Berkata al-Imam Ibnu Qutaibah ad-Dainuri rahimahullah,
"لا يزال الناس بخير ما كان علماؤهم المشايخ، ولم يكن علماؤهم الأحداث، لأن الشيخ قد زالت عنه متعة الشباب، وحدته، وعجلته، وسفهه، واستصحب التجربة والخبرة، فلا يدخل عليه في علمه الشبهة، ولا يغلب عليه الهوى، ولا يميل به الطمع، ولا يستزله الشيطان إستزلال الحدث، ومع السن الوقار والجلالة والهيبة، والحدث قد تدخل عليه هذه الأمور التي أمنت على الشيخ، فإذا دخلت عليه وأفتى، هلك وأهلك".
"Umat manusia akan selalu berada dalam kebaikan selama para ulama' nya adalah orang-orang yang sepuh usianya (kibar), sehingga para 'ulama' nya bukan dari kalangan para pemuda. Karena yang namanya orang sepuh itu sudah sirna darinya hobi-hobi yang biasa dilakukan kawula muda. Sudah hilang pula darinya sikap kaku, ceroboh dan kedunguan. Karena orang sepuh telah mendarah daging bersama pengalaman dan keahlian, sehingga ilmunya tidak terkontaminasi oleh syubhat dan hawa nafsu, tidak pula goyah karena ambisi, bahkan tidak mudah dijerat oleh tipu daya syaithan, sebagaimana syaithan sangat mudah menjerat seorang pemuda. Selain itu pula, faktor usianya yang sepuh telah membentuknya menjadi sosok yang tenang, kokoh lagi berwibawa.
Sedangkan pemuda masih sering terjatuh dalam kejelekan-kejelekan yang disebutkan diatas, berbda dengan orang tua yang sudah terbebas dari itu semua. Sehingga saat kejelekan-kejelekan itu merasuki pemuda ini, lalu ia mengeluarkan fatwa, maka hasilnya adalah kehancuran lagi menghancurkan (masyarakat)".
Nashihatu Ahlil Hadits, hlm. 30.