan dari bangun tidur sampai tidur lagi."*⏳

Orang yang rajin berdzikir itu semestinya bibirnya kering karena berdzikir meski demikian bibir semisal ini hakekatnya adalah bibir yang basah.
 
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

*🖋️by Aris Munandar, SS, MPI*
_-hafizhahullahu ta'ala-_

*🏘️Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an➖ Kasihan Bantul Yogyakarta🏘️*
Al akh Abdurahman Triadi Putro 

bolehkah ahli waris mewarisi rumah hasil riba...?

Syekh Abdul muhsin al abbad hafidzahulloh ditanya : bolehkah ahli waris mewarisi rumah hasil riba...?

Maka beliau hafidzahulloh menjawab: iya boleh, bagi mereka (ahli waris) itu ghonimah, dan kerugian (dosa riba) ditanggung pelakunya

Kajian kitab al muwatha (imam Mâlik rahimahullah)
Ustadz Muhammad yusuf rustam lc 


Sabtu, 28 Maret 2020

doa istiftah yang dibukakan pintu pintu langit

doa istiftah
Ketujuh ً
Allahu akbar kabiro walhamdullilah kasiro wa subhanallahu bukrotan wa asila
Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim, no. 601). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiallahu’anhu, ia berkata: بينما نحن نصل ي مع رسول ا صَلّى اُّ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ؛ إِذ قال رجل من القوم: وَ سَلّمَ “ :عجبت لَها !فتحت لَها ...فِذكره .فقال رسول ا صَلّى اُّ عَلَيْهِ أبواب السماء” .قال ابن عمر :فما تركتَهن منِذ سمعت رسول ا صَلّى اُّ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ يقول ِذلك “Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada seorang lelaki yang berdoa istiftah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata demikian’” (HR. Muslim, no.601)
diambil dari pdf buku sholatlah sebagaimana aku sholat halaman 66 ustadz yulian purnama

Kita memilih mempelajari madzhab Syafi'i karena negeri yang kita tinggali ini yang berkembang adalah madzhab Syafi'i..

Syeikh Dr. Labib al-'Adni al-Yamani berkata, "Kita memilih mempelajari madzhab Syafi'i karena negeri yang kita tinggali ini yang berkembang adalah madzhab Syafi'i..

Adalah hal yang tidak tepat, misalnya di Yaman mempelajari madzhab Maliki. Yaman tidaklah mengenal Madzhab Maliki !
Lebih dari 80% atau bahkan 85%-an penduduk Yaman bermadzhab Syafi'i dan hanya segelintir yang bermadzhab Zaidiyyah.

Tidak tepat jika mempelajari madzhab Maliki di Yaman. Tidak tepat berfatwa menggunakan madzhab Maliki disana sedangkan penduduk Yaman adalah para pengikut madzhab Syafi'i.

Tidak bijak juga mengajarkan madzhab Hanbali atau madzhab Hanafi di Indonesia sedangkan Indonesia dari timur hingga barat, penduduknya dominan bermadzhab Syafi'i.

Bukan hal yang tepat pula, engkau berada di Sudan, Mauritania atau berada di Maroko dan mengajarkan atau belajar fiqih madzhab Syafi'i karena kaum muslimin disana adalah pengikut madzhab Maliki bahkan Undang Undang yang berlaku disana disusun berlandaskan madzhab Maliki.

Yang terpenting, kita harus memperhatikan apa yang menjadi kebiasaan dan yang berlaku dinegeri yang kita tinggali.. "

✍🏻Budi Abu Ammar

*Syeikh Dr. Labib Najib adalah pengajar fiqih Syafi`i di Ma`had bin Baz dan Ma`had Jamilurrahman As Salafy  Bantul Yogyakarta.

Loh, Harusnya Kan "Ghoiril Maghdhuubi 'Alaihim", Tapi Kenapa Dibaca "Alaihum" ???

Loh, Harusnya Kan "Ghoiril Maghdhuubi 'Alaihim", Tapi Kenapa Dibaca "Alaihum" ???

.
.

Memang aneh sih buat yang baru pertama kali denger bacaan itu, tapi tunggu dulu ...

Jangan buru-buru langsung bilang kalo bacaan itu salah, kenapa ? 

Karena memang ada salah satu Qori' yang membaca dengan Huruf Ha' Dhommah di setiap lafadz "عَلَيْهِم" (Alaihim) yang ada di dalam Al Qur'an, jadinya "عليهُم" (Alaihum), beliau adalah Imam Hamzah Al Kuufi

Dan itu namanya Qiro'ah Sab'ah, salah satu ilmu yang masih jarang ditemukan di negri +62 

Saya takutnya, suatu saat nanti gak ada lagi di negri kita yang ngerti tentang ilmu Qiro'ah 

Padahal, Qiro'ah Sab'ah itu Shohih & Sanadnya Muttashil (Bersambung) sampai Rosulullah loh

Eh bentar, saya gak akan bahas tentang sejarah atau pengertian Qiro'ah Sab'ah, tapi di postingan kali ini saya mau share tentang siapa saja sih Qurro' Sab'ah itu ?

Qurro' Sab'ah jumlahnya ada 7 orang & setiap Qori' memiliki 2 Rowi, sehingga Qiro'ah Sab'ah terdiri dari 7 Qori' & 14 Rowi

Ini penjelasannya ....

1⃣ Yang Pertama Adalah 

✅ Imam Nafi' Al Madani 

Beliau adalah Abu Ruwaim Nafi' bin 'Abdirrahman bin Abi Nu'aim Al Laitsiy, beliau berasal dari Ashafahan & meninggal di Kota Madinah pada tahun 167/169 H

✅ 2 Rowi dari Imam Nafi' adalah 

✒️ Yg Pertama : Qolun, nama beliau adalah 'Isa bin Miinaa Al Madani, kunyah beliau adalah Abu Musa, beliau di Madinah pada tahun 220/205 H

✒️ Yg Kedua : Warsy, nama beliau adalah 'Utsman bin Sa'id Al Mishri, kunyah beliau adalah Abu Sa'id, beliau meninggal di Mesir pada tahun 197/187 H
.
.
2⃣ Qori' Yg Kedua Adalah 

✅ Imam Ibnu Katsir Al Makki

Nama beliau adalah 'Abdullah bin Katsir Al Makki, beliau termasuk dari kalangan Tabi'in & meninggal di Makkah pada tahun 120 H

✅ 2 Rowi dari Ibnu Katsir Adalah 

✒️ Yg Pertama : Al Bazzi, nama beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Abi Bazzah, kunyah beliau adalah Abul Hasan & meninggal di Makkah pada tahun 250/255 H

✒️ Yg Kedua : Qunbul, nama beliau adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Kholid bin Sa'id Al Makki, kunyah beliau adalah Abu 'Amr & meninggal di Makkah pada tahun 291 H
.
.
3⃣ Qori' Yg Ketiga Adalah 

✅ Abu 'Amr Al Bashri, nama beliau adalah Zabban bin 'Alaa bin 'Ammar Al Mazini, ada juga yg mengatakan nama beliau adalah Yahya, ada juga yg mengatakan nama beliau adalah kunyahnya yaitu Abu 'Amr, beliau meninggal di Kufah pada tahun 154/155 H

✅ 2 Rowi Dari Abu 'Amr Adalah

✒️ Yg Pertama : Ad Duuri, namanya adalah Abu Umar Hafsh bin Umar bin Abdul Aziz Ad Duuri, Duuri adalah salah satu tempat yg ada di Baghdad, beliau meninggal pada tahun 246 H

✒️ Yg Kedua adalah : Suusi, namanya adalah Abu Syu'aib Sholih bin Ziyad bin Abdullah As Suusi, beliau meninggal pada tahun 261 H
.
.
4⃣ Qori' Yg Keempat Adalah 

✅ Imam Ibnu 'Amir Asy Syaami, namanya adalah Abdullah bin 'Aamir Asy Syaami Al Yahshobi, kunyah beliau adalah Abu 'Imron & beliau termasuk dari kalangan Tabi'in, beliau meninggal di Damaskus pada tahun 118 H

✅ 2 Rowi Dari Ibnu 'Amir Adalah

✒️ Yg Pertama : Hisyam, namanya adalah Hisyam bin 'Ammar bin Nushoir Ad Dimasyqi, kunyah beliau adalah Abul Walid & meninggal pada tahun 245/246 H 

✒️ Yg Kedua : Ibnu Dzakwan, namanya adalah Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan Ad Dimasyqi, kunyah beliau adalah Abu 'Amr & meninggal pada tahun 242 H
.
.
5⃣ Qori' Yg Kelima Adalah

✅ Imam 'Ashim Al Kuufi, namanya adalah 'Ashim bin Abi An Najuud, ada juga yg bilang Ibnu Bahdalah, kunyah beliau adalah Abu Bakr, beliau termasuk dari kalangan Tabi'in & meninggal di Kufah pada tahun 128 H

✅ 2 Rowi Dari Imam 'Ashim 

✒️ Yg Pertama : Syu'bah, beliau adalah Abu Bakr Syu'bah bin 'Ayyasy bin Salim Al Kuufi, Beliau meninggal di Kufah pada tahun 193/194 H

✒️ Yg Kedua : Hafsh, inilah Rowi yang paling terkenal & bacaannya paling banyak digunakan untuk membaca Al Qur'an oleh kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia 

Udah tau belum beliau itu siapa ? 

Yuuk kenalan dulu, beliau adalah Hafsh bin Sulaiman bin Al Mughoiroh Al Bazzaz Al Kuufi, Kunyah beliau adalah Abu Abu 'Amr & meninggal pada tahun 180 H
.
.
6⃣ Qori' Yg Keenam Adalah

✅ Imam Hamzah Al Kuufi, namanya adalah Hamzah bin Habib bin 'Imaaroh Az Zayyat Al Farodhi At Taimi, kunyah beliau adalah Abu 'Imaaroh & beliau meninggal pada masa kekhilafahan Abu Ja'far Al Manshur pada tahun 156 H 

✅ 2 Rowi Dari Imam Hamzah

✒️ Yg Pertama : Kholaf, namanya adalah Kholaf bin Hisyam Al Bazzar, kunyah beliau adalah Abu Muhammad, beliau meninggal di Baghdad pada tahun 229 H

✒️ Yg Kedua : Khollaad, namanya adalah Khollaad bin Kholid, ada juga yg bilang Ibnu Khulaid Ash Shoirofi Al Kuufi, kunyah beliau adalah Abu 'Isa & beliau meninggal pada tahun 220 H
.
.
7⃣ Qori' Yg Ketujuh Adalah 

✅ Imam Al Kisa'i Al Kuufi, namanya adalah Ali bin Hamzah An Nahwi, kunyah beliau adalah Abul Hasan & beliau meninggal pada tahun 189 H

✅ 2 Rowi dari Imam Al Kisa'i

✒️ Yg Pertama : Abul Harits, namanya adalah Al Laits bin Kholid Al Baghdadi, beliau meninggal pada tahun 240 H

✒️ Yg Kedua : Hafsh Ad Duuri, dan beliau juga Rowi dari Abu 'Amr yang penjelasannya sudah saya tulis di Qori' nomor 3 

.
.

Wah, ternyata saya bisa nulis panjang juga 😅🙈

Udah dulu deh, hihi 

Itulah nama-nama dari Qurro' Sab'ah yang mungkin selama ini kita belum tau siapa mereka 

Hampir setiap Qori' & Rowi punya bacaan yg berbeda di beberapa kalimat loh ..

Pengen tau gimana bacaan dari masing-masing Qori' & Rowi ? 

Stay tune yaa. ..

Jangan lupa share, siapa tau suatu saat antum membutuhkan ilmu ini 😁

.
.

Written by Syauqiy Ahmad Labyb
Mahasiswa universitas Islam Madinah jurusan quran 

KISAH SI KUCING BUTA DI KAMPUS universitas Islam Madinah

KISAH SI KUCING BUTA DI KAMPUS

.
.

Allah Ta'ala berfirman, "“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).
.
Admin sudah lebih 4 tahun tinggal di Madinah. Ketika itu, ada seekor kucing betina buta yang senantiasa lalu lalang di dapur kami di Wihdah 18.
.
Kucing itu berjenis campuran persia berhidung mancung, tampak darinya bukan kucing rumahan yang bersih terawat, bahkan bulu bulunya banyak yang bergumpal bercampur pasir khas kucing Madinah yang berbulu tebal.
.
Saya sempat tertegun melihat kucing itu, jelas jelas matanya buta dan sering kali menabrak pintu engsel koboi yang jika di dorong akan kembali tertutup, karena memang ia tidak melihat namun masih hafal jalurnya.
.
Teman-teman kami seangkatan sering memberi makan kucing tersebut, bahkan ada beberapa teman dari Afrika yang sengaja mengumpulkan sisa daging ayam untuk dibagi bagikan ke kucing sekitar kampus.
.
Tibalah musim Liburan Soifiyah atau musim panas hingga 4 bulan lamanya. Sebelum saya pulang ke Indonesia, saya sempat kasihan dengan si kucing buta, apakah ada yang memberinya makan kelak ketika mahasiswa pulang ? Sedangkan di asrama kami belum pernah muncul tikus sebagai makanan alami si kucing.
.
Pada beberapa kesempatan, ada teman yang berbaik hati membeli makanan kucing kemasan kiranya untuk ransum darurat ketika musim liburan, namun jelas itu hanya cukup beberapa minggu saja. Bahkan mungkin kurang.
.
.
Berlalulah liburan 4 bulan dan tiba saatnya saya kembali ke Asrama kampus. Sebelumnya saya sudah lupa perihal si kucing buta, namun yang membuat takjub adalah bahwa si kucing buta itu hidup bahkan sudah melahirkan anak anaknya.
.
MasyaAllah TabarakaAllah... 
.
Siapa yang memberi ia rezeki ketika semua pintu tertutup kecuali Allah?..
.
Berbeda dengan kita, manusia
.
Kita adalah satu satunya makhluk Allah yang paling takut tidak kebagian rezeki.
.
Sebagai contoh, banyak orang orang yang menjadikan standar keberhasilan adalah uang. .
.
Dalam beberapa keadaan, kita harus belajar dari si Kucing buta.. Tidak pernah sekolah, tidak pernah punya tabungan, tidak punya kulkas penuh makanan, namun ia tetap bekerja sambil menunggu rezeki dari tuhannya. . 

@ Medina, Saudi Arabia

.
.

*Taken from Suara Madinah

BAHAYA AHLUL BID'AH.

BAHAYA AHLUL BID'AH. 

Berkata Guru Kami Asy Syaikh 'Ali Gholib Al-Yaafi'i -hafizhahullah- :
أهل البدع يلوث ودينك وعقيدتك 
"Ahlul bid'ah itu akan senantiasa mengotori agama dan aqidah kalian."
(Faidah dari pelajaran shohih muslim). 

📝 Tholib Yaman Al Anduniisy
🕌 Darul Hadits Fiyusy Lahj Yaman
Al akh najieb 

ILMU LEBIH MULIA DARI SEORANG RAJA

ILMU LEBIH MULIA DARI SEORANG RAJA.

قال أبو الأسود الدؤلي : ليس شيء أعز من العلم، الملوك حكام على الناس، والعلماء حكام على الملوك.

Berkata Abul Aswad Ad dualiy -Rahimahullah- :
Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dari pada ilmu, Para raja adalah hakim atas manusia, sementara Para ulama adalah hakim atas para raja.

(Lihat kitab : Tadzkirotus Saami'wal mutakallim fi adabil'alim wal muta'allim Hal. 56)

Gambar : Maktabah (Perpustakaan) Darul Hadits Fiyusy Yaman -semoga Allah Menjaganya-. 

📝 Tholib Yaman Al Anduniisy
🕌 Darul Hadits Fiyusy Lahj Yaman
 Al akh najieb suhrawardi

Ar Roddu Alal Jahmiyyah Waz Zanadiqoh hal : 55 imam Ahmad bin Hambal

🎋 Diantara ucapan Imam Ahmad yang meneteskan air mata, tentang keutamaan para ulama yg menyeru di jalan Allah

📚 قال الإمام أحمد بن حنبل رحمه الله  : الحمد لله الذي جعل في كل زمان فترة من الرسل بقايا من أهل العلم يدعون من ضل إلى الهدى ، ويصبرون منهم على الأذى ، ويحيون بكتاب الله تعالى الموتى ، ويبصرون بنور الله أهل العمى ، فكم من قتيل لإبليس قد أحيوه ، وكم من ضال تائه قد هدوه ، فما أحسن أثرهم على الناس وما أقبح أثر الناس عليهم*

📗 Imam Ahmad Rahimahulloh berkata : Segala puji hanya untuk Allah yang telah menjadikan pada setiap zaman fatroh (zaman kekosongan) dari para Rasul, masih ada yang tersisa dari kalangan Ahlul Ilmi yang menyeru / mendakwahi orang-orang yang tersesat kepada petunjuk, dan mereka (para ulama/da’i Allah) bersabar atas gangguan dari manusia, mereka menghidupkan orang-orang yang telah mati dengan Kitab Allah, dan mereka memperlihatkan cahaya kepada orang yang buta dengan cahaya ilmu dari Allah, betapa banyak orang-orang yang telah terbunuh oleh iblis lalu mereka para (Ahlul ilmi / para Da'i) menghidupkan mereka (dengan petunjuk dari Allah & RasulNya), dan betapa banyak orang-orang yang telah tersesat telah mereka tunjuki kepada jalan yang benar, BETAPA BAIKNYA PERBUATAN MEREKA TERHADAP MANUSIA & BETAPA BURUKNYA PERLAKUAN MANUSIA TERHADAP MEREKA.

📚 SUMBER : Ar Roddu Alal Jahmiyyah Waz Zanadiqoh hal : 55

🖍 Ahmad Abu Farhan Hafizhahulloh

Penuntut ilmu itu harus semangat mengumpulkan faidah :

Penuntut ilmu itu harus semangat mengumpulkan faidah :

Imam An-nawawi rahimahulloh berkata : janganlah seorang penuntut ilmu itu meremehkan satupun faidah yang dia lihat atau dia dengarkan dalam cabang ilmu apapun, kecuali harus segera dia catat, kemudian dia komitmen atas apa yg telah dia tulis {Al-Majmu’ 1/70}
Alih bahasa : Ahmad Abu Farhan.

Tentang virus dari sisi herbal

_Bismillah..._ 

*Tentang virus dari sisi herbal*

Sepengetahuan ana -sebagaimana yang dikatakan Shinshe Abu Muhammad-semoga Allah menjaganya- bahwa virus itu dikatagorikan faktor patogen luar dan sindrom penyakit yang dideritanya adalah sindrom luar.

Cara pandang pengobatan tradisional klasik itu adalah penyakit yang masih di luar (belum sampai ke Organ) ini merupakan *penyakit yang ringan* bukan penyakit mematikan.

Pola penyakit sindrom luar itu diantaranya adalah flu, batuk, demam, sakit tenggorokan, kadang pusing, takut dingin, mual, dll.

*Cara pandang ini tidak sama dengan pengobatan konvensional*

Karena terkadang menurut pengobatan klasik ini berat namun menurut konvensional ini ringan dan kadang sebaliknya menurut ini ringan dan menurut yang itu berat.

*Kalau virus ini tergolong penyakit  ringan, Namun kenapa dapat menyebabkan kematian?*

Hal ini dikembalikan kepada Qalbu si-penderitanya. Kuat tidak melawan penyakit tersebut.

Klo dia kalah dalam pergulatan batin melawan penyakit itu maka akan hadir ketakutan, khawatir, panik, dan kecemasan yang kita tahu bahwa hal itu dapat melemahkan daya tahan tubuh seseorang (imunitas tubuh menurun)...

Hal tersebut pernah terjadi pada seorang Arab Badui yang Nabi -ﷺ- pernah menjenguknya, padahal penyakitnya hanya demam. Namun dirinya kalah dan beranggapan negatif pada dirinya sehingga mati dengan sikapnya itu, *bukan karena penyakitnya*

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ يَعُودُهُ فَقَالَ لَا بَأْسَ عَلَيْكَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ قَالَ قَالَ الْأَعْرَابِيُّ طَهُورٌ بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ عَلَى شَيْخٍ كَبِيرٍ تُزِيرُهُ الْقُبُورَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَعَمْ إِذًا

_Bahwa Rasulullah -ﷺ- pernah menjenguk seorang arab badui yang sedang sakit. Beliau katakan: "Kamu tidak apa-apa, Insya Allah baik-baik saja." Lantas si arab badui menjawab, "Apa!  Tidak apa-apa?! Bahkan ini adalah demam yang menggelegak atas orang yang sudah tua renta yang menghantarkannya kepada kuburan." Maka Nabi -ﷺ- berkata: "Semoga iya, kalau begitu."_

HR. Bukhari, kitab _Tauhid_, bab _Al-Masyi'ah wal Iradah,_ no.7470,

Dalam Syarahnya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani-rahimahullah-membawakan riwayat dari at-Thabari, Ibnu Sakan, Ad-Daulabi, dan Abddurrazzaq, bahwa orang Arab Badui tadi di pagi harinya langsung wafat.

أن الأعرابي المذكور أصبح ميتا...

_'Bahwa orang Arab Badui tersebut dipagi harinya meninggal'_

Lihat: Fathul Bari, 10/230.

Dalam hadits ini banyak faedahnya, diantara yang sangat kita berhajat dengannya adalah *menganggap ringan segala penyakit badan*

Sabda Nabi-ﷺ-diriwayat lain masih di Shahih Bukhari dan kisah yang sama pula dari sahabat yang sama pula Ibnu Abbas -radhiallahu anhu-, di bab _Al-Mardhaa_, no. 5656 ada tambahan lafadz...

َ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ قَالَ لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

_"Setiap kali beliau menjenguk orang sakit, maka beliau akan mengatakan kepadanya: "Tidak apa-apa, Insya Allah baik-baik saja."_

Lihatlah sikap beliau -ﷺ-, klo melihat orang sakit selalu menganggapnya ringan... meskipun itu terlihat parah namun tetap aja ringan, karena selama belum merusak Aqidahnya berarti itu masih ringan...

Demikian pula ketika datang seorang wanita yang berkulit hitam yang menderita penyakit (sejenis epilepsi/ayan). Dengan tenang dan sederhananya Nabi -ﷺ- menyikapi penyakit wanita tersebut dengan ungkapan;

قَالَ « إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ » . فَقَالَتْ أَصْبِرُ . 

_"Jika engkau mau sabar, bagimu surga. Jika engkau mau Aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu”, Wanita itu pun menjawab, “Aku memilih bersabar.”_
HR. Bukhari no.5652, Muslim no.2576.

Lihatlah sikap beliau-ﷺ- ini! Menyederhanakan penyakit badan bahwa penyakit badan itu hakekatnya ringan; seberat apapun itu. 

Termasuk dengan wabah yang menyebar pun, beliau -ﷺ- menyikapinya dengan sederhana.

Beliau -ﷺ-bersabda:

 الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

_"Penyakit Tha'un (wabah yang menyebar) dapat menjadikan mati syahid bagi setiap muslim."_
HR Bukhari no.5732, Muslim no.1916.

Seharusnya hal ini menjadi kabar gembira bagi setiap muslim, bukan justru ketakutan menghadapinya. 

KLO takut berarti dia takut pula menghadapi mati syahid...

Jika sekiranya dikaitkan dengan Jihad, karena dalam hadits dikaitkan dengan syahid sementara syahid itu adanya di Medan perang, maka apakah dia tidak termasuk seperti orang yang takut perang/ lari dari Medan perang?!

*Adapun mengenai mengambil sebab (الأخذ بالأسباب)*

Upaya yang bisa dilakukan jika ada penyakit yang dapat menular adalah

[1] *Jaga Jarak; tidak bersentuhan langsung dengan penderita*

ٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الشَّرِيدِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كَانَ فِي وَفْدِ ثَقِيفٍ رَجُلٌ مَجْذُومٌ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّا قَدْ بَايَعْنَاكَ فَارْجِعْ

_"Dalam delegasi Tsaqif (yang akan Dibai'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) terdapat seorang laki-laki berpenyakit kusta. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirim seorang utusan supaya mengatakan kepadanya: "Kami telah menerima bai'at Anda. Karena itu Anda boleh pulang."_
HR. Muslim no 2231.

[2] *Jaga daya tahan tubuh*

Kaidah dari Al-Imam Ibnul Qayyim-rahimahullah- adalah

حفظ القوة مقدم على الحمية

_Menjaga Energi vital (daya tahan tubuh) lebih diutamakan ketimbang berpantang (tindakan preventif)_

Lihat: Al-Fawa-id, bab _Faidah Jaliilah_ bagian ke-5, hal.174.

Menurut pengobatan tradisional klasik upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuhnya atau sistem imunitasnya adalah cukup sederhana yaitu cukup dengan mengonsumsi teh kunyit.

Resep ini (Wedang kunyit) ana dapatkan dari Shinshe Suhendri

Cara bikin teh kunyit: bisa ambil satu ruas kunyit sebesar telunjuk, bisa diparut lalu seduh dengan air panas tambahkan 3sdm madu atau bisa juga direbus. Rebus dengan dua gelas air sisa separuhnya...atau kapsul kunyit; pagi satu sore satu.

Konsumsi itu selama 11 hari, pagi sore

Sekian. Semoga bermanfaat...

Ustadz Ahmad Milda Lc.
Di share ulang oleh ustadz badrusalam lc 

Jumat, 27 Maret 2020

Ikhtilaf masalah fiqhiyyah ijtihadiyyah apakah masih shalat di masjid atau tidak membawa banyak hikmah...

💭Ikhtilaf masalah fiqhiyyah ijtihadiyyah apakah masih shalat di masjid atau tidak membawa banyak hikmah...

   Masalah ijtihadiyah yang menyangkut hidup banyak kaum muslimin tidak patut kalangan penuntut ilmu, ustadz biasa untuk berfatwa di dalamnya, akan tetapi dikembalikan kepada Para Ulama Kibar dan banyak para Ulama Kibar telah berfatwa untuk shalat di rumah, demikian isi wasiat Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman yang merupakan murid langsung Syaikh Al-Albany, silakan disimak di link di komentar ini. 

   Di antara hikmahnya mengingatkan qawl Imam Malik bin Anas رحمه الله تعالى :
كُلٌ يُؤْخَذُ وَيُتْرَكُ إلّا صَاحِبُ هَذَا الْقَبْر
"Semua ulama/ustadz bisa diambil atau ditinggalkan perkataannya kecuali orang yang ada di kuburan ini (Nabi صلى الله عليه وسلم)

   Manhaj Salaf bukan diambil dari person per person dari Salaf yang tidak disepakati oleh Salaf yang lainnya terlebih lagi personal dari kalangan Khalaf akan tetapi sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah :
إِنَّمَا يُؤْخَذُ مِمَّا أَجْمَعُوْا عَلَيْهِ
"Sesungguhnya hanya diambil dari perkara-perkara yang para Salafusshalih bersepakat di atasnya"

   Murid itu berpotensi untuk taqlid buta kepada Gurunya, Imam Asy-Syafi'iy sempat didoakan keburukan oleh sebagian ashab Imam Malik lainnya ketika mulai menampakkan perbedaan ijtihad antara beliau dengan Imam Malik, bagaimana kiranya di abad ke 15 H. Di antara jalan keluarnya adalah dengan memperbanyak Syaikh/Ustadz/Guru jangan yang itu-itu saja, sebagaimana wasiat sebagian Salaf :

لَا تَدْرِيْ خَطَأَ مُعَلِّمِكَ حَتَّى تُجَالِسَ غَيْرَهُ
"Engkau tidak akan mengetahui kesalahan gurumu hingga engkau duduk di majlis selain gurumu tersebut"

   Seorang Syaikh atau Ustadz walaupun sampai derajat yang tinggi dalam ilmu dan amal serta wara' tetap pasti bisa salah ijtihad dan fatwanya, Ibnu Abbas pernah fatwa boleh riba fadhl dan nikah mut'ah, Ibnu Mas'ud sempat tidak menganggap Al-Falaq dan An-Nas bukan bagian dari Qur'an, Mu'awiyah fatwa gandum Syam zakatnya cukup setengah sha dan bukan satu sha sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم, Amr bin Ash fatwa air laut tidak bisa untuk wudhu, ini kesalahan fatwa dari generasi yang Allah puji dalam Qur'an, terlebih generasi yang setelahnya yang kurang dari mereka dalam segi ilmu dan amal, kitab terbaik dalam masalah ini adalah "Raf'ul-malam 'an Aimmatil-A'lam" karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Ustadz farian Ghani harima 

Kamis, 26 Maret 2020

Tadzkirah

Tadzkirah

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka cukuplah kesederhanaan baginya, dan barangsiapa yang mengetahui bahwa apa yang keluar dari lisannya termasuk amalannya, niscaya sedikit perkataannya”

Imam Al Auza’i

Munjidul Khatib 1/584
Al akh Indra zulfi mushoddaq

Faedah dari Nasehat ustadz Rizal Yulizar putrananda lc

Faedah dari Nasehat Pak Kiyayi Kami

🍀🍀🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🍀🍀

و عن عقبة بن عامر رضي الله عنه قال :  يا رسول الله ، ما النجاة ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "أمسك عليك لسانك ، و ليسعك بيتك و أبك على خطيئتك" 
( رواه الترمذي و حسنه) 

Dari 'Uqbah bin Amir - radhiyallahu anhu- beliau bertanya:

"Wahai Rasulullah, apa itu keselamatan (dan bagaimana mendapatkannya) ?"

Maka Rasulullah - shallallahu alaihi wa sallam menjawab:

 "Hendaknya Engkau senantiasa menjaga lisanmu, Dan hendaknya engkau senang berdiam diri di rumah ( bila keluar rumah madhorot bagimu) , Dan hendaknya Engkau menangisi dosa-dosamu."
(Hadits diriwayatkan Al Imam At Tirmidzi dan beliau menghasannya )

📝Hadis ini sangat cocok kita terapkan di saat ini memuat beberapa Pelajaran berharga yang dapat kita praktekkan saat saat ini di antaranya:

1️⃣Jaga lisan kita, atau jari jemari yang bertugas mewakili lisan, hindari penyebaran berita  hoax yang membuat panik. Serahkan urusan ini kepada ynag berwenang yang lebih kompeten. 
2️⃣ Berdiam di rumah bila keluarnya kita dari rumah berbahaya. Kita ikuti anjuran pemerintah untuk tetap berdiam di rumah, hindari bergaul dengan banyak manusia saat saat wabah ini. 
3️⃣ Kembali kepada Allah dengan taubat, tangis dosa dosa kita.

📝 Rangkuman Nasehat Mudir Pesantren ALWAN (Al Lu'lu' Wal Marjan) Ust Rizal Yuliar Putrananda, senin pagi 23 Maret 2020.
Al akh Ihsan 

Unyeng² Ada Dua, NAKAL?

Unyeng² Ada Dua, NAKAL?

🌀 Masalah unyeng-unyeng anak ada dua yang diyakini penyebab mereka nakal. Maka ada hal yang penting yang harus dipahami masalah ini yaitu bahwa Ajaran Islam adalah ajaran agama yang ilmiyah yang dibangun di atas bukti dan dalil-dalil, baik itu dalil syar’i berupa Al Quran dan Sunnah atau bukti material yang teruji secara ilmiyah sesuai dengan bidangnya; dimana bisa dijelaskan hubungan sebab dan akibatnya dengan jelas.

kita ambil contoh; BMKG memperkirakan cuaca dengan bukti material yang jelas dan bisa dibuktikan.

Lawannya, pawang hujan atau dukun ketika ditanya, apakah minggu depan hujan? Dia akan menjawab tanpa memiliki dalil/bukti material dan apa yang dia sebutkan tidak bisa diuji oleh orang lain.

Dari sini kita memahami dalam beragama atau mengamalkan sesuatu harus ada satu dari dua hal:

Dalil Al Quran atau hadits yang menunjukkan hal tersebut
Bukti material yang jelas sebab dan akibatnya dan bisa diuji.
Kalau tidak ada satu dari keduanya, maka itulah yang dikenal dengan khurafat (cerita bohong tanpa bukti) atau Tathoyur (menganggap sial karena sesuatu) dan yang sejenisnya.

Darinya, kita memahami bahwa dua unyeng-unyeng (pusaran) di kepala anak yang dianggap sebagai tanda keburukan itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kenakalan dan termasuk khurafat atau Tathoyur.

Wallahu a’lam.

***

Dijawab oleh Ustadz Sanusin Muhammad Yusuf , Lc. MA. (Dosen Ilmu Hadits STDI Jember)
Al akh Ahmad aga 

Belajar fiqih madzhab Syafi`i ringkas dari kitab Tahqiqur Raghabat Bit Taqaasiim Wat Tasyjiiraat karya Dr. Labib Najib حفظه الله_seri 63

Belajar fiqih madzhab Syafi`i ringkas dari kitab Tahqiqur Raghabat Bit Taqaasiim Wat Tasyjiiraat karya Dr. Labib Najib حفظه الله_seri 63

PEMBAGIAN WAKTU FADHILAH, IKHTIAR DAN JAWAZ TIDAK MAKRUH, DARI SISI KESAMAAN AWAL DAN AKHIR WAKTUNYA.

Dibagi menjadi tiga :

1⃣Awal dan akhir waktunya sama, yaitu pada waktu shalat maghrib.

2⃣Awal waktunya sama tetapi berbeda akhir waktunya di mana berakhir lebih dulu waktu fadhilah kemudian waktu ikhtiar dan yang terakhir waktu jawaz tidak makruh. Gambaran ini ada pada waktu shalat ashar, isya dan subuh.

3⃣Awal waktunya sama tetapi waktu akhir waktunya berbeda, di mana waktu fadhilah berakhir terlebih dahulu kemudian waktu ikhtiar dan waktu jawaz tidak makruh berakhir pada waktu yang sama. Gambaran ini ada pada waktu shalat dhuhur.

Keterangan :

Detail waktu bisa di lihat pada perincian yang ada pada tulisan sebelumnya.

Allahu a'lam.

Al akh Agus Waluyo 

Rabu, 25 Maret 2020

Dialoq nabi Isa dengan iblis masalah taqdir

Dialoq nabi Isa dengan iblis Taqdir 

Ngaji Fiqh Puasa Kitab Safinatun Najah 5

📝Ngaji Fiqh Puasa Kitab Safinatun Najah 5

Silsilah Ngaji #Fiqh Syafii#
Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far

فيما يبطل الصوم
~Pembatal Puasa~
يبطل الصوم : بردة، و حيض، و نفاس، أو ولادة، و جنون ولو لحظة، و بإغماء، و سكر تعدى به، إن عما جميع النهار
1. Murtad
Murtad bisa berupa perkataan, keyakinan dan perbuatan.
2. Haid
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai sebab kekurangan agama wanita, beliau berkata,

أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ

“Bukankah wanita jika haidh tidak shalat dan tidak puasa?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di dalam kitab Kifayatul Akhyar  penulis menyebutkan, “Imam Nawawi membawakan nukilan ijma’ (kesepakatan ulama), puasa menjadi tidak sah jika mendapati haidh dan nifas. Jika haidh dan nifas didapati di pertengahan siang, puasanya batal. 
3. Nifas ataupun Wiladah
Nifas hukumnya sama dengan haid, seperti nukilan diatas
4. Gila walaupun sebentar
Jika dia gila di pasar pertengahan siang, maka puasanya tetep batal walaupun sudah sadar pada hari itu. 
5. Pingsan seharian 
Adapun dia pingsan, lalu sadar di pertengan hari atau sesaat sebelum magrib maka puasanya sah. 
Adapun jika dia tidur dari subuh hingga magrib, apakah puasanya sah? Sebagaian mengatakan tidak sah di qiaskan dengan pingsan seharian penuh, akan tetapi yang sahih, puasanya sah. 
6. Mabuk yang menyebabkan pingsan seharian

Ada banyak pembatal yang tidak disebutkan penulis, diantaranya Makan dan minum sengaja, muntah dengan sengaja, onani, dan lainnya. 
Sebagian sudah di singgung di pembahasan sebelumnya seperti Jima'. 

في حكم الإفطار في رمضان
Hukum Berbuka di Siang Hari Bulan Ramadhan 
واجب : كما في الحائض و النفاس
Pertama : Wajib, seperti orang Haid dan Nifas
وجائز : كما في المسافر و المريض
Kedua : Boleh, seperti  Musafir dan Orang Sakit
Dalil mengenai hal ini adalah firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185)

Untuk orang sakit ada tiga kondisi di sebutkan di dalam kitab Kasyufatus Saja (dengan sedikit tambahan) :

Kondisi pertama adalah apabila sakitnya bisa bertambah parah atau akan menjadi lama sembuhnya dan menjadi berat jika berpuasa, namun hal ini tidak membahayakan. Untuk kondisi ini dianjurkan untuk tidak berpuasa dan dimakruhkan jika tetap ingin berpuasa.

Kondisi kedua adalah apabila tetap berpuasa akan menyusahkan dirinya bahkan bisa mengantarkan pada kematian. Untuk kondisi ini diharamkan untuk berpuasa. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu.” (QS. An Nisa’: 29). Jika tetap memaksa berpuasa, lalu wafat maka dia telah wafat dalam kemaksiatan. Allahu Mustaan 

Kondisi ketiga adalah apabila sakitnya ringan dan tidak berpengaruh apa-apa jika tetap berpuasa. Contohnya adalah pilek, pusing atau sakit kepala yang ringan, dan perut keroncongan. Untuk kondisi pertama ini tetap diharuskan untuk berpuasa.

ولا ولا كما في المجنون
Ketiga : Tidak ada hukumnya Seperti orang gila (yaitu tidak wajib, juga tidak haram, tidak boleh) 
Itulah makna ولا ولا
Yaitu ليس بواجب و لا جائز و لا محرم  ولا مكروه
 Sebagaimana kata Syaikh Nawawi Al-Banteni dalam kitab beliau Kasyifatus Saja. 

محرم : كمن أخر قضاء رمضان مع تمكنه حتى ضاق الوقت عنه
Keempat : Haram, Seperti orang yang mengakhirkan Qodo Ramadhan hingga sempit waktunya (mendekati Ramadhan berikutnya) padahal mampu untuk mengqodo (tidak ada halangan). 

Jika ada orang punya hutang puasa, lalu tidak mengqodo hingga datang bulan puasa berikutnya maka dia berdosa jika tidak ada udzur syari karena telah menunda kewajiban, dan dia tetap harus mengqodo' puasa tersebut dan harus memberi makan setiap orang miskin satu mud (3/4 kg beras) sesuai hari yang di tinggalkan. 

Wallaahua’lam 

Kajian sebelumnya :
Serial 1
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3197429706955839&id=100000665230552

Serial 2
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3198151086883701&id=100000665230552

Serial 3
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3199819270050216&id=100000665230552

Serial 4 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3201617733203703&id=100000665230552

Bersambung... 
Satu pembahasan lagi in syaa Allah, setelah itu khatam bab Puasa.

Semoga kita Istiqomah
Ustadz abu Ja'far 

jangan dekati fitnah

Faidah dars kitab jami assahih minma laisa fi shahihain bab alfitan bersama syeikh Ahmad arbass حفظه الله تعلى  untuk awam dan khususnya thalibul ilm untuk senantiasa menjauhi fitnah dan jangan tergesa gesa dalam berkomentar atau postingan khusus nya dalam masalah agama, sebagian kita yg baru ngaji maupun udh lama gampang komen sana sini belum tabayyun dan bicara dalam masalah besar (agama) tahan lisan dan jari mu 
Kemudian beliau menukil kalam ibnu jauzi رحمه الله 
من قرب الفتن بعودت عنه السلامه
 Barang siapa yg nyoba nyoba dekatin fitnah maka makin jauhlah darinya keselamatan

نسال الله السلامه والعافيه
Al akh abu Faruq ishaq

penuntut ilmu harus menggantungkan diri kepada Rabbnya

قال العلامة العثيمين رحمه الله تعالى :

" في قوله ﷻ : { والذين أُوتُوا العِلمَ } ، *إشارة إلىٰ أنَّ العلم لا يُدركه الإنسان بنفسه، وأن الإنسان مُفتقرٌ إلىٰ اللّٰه في تحصيله*، فَلَيس العلم من كَسْبِك!
وكم من إنسانٍ بَقِيَ سنواتٍ عديدة يطلب العلم، ولم يُحصِّله، 
وكم من إنسان حصَّل علماً كثيراً في مدة قصيرة.
كل هذا يعتمد علىٰ اعتماد الإنسان علىٰ ربّه، وسؤاله ربَّه أن يزيده من العلم ".

[التعليق علىٰ مقدمة المجموع ٣٧/١]

Berkata alallamah alutsaimin Rahimahullah taala 
Pada firman Allah taala {Dan orang orang yang di Berikan ilmu} menunjukkan bahwa ilmu, seseorang tak bisa mendapatkan nya dengan sendirinya, karena sesungguhnya manusia membutuhkan Allah untuk mendapatkan nya, karena mendapatkan nya bukan hanya sebatas usaha,
Berapa banyak orang yang menuntut ilmu bertahun tahun namun tak ada hasil apa apa, dan berapa banyak sebagian orang yang menuntut ilmu dalam waktu yang singkat namun mendapatkan hasil yang MasyaAllah, dan semua itu tergantung bagaimana seorang hamba menggantungkan dirinya kepada Rabbnya dalam meminta dan menambah ilmunya.

[Ta'liq muqaddimah majmu' 1/37]

Al akh Faruq abu ishaq
Thulab ilm darul hadist Yaman 

Rasulullah ﷺ Lebih Wangi dari Parfum dan Lebih Lembut dari Sutra

Rasulullah ﷺ Lebih Wangi dari Parfum dan Lebih Lembut dari Sutra

قال أنس:

ما شمِمتُ عنبراً قطُّ ولا مسكاً ولاشيئاً
أطيبَ من ريحِ رسول اللهﷺ و لا مسست شيئًا قط ديباجًا و لا حريرا ألينَ مسًّا من رسول الله ﷺ

﴿أخرجه مسلم:٢٣٣٠﴾
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu :

“Aku tidak pernah sama sekali menghirup 'Anbar (sejenis parfum) maupun kasturi yang lebih wangi dari aroma (tubuh) Rasulullah ﷺ. Dan aku tidak pernah sama sekali menyentuh Dibaj(jenis pakaian yang bagian luar dan dalamnya terbuat dari sutra) dan kain sutra yang lebih lembut ketika disentuh dari Rasulullah ﷺ.”

[Dikeluarkan oleh Muslim:2330]

Imam Nawawi rahimahullah berkata di dalam Al-Minhaj : 

قال العلماء : كانت هذه الريح الطيبة صفته صلى الله عليه وسلم وإن لم يمس طيبا ، ومع هذا فكان يستعمل الطيب في كثير من الأوقات مبالغة في طيب ريحه لملاقاة الملائكة ، وأخذ الوحي الكريم ، ومجالسة المسلمين

“Para Ulama berkata : Aroma wangi ini merupakan ciri  khas Rasulullah ﷺ mekipun beliau tidak memakai parfum, bersamaan dengan itu, beliau tetap menggunakan parfum pada kebanyakan waktu beliau agar memperkuat aroma wangi tubuhnya untuk menemui para malaikat, menerima Wahyu dan bermajlis bersama kaum muslimin.”
Al akh abu razin taufiq 

bait bait syair Al imam asy Syafi'i rahimakumullah yg bisa kita jadika keteladanan untuk saat ini

Bait-bait syair Al-Imam Asy-Syafi’ rahimahullah yang bisa kita jadikan sebagai keteladanan di saat kondisi seperti sekarang ini:

دَعِ الأَيَّامَ تَفْعَل مَا تَشَاءُ ** وَطِبْ نَفْساً إذَا حَكَمَ الْقَضَاءُ

“Biarkanlah hari demi hari berbuat sesukanya. Tegarkan dan lapangkan jiwa tatkala takdir menjatuhkan ketentuan (setelah diawali dengan tekad dan usaha).”

وَلا تَجْزَعْ لِنَازِلَةِ اللَّيَالِـي **  فَمَا لِـحَوَادِثِ الدُّنْيَا بَقَاءُ

“Janganlah engkau terhenyak dengan musibah malam yang terjadi. Karena musibah di dunia ini tak satu pun yang bertahan abadi (musibah tersebut pasti akan berakhir).”

وكُنْ رَجُلاً عَلَى الْأَهْوَالِ جَلْدًا ** وَشِيْمَتُكَ السَّمَاحَةُ وَالْوَفَاءُ

“(Maka) jadilah engkau lelaki sejati tatkala ketakutan menimpa. Dengan akhlakmu; kelapangan dada, kesetiaan dan integritas.”

وإنْ كَثُرَتْ عُيُوْبُكَ فِيْ الْبَرَايَا ** وسَرّكَ أَنْ يَكُونَ لَها غِطَاءُ

“Betapapun aibmu bertebaran di mata makhluk. Dan engkau ingin ada tirai yang menutupinya.”

تَسَتَّرْ بِالسَّخَاء فَكُلُّ عَيْبٍ ** يُغَطِّيْهِ كَمَا قِيْلَ السَّخَاءُ

“Maka tutupilah dengan tirai kedermawanan, karena segenap aib. Akan tertutupi dengan apa yang disebut orang sebagai kedermawanan.”

وَلَا تُرِ لِلْأَعَادِيْ قَطُّ ذُلًّا ** فَإِنَّ شَمَاتَةَ الْأَعْدَا بَلَاءُ

“Jangan sedikitpun memperlihatkan kehinaan di hadapan musuh (orang-orang kafir). Itu akan menjadikan mereka merasa di atas kebenaran disebabkan berjayanya mereka, sungguh itulah malapetaka yang sebenarnya.”

وَلَا تَرْجُ السَّمَاحَةَ مِنْ بَخِيْلٍ ** فَما فِي النَّارِ لِلظْمآنِ مَاءُ

“Jangan pernah kau berharap pemberian dari Si Bakhil. Karena pada api (Si Bakhil), tidak ada air bagi mereka yang haus.”

وَرِزْقُكَ لَيْسَ يُنْقِصُهُ التَأَنِّي ** وليسَ يزيدُ في الرزقِ العناءُ

“Rizkimu (telah terjamin dalam ketentuan Allâh), tidak akan berkurang hanya karena sifat tenang dan tidak tergesa-gesa (dalam mencarinya). Tidak pula rizkimu itu bertambah dengan ambisi dan keletihan dalam bekerja.”

وَلاَ حُزْنٌ يَدُومُ وَلاَ سُرورٌ ** ولاَ بؤسٌ عَلَيْكَ وَلاَ رَخَاءُ

“Tak ada kesedihan yang kekal, tak ada kebahagiaan yang abadi. Tak ada kesengsaraan yang bertahan selamanya, pun demikian halnya dengan kemakmuran. (Beginilah keadaan hari demi hari, yang seharusnya mampu senantiasa memberikan kita harapan demi harapan dalam kehidupan)”

إذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ** فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ

“Manakala sifat Qanâ’ah senantiasa ada pada dirimu. Maka antara engkau dan raja dunia, sama saja (artinya: orang yang qanâ’ah, senantiasa merasa cukup dengan apa yang diberikan Allâh untuknya, maka sejatinya dia seperti raja bahkan lebih merdeka dari seorang raja)

وَمَنْ نَزَلَتْ بِسَاحَتِهِ الْمَنَايَا ** فلا أرضٌ تقيهِ ولا سماءُ

“Siapapun yang dihampiri oleh janji kematian. Maka tak ada bumi dan tak ada langit yang bisa melindunginya.”

وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً وَلَكِنْ ** إذَا نَزَلَ الْقَضَا ضَاقَ الْفَضَاءُ

“Bumi Allâh itu teramat luas, namun Tatakala takdir (kematian) turun (menjemput), maka tempat manapun niscaya kan terasa sempit.”

دَعِ الأَيَّامَ تَغْدرُ كُلَّ حِينٍ ** فَمَا يُغْنِيْ عَنِ الْمَوْتِ الدَّوَاءُ

“Biarkanlah hari demi hari melakukan pengkhianatan setiap saat (artinya: jangan kuatir dengan kezaliman yang menimpamu) .Toh, (pada akhirnya jika kezaliman tersebut sampai merenggut nyawa, maka ketahuilah bahwa) tak satu pun obat yang bisa menangkal kematian (artinya: mati di atas singgasana sebagai seorang raja dan mati di atas tanah sebagai orang yang terzalimi, sama-sama tidak ada obat penangkalnya).”

Dari kitab Dîwân al-Imâm asy-Syâfi’i hal. 10, Ta’lîq: Muhammad Ibrâhîm Salîm
Al akh Abdul Khair Rahmat 
Mahasiswa universitas Islam Madinah

doa bisa untuk menolak musibah atau melemahkannya jika musibah itu lebih kuat

Doa adalah sebab yg menolak bala (malapetaka), Jikalau doa lebih kuat maka ia mampu menolaknya, dan jikalau sebab terjadinya malapetaka lebih kuat maka ia tidak mampu menolaknya, hanya saja ia mampu meringankan dan melemahkannya, oleh karenanya ketika terjadinya gerhana dan tampak tanda-tanda keagungan Allah, dianjurkan untuk salat, berdoa, beristighfar dan bersedekah.

Ibnu Taimiyyah -Rahimahullāh-
Ustadz Muhammad Khalil alumnus darul hadist Yaman 

LEBIH UTAMA MANA, ILMU ATAU AMAL ?

LEBIH UTAMA MANA, ILMU ATAU AMAL ?

Seseorang yang memiliki ilmu, seharusnya mengamalkan ilmunya, itu yang lebih utama baginya. Dan orang yang bodoh, ilmu lebih utama daripada amal. Setelah dia berilmu, baru beramal.

Ditanya Imam Az Zuhri rahimahullah, lebih utama mana, ilmu atau amal ?

Beliau menjawab :

الْعِلْمُ أَفْضَلُ مِنَ العَمَلِ لِمَنْ جَهِلَ، وَالْعَمَلُ أَفْضَلُ مِنَ العِلْمِ لِمَنْ عَلِمَ.

Ilmu lebih utama daripada amal, bagi orang yang bodoh. Dan amal lebih utama daripada ilmu bagi orang yang berilmu. As Sunan Al Kubro Lilbaihaqi.

AFM

Masa lalu tak perlu diingat-ingat

Masa lalu tak perlu diingat-ingat

Imam adz-dzahabi meriwayatkan dalam kitabnnya "tarikh al-islam" : bahwasanya Mas'ud al-hamadani terkenal pemaaf. Bila datang seorang meminta maaf padanya dia mengatakan :

" الماضي لا يذكر"

"Masa lalu tak perlu diingat"

Suatu hari beliau meninggal, dan ada yg melihatnya dalam mimpi

dia bertanya : wahai Mas'ud, apa yang Allah lakukan terhadapmu?

Ia menjawab: aku diberdirikan dihadapan Allah, kemudian Dia berkata : wahai Mas'ud, masa lalu tak perlu diingat-ingat (maksudnya Allah memaafkan dosa-dosa Mas'ud). Kemudian Allah memerintahkan malaikat agar membawanya ke surga.
Al akh ikhsan Faqih
Mahasiswa universitas Islam Madinah  

Ngaji Fiqh Puasa Kitab Safinatun Najah 4

📝Ngaji Fiqh Puasa Kitab Safinatun Najah 4

Silsilah Ngaji #Fiqh Syafii#
Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far

Qodho dan Kafarot
فيما يوجب القضاء و الكفارة

و يجب مع القضاء للصوم : الكفارة العظمي و التعزير على من أفسد صومه في رمضان يوما كاملا بجماع تام آثم به للصوم
Wajib Qodho Puasa dan Membayar Khafarot Udzma (dalam istilah lain Gholadzoh) dan Di Ta'zir (Hukum dengan hukuman dari penguasa, entah di penjara atau yang lainnya), bagi yang merusak puasanya dengan melakukan Jima' di (siang hari) Bulan Ramadhan, yang berkosekuensi dosa baginya.

Pembahasan ini didasarkan hadist shahih, diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radliyallahu anhu
berkata,

بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ . قَالَ « مَا لَكَ » . قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى وَأَنَا صَائِمٌ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا » . قَالَ لاَ . قَالَ « فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ » . قَالَ لاَ . فَقَالَ « فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا » . قَالَ لاَ . قَالَ فَمَكَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِىَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ – وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ – قَالَ « أَيْنَ السَّائِلُ » . فَقَالَ أَنَا . قَالَ « خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ » . فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا – يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ – أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى ، فَضَحِكَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ « أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ »

“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”. Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Perlu di ketahui, bahwa jima' yang wajib bagi yang melakukannya kafaroh ada beberapa syarat, 
1. Jima' (beneran dukhul) 
2. Siang hari
Kalau di lakukan di malam hari, maka tidak mengapa. 

Allah Ta’ala berfirman,

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187).
3. Bulan Ramadhan
Jika dia puasa selain di bulan Ramadhan, baik puasa sunnah ataupun wajib (misal : nadzar), lalu jima dengan istrinya di siang hari maka tidak wajib kafarot
4. Sengaja
Jika lupa, maka tidak wajib kaffaroh. 
5. Jima di Farj (baik Qubul Dubur) 
6. Mukallaf (Aqil dan Baligh) 
7. Sudah Tabyit Niat pada Malam hari
8. Konsekonsianya adalah dosa
Lalu timbul pertanyaan, apakah ada jima yang tidak dosa di siang hari bulan Ramadhan? Ada, yang pertama : tentu dengan istrinya sendiri, lalu dia dalam keadaan safar atau sakit. Terus melakukan jima' siang hari, maka dia tidak dosa dan tidak wajib kafarot, hanya saja kewajibannya mengqodo'. Karena orang yang safar dan sakit diberi keringanan untuk tidak berpuasa. 

Kalau terpenuhi syarat 8 ini, maka wajib baginya membayar kaffarot salah satu dari hal berikut ini, 
1. Membebaskan Budak 
2. Puasa 60 hari berturut-turut
3. Memberi makan 60 orang miskin, setiap orang miskin 1 mud (1/4 Sho') = 3/4 kg (satu kilo kurang 1/4), dibayar dengan bahan pokok negaranya (Kalau di Indonesia beras). Dan para ulama mengatakan, harus dibagikan ke 60 orang miskin, dibagi satu satu, adapun jika dibagikan ke satu orang miskin, langsung dikasi 60 mud, maka tidak sah.
 
Konsekonsianya yang lain, selain membayar kafarot, adalah
1. Dosa
2. Batal Puasanya 
3. Wajib Imsak (menahan pembatal puasa) di sisa waktu, sampai waktu magrib
4. Qodo' 
5. Ta'zir dari pemimpin jika tidak bertaubat

Dan kafarot ini dilakukan secara berurutan, tidak boleh langsung ambil yang nomer tiga, jika nomer dua mampu. Adapaun jika sudah diurutkan dan tidak mampu pada nomer satu dan dua, maka boleh beralih di nomer 3.

Dan yang wajib membayar kafarot adalah pihak laki-laki, adapun perempuan tidak. Walaupun sama-sama mau . Inilah yang mu'tamad dalam madzhab syafii, konsekuensi bagi wanita, puasanya batal dan wajib qodo. 

Lalu, jika tidak mampu membayar kafarot di semua pilihan, maka kewajiban itu tidak gugur, masih berada di dalam tanggungannya. Dan di bayar ketika sudah mampu. 

ما يوجب القضاء و الإمساك
Yang diwajibkan Qodo dan Imsak
و يجب مع القضاء : الإمساك للصوم في ستة مواضع : 
Ada 6 orang yang di wajibkan Qodo dan Imsak :
الأول : في رمضان لا في غيره على متعد بفطره
 1.  Bagi yang sengaja berbuka di siang hari Bulan Ramadhan, adapun jika sengaja buka puasa di bulan lain (semisal puasa sunnah atau wajib) maka tidak wajib imsak. Adapun jika puasanya wajib maka tetep harus qodo'
و الثاني : على تارك النية ليلا في الفرض
2. Bagi yang meninggalkan niat di malam hari di Puasa yang Wajib
والثالث : على من تسحر ظانا بقاء الليل فبان خلافه
3. Bagi yang Sahur mengira masih malam, ternyata sudah pagi
و الرابع : على من أفطر ظانا الغروب فبان خلافه
4. Bagi yang Berbuka Puasa mengira sudah magrib, ternyata masih sore
و الخامس : على من بان له يوم ثلاثين من شعبان أنه من رمضان 
5. Bagi yang meyakini bahwa masih tanggal 30 sya'ban, ternyata sudah masuk 1 Ramadhan 
و السادس : على من سبقه ماء المبالغة من مضمضة و استنشاق
6. Kemasukan Air akibat berlebihan dalam berkumur dan memasukkan air ke hidung

Untuk rincian lebih dalam, bisa di rujuk di kitab-kitab mutowal, adapun kita masih pemula, hanya di bahas intinya saja. 

Wallahu A'lam

Kajian sebelumnya :
Serial 1
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3197429706955839&id=100000665230552

Serial 2
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3198151086883701&id=100000665230552

Serial 3
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3199819270050216&id=100000665230552

Bersambung...
Abu Yusuf Ahmad ja'far 
Mahasiswa universitas Islam madinah jurusan hadist 

dakwah dengan kelembutan

🌸 ‏قرأ رجل عند يحيى بن معاذ هذه الآية
Ada seseorang yang membaca ayat di sisi Yahya bin Mu'adz, 

﴿ فقولا له قولاً ليناً ﴾
“(Waha Musa dan Harun), hendaklah kalian berkata kepadanya (Fir'aun) dengan perkataan yang lembut ...”

فبكى يحيى وقال :
Maka Yahya menangis dan berkata:

🌹إلهي هذا رفقك بمن يقول أنا الإله !
فكيف بمن يقول : أنت الإله؟!
“Ya Ilahi, ini merupakan kelembutanmu terhadap orang yang mengatakan, "Sayalah Tuhan"!
Maka bagaimana dengan orang mengatakan, “Engkaulah Tuhan”?!

🌹هذا رفقك بمن قال : ﴿ أنا ربكم الأعلى ﴾
فكيف بمن قال : سبحان ربي الأعلى ؟
Ini merupakan kelembutanmu terhadap orang yang mengatakan, “Ana Rabbukumul A'la” (Akulah Rabb kalian yang Maha Tinggi) !
Maka bagaimana dengan orang yang mengatakan, “Subhana Rabbiyal A'la” (Maha suci Rabb-ku yang Maha Tinggi)?!
( تفسير البغوي ٢٧٤/١)
Tafsir Al-Baghawi : 1/274
Ustadz abu razin taufiq thulabil ilm darul hadist Yaman 

mempelajari kitab guna menelaah hukum tema syari

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin mengatakan:
ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﺍﺟﻊ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﻟﻠﻌﺜﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺣﻜﻢ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﺷﺮﻋﻴﺔ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﺎﻟﺴﺎ ﻋﻠﻰ ﻛﺮﺳﻴﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻗﺪ ﺳﻠﻚ ﻃﺮﻳﻘًﺎ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻤًﺎ
"Dia yang mempelajari kembali kitab-kitab guna menelaah hukum sebuah tema syar'i, walaupun sebatas duduk di atas kursinya, sejatinya ia telah menempuh jalan dalam mengais ilmu (berpenghujung surga 
al akh yani fahriansyah

bersyukur

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Tidak bersyukur kepada Allah, (bagi) yang tidak bersyukur kepada manusia.
Maka wajib atas kita untuk bersyukur kepada pemerintah kita. Dan diantara bentuk bersyukur kepada mereka adalah memuji mereka, mendoakan mereka dengan kebaikan, serta mendengar dan taat kepada mereka. Dan kita juga (wajib) bersyukur kepada para juru medis (dokter, perawat dan yang semisal dengan mereka) yang telah bekerja keras dalam menangani wabah (Virus Corona) ini. Dan diantara bentuk bersyukur kepada mereka adalah mendoakan mereka (dengan kebaikan) serta mengikuti arahan-arahan mereka. Ya Allah aku titipkan mereka kepada-Mu.

Diterjemahkan dari Channel Telegram "Fawaid Syaikh Dr. Sulaiman Ar-Ruhaili tanggal 23 Maret 2020"
Ustadz Abdurahman Thoyib lc 

Selasa, 24 Maret 2020

JANGAN TINGGALKAN DZIKIR-DZIKIR SETELAH SHALAT

JANGAN TINGGALKAN DZIKIR-DZIKIR SETELAH SHALAT 

Asy Syaikh Al Allamah Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah berkata :

"Barangsiapa yang memiliki urusan yang butuh segera dilakukan seusai shalat maka janganlah ia meninggalkan dzikir-dzikir setelah shalat, dan ia tetap membaca dzikir-dzikir tersebut dalam keadaan ia berjalan".

Fatawa Juddah 24.

لا تترك الأذكار بعد الصلاة أبدا .. يقول الشيخ بقية السلف الصالح ناصر الدين الألباني -رحمه الله- : " من كان في عجلة من أمره بعد الصلاة ؛ فلا يترك الأذكار ، ويأتي بها وهو يمشي " . [ فتاوى جدة ٢٤ ] .
Sumber : https://twitter.com/Sahih_Albany/status/1165548098954891264?s=20

FITNAH GAMBAR ORANG ORANG SHOLEH BISA MENGANTARKAN KEPADA KESYIRIKAN DAN PERIBADAHAN KEPADA ORANG ORANG SHOLEH TERSEBUT.

Silsilah Aqidah danTauhid
=====================
FITNAH GAMBAR ORANG ORANG SHOLEH BISA MENGANTARKAN KEPADA KESYIRIKAN DAN PERIBADAHAN KEPADA ORANG ORANG SHOLEH TERSEBUT. 

DAN MENGGAMBAR ORANG ORANG SHOLEH ADALAH SALAH SATU BENTUK TASYABBUH/ MENYERUPAI ORANG ORANG NASHARA YANG DIHARAMKAN.

DAN ORANG YANG MENGGAMBAR ORANG ORANG SHOLEH ADALAH SEBURUK BURUK MAKHLUK DISISI ALLAH TA'AALA.

MAKA JANGANLAH AHLUSSUNNAH MENGOLEKSI GAMBAR USTADZ USTADZ SUNNAH SEPERTI PADA GAMBAR INI DAN YANG SEMISALNYA. KARENA HAL ITU TERMASUK DARI DOSA DOSA BESAR DAN PERKARA YANG DI MURKAI OLEH ALLAH TA'AALA, KARENA BISA MENGANTARKAN KEPADA KESYIRIKAN DAN PERIBADAHAN KEPADA  ORANG ORANG SHOLEH

✍️(A). Menggambar orang sholeh bisa mengantarkan kpd peribadahan kpd orang2 sholeh tsb.

Sbagaimana yang dijelaskan oleh para ulama, bahwa sebab diibadahinya berhala2, diantaranya adalah karena fitnah gambar orang2 sholeh. 

📖- Sprti yg dijelaskan oleh para ulama ketika mentafsirkan firman Allah Ta'aala:
وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا }
(سورة نوح: 23) 
“Dan (ketua-ketua) mereka (menghasut dengan) berkata: ‘Jangan kamu tinggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu (iaitu) Wadd, Suwaa’, Yaghuth, Ya’uuq, & Nasr.” [Nuh (71):23]

- Berkata Ibn Jarir dari Muhammad bin Qays bahawa dia berkata tentang Yaghuth, Ya`uq & Nasr (berhala-berhala atau patung-patung yang disembah oleh Kaum Nabi Nuh a.s.):

كانوا قوما صالحين بين آدم ونوح وكان لهم أتباع يقتدون بهم ،
“Pada zaman dahulu, mereka adalah orang-orang soleh (yang hidup antara zaman) Nabi Adam a.s. & Nabi Nuh a.s. & mereka mempunyai pengikut-pengikut yang setia mengikut ajaran mereka.

فلما ماتوا قال أصحابهم الذين كانوا يقتدون بهم
Kemudian, apabila mereka (orang-orang soleh ini) meninggal dunia, pengikut-pengikut mereka yang selama ini mengikut mereka berkata:

لو صورناهم كان أشوق لنا إلى العبادة إذا ذكرناهم
‘Kalau kita membuat gambar mereka, ianya akan meningkatkan keinginan kita untuk beribadah apabila kita mengingati mereka (dengan melihat gambar-gambar orang-orang soleh ini).’

فصوروهم. فلما ماتوا وجاء آخرون دب إليهم إبليس فقال
Maka, dibuatlah gambar-gambar mereka. Kemudian, apabila mereka (pengikut-pengikut orang-orang soleh ini) meninggal dunia, datanglah orang lain (generasi baru) selepas mereka, & iblis pun berkata kepada mereka:

إنما كانوا يعبدونهم وبهم يسقون المطر ، فعبدوهم .
`Sesungguhnya pada zaman dahulu, mereka (nenek moyang kamu) menyembah mereka (gambar-gambar ini) & mereka pun diberikan hujan.’
فعبدوهم .
Maka, mereka (generasi baru itu) pun menyembah mereka (orang-orang soleh itu).”

[SUMBER: Tafsir Ibn Katsir, Surah Nuh (71), ayat ke-23.]

✍️Dan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab juga menyebutkan didalam kitab beliau Kitab Tauhid 

📖- باب: ما جاء أن سبب كفر بني آدم وتركهم دينهم هو الغلو في الصالحين.
BAB : PENYEBAB UTAMA KEKAFIRAN ANAK ADAM DAN SEBAB MEREKA MENINGGALKAN AGAMA MEREKA, ADALAH BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MENGAGUNGKAN ORANG-ORANG SHOLEH

Allah Ta'aala Berfirman
📖- {"يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لَا تَغۡلُواْ فِي دِينِكُمۡ وَلَا تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡحَقَّۚ.."}
(Bahasa Indonesia)
{"Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.."}
[Surat An-Nisa', Ayat 171]

📖- وفي الصحيح عن ابن عباس رضي الله عنهما في قول الله تعالى: (وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدࣰّا وَلَا سُوَاعࣰا وَلَا یَغُوثَ وَیَعُوقَ وَنَسۡرࣰا)
[Surat Nuh 23]
 قال: "هذه أسماء رجال صالحين من قوم نوح، فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون فيها أنصابا، وسموها بأسمائهم، ففعلوا. ولم تعبد حتى إذا هلك أولئك ونُسي العلم عُبدت". [رواه البخاري]
Artinya: Dan didalam Shahih (Bukhori) ibnu Abbas Radhiyalloohu 'Anhu mentafsirkan firman Allah Ta'aala:
وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّٗا وَلَا سُوَاعٗا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرٗا
(Bahasa Indonesia)
Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa‘, Yaguts, Ya‘uq dan Nasr.” [Surat Nuh, Ayat 23].
Beliau ( Ibnu Abbas ) mengatakan : “Ini adalah nama orang-orang sholeh dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka meniggal dunia, syetan membisikan kepada kaum mereka agar membuat patung-patung mereka yang telah meninggal di tempat-tempat dimana disitu pernah diadakan pertemuan pertemuan mereka, dan mereka disuruh memberikan nama nama patung tersebut dengan nama-nama mereka, kemudian orang orang tersebut menerima bisikan syetan, dan saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan sesembahan, kemudian setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama dilupakan, baru mulai saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah”.

📖- وقال ابن القيم: قال غير واحد من السلف: "لما ماتوا عكفوا على قبورهم، ثم صوروا تماثيلهم، ثم طال عليهم الأمد فعبدوهم". [ إغاثة اللهفان]
Artinya:
Ibnul Qoyyim berkata: “banyak para ulama salaf mengatakan : “setelah mereka itu meninggal, banyak orang-orang yang berbondong bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka menggambar patung patung mereka, kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama, maka patung patung diibadahi oleh mereka”. [ighotsatul Lahafan]
(Sumber: Kitab Tauhid / syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab)

✍️(B). Menggambar orang sholeh termasuk tasyabbuh (mengikuti) orang2 Nashrani. Bahkan orang orang yang menggambar orang orang sholeh disifati oleh Rosulullooh shallallohu 'alaihi wa sallam dengan seburuk2 makhluk disisi Allah, karena menggambar orang sholeh bisa mengantarkan kepada peribadahan kepada orang orang sholeh tersebut.

📖- Sebagaimana yg dijelaskan di dalam sebuah hadits:
- Dari Ummu Salamah Radhiyalloohu 'anha, dia pernah menceritakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa  sallam mengenai gereja yang ia lihat di negeri Habaysah yang disebut  Mariyah. Ia menceritakan pada beliau apa yang ia lihat yang di dalamnya terdapat  gambar-gambar (orang orang sholeh). Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمُ الْعَبْدُ الصَّالِحُ – أَوِ الرَّجُلُ  الصَّالِحُ – بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ  الصُّوَرَ ، أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ
“Mereka adalah kaum yang jika hamba atau orang sholeh mati di  tengah-tengah mereka, maka mereka membangun masjid di atas kuburnya. Lantas  mereka membuat gambar-gambar (orang sholeh) tersebut. Mereka inilah  seburuk buruk makhluk di sisi Allah” (HR. Bukhari).

✍️ Dan sebagaimana kita ketahui, orang2 sufi juga menggambar ulama2 mereka, seperti syaikh Abdul Qodir Jailani, atau syaikh Siti Jenar atau lainnya, yg mereka memajangnya dirumah rumah mereka,  bertabarruk dengannya dan meyakini bahwa foto2 tersebut dapat mendatangkan kemashlahatan dan menolak kemudhorotan. Maka ini adalah kesyirikan yang nyata, karena mereka berdoa dan bertawakkal, kepada foto2 tersebut dan menyakini bahwa foto foto tersebut dapat mendatangkan kemashlahatan dan menolak kemudhorotan. 

Sebagaimana yang kita ketahui  baru baru ini ada yang mengatakan bahwa foto gurunya bisa menolak virus corona, dan meyakini bahwa foto gurunya bisa menolak kemudhorotan dari dirinya. Maka ini semua  adalah kesyirikan yang nyata, karena yang dapat menolak kemudhorotan hanyalah Allah Ta'aala. Allahul musta'aan. Maka gambar orang sholeh ini sangat besar fitnahnya terhadap aqidah dan tauhid kita.
_________________
Rido Abu Hafidzh

pekerjaan yg mulia adalah imam masjid dan muadzin

قال الشيخ صالح الفوزان:" الذين يحتقرون الأئمة المساجد والمؤذنين، مع أن وظيفة الإمام هي أفضل الوظائف، وهي عمل الرسول صلى الله عليه وسلم، وكذلك وظيفة المؤذن، فأشرف وظيفة هي وظيفة الإمام والمؤذن، فهما أشرف من عمل الوزير، وأشرف من جميع الأعمال"
شرح مسائل الجاهلية، المسألة الثامنة والتسعون, دار نور السنة، ص:١٨٣
Berkata Syaikh shalih Al Fauzan:" orang yang merendahkan/meremehkan para imam masjid dan para muadzzin, padahal pekrjaan imam adalah pekerjaan yg amat mulia karena itu adalah pekerjaan Nabi shalallahu alaihi wasallam, begitu pula perkejaan menjadi muadzzin, maka sebaik-baik pekerjaan adalah menjadi imam dan muadzzin, keduanya lebih mulia dari pekerjaan seorang menteri bahkan lebih mulia dari semua pekerjaan yang ada"
Kitab Syarah Masail jahiliyah, yang ke 98, Dar nur Sunnah hal. 183
Meremehkan orang karena status sosial itu dari perkara jahiliyah
 Al akh lalu

riwayat Ahmad ttg keutamaan menetap di rumah ketika terjadi wabah..

بسم الله 
Sebagian teman teman meng isykal kan akan dho'if nya hadits riwayat Ahmad ttg keutamaan menetap di rumah ketika terjadi wabah...dan yg shoheh adalah menetap di daerah nya (riwayat bukhori dan nasai) 
Untuk sementara penilaian sebagian ulama ttg hadits itu adalah dho'if krn syadz...
Alasan nya :
krn perowi hadits trsebut yg bernama Abdusshomad bin Abdul warits yg beliau adlh guru Imam Ahmad menyelisihi kebanyakn perowi yg lain yg meriwayatkan dgn lafadz yg berbeda.
Tapi yg perlu kita ketahui bahwa guru imam Ahmad tersebut bukanlah perowi yg dho'if tapi perowi yg tsiqoh, al Imam, al hafidz...
Jika kita dalami maka akan terlihat bahwa beliau meriwayatkan nya secara makna...
Kemudian kita ketahui bersama bahwa para Ulama tidak bersikap ketat dlm meriwayatkan hadits ttg keutamaan jika asal nya ada...tdk sebagaimana hadits ttg penetapan hukum fiqih yg baru, dari sisi halal dan haram, wajib atau sunnah,  kalau yg ini maka mrk ketat.
Dan kita ketahui bersama bahwa menetap di rumah termasuk ke dlm makna umum ( daerah atau negeri ) krn tidaklah di katakan suatu negeri atau kampung kecuali disitu ada rumah, jadi tdk ada pertentangan dari sisi ini.
Sehingga menetap di rumah juga akan mendapatkan keutamaan sprti itu.
Bahkan makna ini di topang oleh riwayat yg shoheh ttg anjuran untuk menetap atau berdiam di rumah ketika menyebar nya fitnah.
Dari sisi qiyas maka ini masuk insya Allah...
Dan juga hal ini mengandung makna untuk menyedikitkan area penyebaran wabah virus tersebut.
Demikian wallohu a'lam.
Ustadz Ilham kaning 
Alumi universitas Muhammad Ibnu Saud 

DILEMATIS KEHIDUPAN DITENGAH MEWABAHNYA VIRUS CORONA

DILEMATIS KEHIDUPAN DITENGAH MEWABAHNYA VIRUS CORONA

Saat ini banyak kaum muslimin yang kesulitan hidup ditengah mewabahnya virus corona.

Ada kebijakan pemerintah setempat, untuk tidak keluar rumah, sedangkan sebab-sebab rizkinya ada diluar rumah.  Tidak keluar rumah, dapur tidak berasap. Tidak keluar rumah, tidak bisa bayar kontrakan, bayar tagihan listrik dan air. Keluar rumah, resiko terkena wabah terbuka lebar. Sungguh sangat dilematis.

Ada lagi yang orang tuanya terkapar virus corona, anak-anaknya menderita di rumahnya tanpa nafkah. 

Dan seabrek persoalan lainnya yang membebani pikiran sebagian masyarakat dan para pemimpin yang peduli.

Kalau orang kaya yang melimpah harta, tidak menjadi persoalan. Tinggallah di rumah atau vilanya yang luas nan mewah. Halaman yang sejauh mata memandang, dilengkapi kolam renang, areal bermain dan taman yang indah, dengan stok makanan yang melimpah.

Seandainya orang-orang yang memiliki kelebihan harta ini menolong dan membantu saudaranya sesama kaum muslimin di sekitar tempat tinggalnya yang kesusahan pada saat ini, bukan hanya untuk menikmati liburan dan kemewahan, sungguh ini suatu amal yang sangat besar pahalanya di akhirat.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

“Barangsiapa meringankan kesusahan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebtu menolong saudaranya.” (Riwayat Muslim).

Perhatikanlah ucapan seorang salaf tentang membantu dan menolong untuk memenuhi hajat saudaranya sesama kaum muslimin.

Berkata Al Hasan Al Basri rahimahullah:

لأن أقضي  مسلم حاجة أحب إلي من أن أصلي ألـف ركعـة

Memenuhi hajat kebutuhan seorang muslim, lebih saya sukai dari pada saya shalat seribu rakaat". (Qadha ul Hawanih Ibnu Abid Dunya hal. 48].

AFM

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2020/03/edisi-virus-corona-17.html?m=1

Senin, 23 Maret 2020

TIM MEDIS yang memakai baju APD apakah boleh shalat tanpa wudhu dan tayammum? Ji

Banyak pertanyaan seputar TIM MEDIS yang memakai baju APD apakah boleh shalat tanpa wudhu dan tayammum? Jika TIM MEDIS sudah sampai pada keadaan di bawah ini, maka mereka boleh shalat tanpa wudhu dan tayammum, dan tidak perlu mengulang shalatnya.
Ustadz Amir as soronji lc 

Belajar fiqih madzhab Syafi`i ringkas dari kitab Tahqiqur Raghabat Bit Taqaasiim Wat Tasyjiiraat karya Dr. Labib Najib حفظه الله_seri 62

Belajar fiqih madzhab Syafi`i ringkas dari kitab Tahqiqur Raghabat Bit Taqaasiim Wat Tasyjiiraat karya Dr. Labib Najib حفظه الله_seri 62

PEMBAGIAN WAKTU SHALAT SUBUH

Waktu shalat subuh terbagi menjadi lima :

1⃣waktu fadhilah
✔awal waktu : terbitnya fajar shadiq
✔akhir waktu : seukuran mengerjakan shalat dan hal-hal yang disyari'atkan untuk dilakukan sebelum shalat.

2⃣waktu ikhtiar
✔awal waktu : terbitnya fajar shadiq
✔akhir waktu : munculnya cahaya

3⃣waktu jawaz ( boleh ) tidak makruh
✔awal waktu : terbitnya fajar shadiq
✔akhir waktu : munculnya cahaya merah sebelum terbitnya matahari

4⃣waktu jawaz ( boleh ) namun makruh
✔awal waktu : munculnya cahaya merah
✔akhir waktu : sampai tersisa waktu yang hanya cukup digunakan untuk mengerjakan shalat saja

5⃣waktu tahrim
✔sampai tersisa waktu yang tidak cukup digunakan untuk mengerjakan shalat

Catatan tambahan :

1⃣Bisa ditambah waktu darurat, yaitu hilangnya penghalang shalat ( semisal haid ) sedangkan waktu hanya tersisa seukuran takbiratul ihram atau lebih.

2⃣Yang dimaksud terbitnya matahari adalah munculnya sebagiannya  saja di mana bagian matahari yang belum muncul, hukumnya di ikutkan bagian yang sudah muncul sebagaimana masuknya waktu subuh juga dengan terbitnya sebagian fajar shadiq.

Allahu a'lam.

( diringkas dari Fathul Qorib beserta Hasyiah Al-Baajuri I : 520-522 )
Ustadz Agus Waluyo

pengagungan terhadap ilmu imam Malik

Memuliakan Ilmu.

Kami ingat didalam majelis ada yang bertanya kepada syaikh Said Al Kamali, mengapa beliau selalu menggunakan pakaian yang sangat bagus ketika di majelis (dan dilihat dari dekatpun memang sangat bagus dan kami yakin itu tidak murah). Kami mengira pertanyaan semacam ini tidak bermanfaat, tapi beliau menyebutkan fawaid dari banyak kisah tentang ini diantaranya ketika bagaimana Imam Malik menggunakan pakaian yang juga sangat bagus ketika didalam majelis Ilmu.

Kamipun membaca dari Kitab “Madzhab Malikiyyah, Li Muhammad Mukhtar bin Muhammad Al Mamii”, disebutkan,

Imam Abu Zinad rahimahullah (Guru Imam Malik), bilamana ada manusia mendatangi beliau untuk mengambil ilmu atau bertanya bahkan sebelum mereka berbicara, Abu Zinad akan bertanya kepada mereka “Engkau ingin bertanya sesuatu atau ingin mendengar Hadist?”

Bila mereka menjawab, ingin mendengar Hadist, maka beliau langsung masuk kerumahnya, beliau akan mandi, kemudian memakai wewangian, lalu menggunakan pakaian yang terbaik, kemudian beliau membakar wewangian (Buhuur), lalu beliau duduk dan barulah mulai membaca Hadist.

Bahrain, 28 Rajab 144
Ustadz Indra zulfi mushoddaq

Shalatnya tenaga kesehatan dengan pakaian isolasi ( APD ) yang ada najisnya*

ترجمة المنشور الأخير إلى الإندونيسية :
*Shalatnya tenaga kesehatan dengan pakaian isolasi ( APD ) yang ada najisnya*

#Masalah Corona

Permasalahan :
Pakaian khusus ini ( biasa disebut APD ) dipakai para perawat baik laki-laki maupun perempuan yang berinteraksi dengan pasien yang terjangkit virus corona yang harganya sangat mahal dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, para perawat diwajibkan memakainya satu shift ( kerja ) penuh kurang lebih sembilan jam dan tidak boleh melepasnya sedangkan mereka buang hajat pada diapers yang mereka pakai. Bagaimana mereka shalat jika sudah masuk waktu shalat sedangkan baju mereka ( diapers ) ada najisnya  dan tidak mungkin melepas baju khusus tersebut ?

Maka aku katakan -dan Allahlah yang memberikan taufiq-:
Tenaga medis tersebut wajib untuk sholat pada waktunya dalam keadaan suci, sesuai dengan kemampuannya.

Namun, apabila tidak memungkinkan, maka dia boleh menjama' dua sholat, jika dengan menjama' sholat dia bisa sholat dalam keadaan suci, mengikuti pendapat ulama yang membolehkan untuk menjama' sholat untuk sebuah keperluan. 

Imam Nawawi berkata dalam syarh shohih Muslim: "sebagian imam fiqh berpendapat bolehnya menjama' sholat walaupun tidak dalam keadaan safar  untuk sebuah keperluan, untuk orang - orang yang tidak menjadikannya sebagai kebiasaan. Dan ini adalah pendapay Ibnu Sirin, dan Asyhab dari madzhab malik, dan khattaby menyandarkan pendapat ini kepada al- qaffal dan Asy - Syasyi (alkabir) dari madzhab syafii, begitu pula  abu ishaq al-marrudzy, dan sebagian ulama hadits.
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Mundzir, pendapat ini diperkuat oleh zhahir perkataan ibnu Abbas : "beliau (rasulullah) tidak ingin membuat berat umatnya"  dan beliau tidak menyebutka  alasan sakit atau yang lainnya".

Secara umum mengikuti pendapat ulama yang mumpuni diperbolehkan.
Al - allamah al-alawy saqqaf berkata dalam hasyiyah muaqaddimah beliau ( tarsyihul mustafidin 'ala fathil mu'in,  hal : 3) : " begitu juga boleh untuk mengikuti para ulama yang mumpuni seperti Nawawi, Ibnul mundzir dan suyuthi  dalam pendapat yang mereka pilih sebagaimana yang difatwakan ibnu ziyad dan diikuti oleh An-Nasyiry, dan pendapat ini dipegang oleh Al-jauhary karena mereka adalah para mujtahid dalam masalah tersebut."

Dan jika mereka juga tidak bisa menjama' sholat, maka mereka melakukan sholat pada waktunya masing-masing walaupun pada pakaian mereka terdapat najis, namun wajib bagi mereka untuk mengulangi sholat tersebut.

Imam Nawawi berkata dalam kitab Al- Majmu' (3/155): "apabila seseorang dikurung ditempat yang ada najisnya maka wajib baginya untuk melaksanakan sholat, apabila dia telah mengerjakan sholat sebagaimana yang kita perintahkan, maka dia harus mengulanginya apabila dia telah keluar ke tempat yang suci, dan  pengulangan ini hukumnya wajib menurut perkataan jadid imam syafii. 

Begitu pula, jika tidak memungkinkan baginya untuk berwudhu atau bertayammum, walaupun hanya mengusap wajah dan kedua telapak tangan, maka orang ini termasuk ke dalam golongan orang yang kehilangan dua alat bersuci. Hendaklah dia sholat dengan keadaan tersebut, dan mengulangi sholatnya menurut pendapat yang mu'tamad dalam madzhab imam kita Syafi'i

Wallahu a'lam
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2786784934746534&id=100002451650189
Syaikh Dr labib pengajar PP binbaz Yogyakarta

kritikan Ibnu rusyd terhadap asyairah dalam sebuah tesis Dr Maher as syibl

Seru sekali membaca pemaparan Dr. Maher As Syibl dalam kitab ini.

Kita disuguhkan dengan perdebatan antara tiga perguruan yang berbeda. Yaitu perguruan filsafat yang diwakili oleh Ibn Rusyd al hafiid, kemudian ahlu kalam yang diwakili oleh madzhab asy'ari, dan perguruan Ahlu Sunnah tentunya sebagai jagoannya. :)

Dalam buku yang merupakan thesis penulis ini, kita akan melihat seorang ibn Rusyd, filsuf dari andalus, mengkritik asyairoh sampai ke dasar dasar  pondasi madzhab asyari.

Diantara yang dikritik oleh ibn rusyd, adalah penakwilan penakwilan teks teks wahyu yang kemudian disuguhkan kepada jumhur (maksudnya orang awam, selain filsuf).

Padahal, -menurut beliau- makna yang nampak dari teks teks tersebut adalah yang relevan untuk jumhur. Sementara makna dibelakang itu (makna bathin), hanya relevan untuk orang khusus (maksudnya filsuf). 

Beliau juga mengkritik argument argument madzhab asyari, terutama dalil hudus. 

Menurut beliau, dalil hudus ini dalil dhonni', banyak kontradiksinya. Hanya bersifat jadaliyah, tidak sampai ke tahap burhaniyah seperti argument argument nya orang filsafat.

Tentu saja, ketika membaca kritikan ibn rusyd bukan berarti kita sepakat dengan semua kritikannya. 

Meskipun sebagian kritikan ibn rusyd itu tepat, tetap saja banyak kekeliruannya. 

Hal ini tidak lain karena ibn rusyd ketika mengkritik berangkat dari prespektif beliau sebagai seorang filsuf. Dan kita menilai, perguruan ahlu kalam secara umum lebih dekat kepada kebenaran dari perguruan filsafat.

Yaa, meskipun pemikiran ahlu kalam sudah banyak terpengaruh oleh pemikiran filsafat. Terutama di literatir ahlu kalam belakangan, semisal buku buku Ghozali, Ar Raazi, Al Amidi dll. Yang akhirnya menjadi sasaran kritik oleh sebagian pemerhati ilmu kalam.

Terakhir, buku ini menunjukan kalau ahlu sunnah mengambil faedah dari mana saja. Bahkan dari perguruan semisal filsafat pun. Hal itulah yang ditunjukan oleh Ibn Taimiyah dalam karya karyanya.
Al akh Abu Hanin assalemi

koreksi lafal hadist dalam wabah thaun yg beredar lafal hadist tinggal dirumahnya namun yg yg benar adalah tinggal di negerinya

التنبيه على شذوذ لفظ "في بيته"

Telah tersebar hadits yang berbunyi:

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا-، أَنَّهَا قَالَتْ : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، *فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا* يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ ".

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang wabah (tha'un), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepadaku:

"Bahwasannya wabah (tha'un) itu adalah adzab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tha'un) *dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah)* dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid".

📚إسناده صحيح على شرط البخاري • أخرجه البخاري (٣٤٧٤)، والنسائي في «السنن الكبرى» (٧٥٢٧)، وأحمد (٢٦١٣٩) واللفظ له.

Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (3474), An-Nasa'i dalam As-Sunan Al-Kubra (7527), Ahmad (26139) dan lafadz ini adalah lafadz riwayat Ahmad. 

📝Saya katakan:
Pertama, Asal hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan selainnya. Namun dengan lafaz yang lebih umum yaitu:

فيمكث في بلده
Dia tinggal di negerinya (daerah/tempat terjadi tha'un).

Bukan lafaz:
 فيمكث في بيته
Dia tinggal di rumahnya.

Tentu kedua makna lafaz di atas berbeda. Lafaz yang pertama memberikan makna lebih umum, bahwa siapa saja yang berada di suatu tempat yang tersebar wabah tha'un (baik di rumah ataupun di mana saja selama masih di wilayah tersebarnya wabah) dalam keadaan dia bersabar dan mengharap pahala maka dia akan mendapatkan pahala syahid.

Adapun lafaz kedua memberikan makna sempit; yaitu orang yang mendapatkan pahala syahid hanya mereka yang berdiam diri di rumah dalam keadaan bersabar dan mengharap pahala.

Kedua, ternyata lafaz tersebut hanya diriwayatkan oleh Abdussomad bin AbdilWarits Abu Sahl Al-Anbari Al-Bashri dari Dawud bin Abil furot.
Dikeluarkan oleh Imam Ahmad (26139) dan dari jalannya Al-Baihaqi dalam Al-Asma was-Shifat (1/376), 

Dan kedudukan Abdussomad ini adalah perawi yang shaduq tidak sampai derajat tsiqah, sebagaimana yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar dalam At-Taqrib. Bahkan sakalipun kita menyimpulkan beliau adalah tsiqah, namun tidak sampai derajat para perawi yang tsiqat atsbat. Oleh karena itu berkata Ibnu Qani' rahimahullah:
Tsiqah Yukhti' (tsiqah namun sering salah)
(Lihat Tahdzib At-Tahdzib:6/328)

Perawi yang seperti ini tidak bisa dijadikan hujjah ketika berkesendirian, apalagi jika menyelisihi para perawi yang banyak dan lebih tsiqah darinya.

Berikut ini adalah para perawi yang beliau selisihi dalam riwayat hadits di atas:

1. Musa bin Ismail At-Tabudzaki, tsiqah tsabt (tsiqah dan sangat teliti dalam riwayatnya) (lihat Tahdzibul-Kamal (29/2), beserta ta'liqnya)
Riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Bukhari (no.3474), dan dari jalannya Al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah (5/253).

2. Habban bin Hilal al-Bahili: tsiqah tsabt hujjah, para ulama sepakat atas ketsiqahannya (Lihat Tahdzibul-Kamal:5/328, beserta ta'liqnya)
Riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Bukhari (5734)

Saya katakan: 2 perawi ini saja yang diselisihi oleh Abdussomad bin AbdilWarits, maka sudah cukup sebagai qarinah kesalahan riwayatnya. 

Maka apalagi jika beliau menyelisihi para perawi lain lagi:

3.Yunus bin Muhammad bin Muslim Al-Muaddib: tsiqah.
(Lihat Tahdzibul-Kamal: 32/540)

Riwayatnya dikeluarkan oleh Ahmad (no.24358) dan An-Nasai dalam Al-Kubra (7527).

4.Abdullah bin Yazid Abu Abdurrahman Al-Muqri': tsiqah.
(Lihat Tahdzibul-Kamal:16/318)
Riwayatnya dikeluarkan oleh Ahmad (no.25212) 

5.Al-Maqburi: belum jelas bagi penulis siapa yang dimaksud dengan Al-Maqburi dalam riwayat ini.
riwayatnya dikeluarkan oleh Ishaq bin Rahawaih dalam Musnad (no.1761)

Mereka semua meriwayatkan dari Dawud bin Abil furot dengan lafaz :
في بلده 
Di negerinya (tempat terjadi wabah)

📝Saya katakan:
Diantara yang menguatkan kesalahan riwayat di atas bahwa maksud hadits di atas adalah perintah untuk tetap tinggal di daerah tersebar wabah dan tidak keluar darinya, sebagaimana hadits-hadits yang kita telah ketahui bersama tentang larangan keluar dari negeri yang tersebar wabah tha'un.

Yang menguatkan apa yang saya jelaskan adalah jalan lain dari hadits di atas:

1. Dikeluarkan oleh Ishaq bin Rahawaih dalam Musnad (no.1353),  Imam al-Bukhari (no.6619) dari jalan An-Nadhr bin Syumail dari Dawud bin Abil furot dengan lafaz:

ﻭﻳﻤﻜﺚ ﻓﻴﻪ ﻻ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻦ اﻟﺒﻠﺪ
Dia tetap tinggal di dalamnya, tidak keluar dari negerinya.

An-Nadhar bin Syumail Abul-Hasan Al-Mazini: tsiqah tsabt.

2.dikeluarkan oleh Ibnu Abdil-Barr dalam At-Tamhid (12/259) dengan sanad yang Shahih, dari jalan Arim Muhammad bin Al-Fadhl As-Sadusi dari Dawud bin Abil furot
dengan lafaz:

ﻓﻠﻴﺲ ﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﻳﻘﻊ اﻟﻄﺎﻋﻮﻥ ﺑﺄﺭﺽ ﻓﻴﺜﺒﺖ ﻭﻻ ﻳﺨﺮﺝ....

Tidaklah seorang hamba mendapati wabah tha'un di suatu tempat, lalu dia tetap dan tidak keluar (darinya)...

Arim Muhammad bin Al-Fadhl: Tsiqah Tsabt.

📝 Uraian di atas memberikan kita kesimpulan bahwa lafaz "tinggal di rumah" dalam hadits Tha'un di atas adalah lafaz yang SYADZ, tidak Shahih dari Nabi shalallahu alaihi wassalam. Wallahu a'lam.

✍️Abu Muhammad Pattawe,
Luwuk, Banggai.