Minggu, 28 Januari 2024

MENOLAK MI'RAJ

MENOLAK MI'RAJ

Yang bertaubat dari pemahamannya yang menyimpang terdahulu, mestinya duduk dulu belajar di para ustadz atau para syekh untuk belajar memahami alquran dan assunnah dengan pemahaman yang benar, pemahaman para salaf, bukannya langsung mengajar dan berdakwah, karena kotoran pemahamannya yang dulu belum sirna. 

Contohnya peristiwa isro dan mi'raj. Ahlussunnah wal jamaah menyakini peristiwa isra mi'raj sebagaimana yang diberitakan oleh Al Quran dan as sunnah dan dipahami oleh para salafushsholeh.

Kalau seseorang menolak isro mi'raj atau menolak mi'raj, hakikatnya sama saja menolak dalil Shahih tentang peristiwa itu. Baik yang tertuang dalam alquran, maupun dalam hadits yang shahih. 

Nah, bagaimana hukum orang yang menolak peristiwa mi'raj Nabi Shalallahu alaihi wasallam ? Apakah dia kafir atau tidak?

Syekh Bin Baaz rahimahullah ditanya :

: يوجد بعض الناس الذين يقولون: بأن الرسول ﷺ أسري به ولم يعرج به إلى السماء، وذلك لأن الإسراء ذكر في القرآن الكريم والمعراج لم يذكر ما هو توجيه سماحتكم جزاكم الله خيراً؟ 

Ada sebagian manusia yang mengatakan bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam isro dan tidak mi'raj ke langit. Karena sesungguhnya isro disebutkan dalam alquranulkarim dan mi'raj tidak disebutkan, bagaimana nasehat dan sikap Antum, jazakumullohu khoiron ?

الإسراء ثابت بالقرآن والسنة، والمعراج ثبت بالسنة المتواترة عن النبي عليه الصلاة والسلام أنه عرج به إلى السماء،

Al Isro terdapat dalam alquran dan assunnah dan mi'raj terdapat dalam sunnah yang mutawatir dari Nabi shalallahu alaihi wasallam, bahwasanya dia mi'raj ke langit.

وجاوز السبع الطباق، وجاوز السماء السابعة حتى صار إلى موضع يسمع فيه صريف الأقلام، وسمع من ربه جل وعلا فرضية الصلوات الخمس، 

Dan Dia (Rasulullah) melewati tujuh lapis, dan setelah melewati langit ke tujuh, sampai Dia mendatangi ke suatu tempat, dimana Dia mendengar padanya bunyi goresan pena-pena dan Dia mendengar Rabbnya Jalla Wa Ala (memerintahkan) shalat fardhu yang lima waktu.

فمن أنكر ذلك يعرف ويبين له الأدلة الشرعية، فإذا أصر وأنكرها كفر نسأل الله العافية، نعم

Maka barangsiapa yang mengingkari yang demikian itu setelah diberitahu dan dijelaskan padanya dalil-dalil syar'iyyah, maka apabila dia bersikeras dan mengingkarinya, dia kafir, nasalullah al'afiyah, na'am. Sumber :https://binbaz.org.sa/fatwas/9793/حكم-من-ينكر-المعراج-لانه-لم-يذكر-في-القران

Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah :

نحكم على من أنكر المعراج بأنه إن كان قد تبين له الحق وعلم ما جاء به من النصوص من السنة الصريحة ومن ظاهر القرآن الكريم فإنه يكون بذلك كافراً؛ لأنه يكون مكذباً لله ورسوله.

Kami menghukumi atas orang yang mengingkari mi'raj, sungguh jika sudah dijelaskan kepadanya kebenaran dan dia telah mengetahui apa yang datang diantara nash dari sunnah yang shorih dan dari yang tampak dalam alquranulkarim maka sesungguhnya yang demikian itu dia kafir, karena sesungguhnya dia mendustakan Allah dan RasulNya.

وإن كان لديه شبهات في هذا الأمر فإنه يجب أن ترفع عنه الشبهة حتى يتبين له الحق، ثم إذا أصر بعد زوال الشبهة حكم بكفره أيضاً...

Dan jika ada padanya syubhat di dalam perkara ini, maka sesungguhnya wajib diangkat darinya syubhat sampai tampak jelas padanya kebenaran. Kemudian apabila dia tatap bersikeras setelah hilangnya syubhat, dia dihukum kafir juga. Sumber : https://binothaimeen.net/content/8107

Orang-orang yang menolak mi'raj di zaman sekarang, tidak jauh berbeda dengan orang-orang kafir quraisy yang tidak mempercayai peristiwa isro mi'raj. Tidak seperti Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu, beliau langsung mempercayai, bahkan lebih aneh dari itu dia juga yakin dan percaya.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata,

لَمَّا أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى أَصْبَحَ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ بِذَلِكَ ، فَارْتَدَّ نَاسٌ مِمَّنْ  كَانُوا آمَنُوا بِهِ وَصَدَّقُوهُ ، وَسَعَوْا بِذَلِكَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، فَقَالُوا : هَلْ لَكَ فِي صَاحِبِكَ ؟ يَزْعُمُ أَنَّهُ أُسْرِيَ بِهِ فِي اللَّيْلِ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ ، قَالَ : أَوَ قَالَ ذَلِكَ ؟ قَالُوا : نَعَمْ ، قَالَ : لَئِنْ كَانَ قَالَ ذَلِكَ لَقَدْ صَدَقَ ، قَالُوا : وَتُصَدِّقُهُ أَنَّهُ ذَهَبَ اللَّيْلَةَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ ، وَجَاءَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، إِنِّي لأُصَدِّقُهُ بِمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ : أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِ السَّمَاءِ فِي غُدْوَةٍ أَوْ رَوْحَةٍ ، فَلِذَلِكَ سُمِّيَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقَ

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam isra ke masjdil Aqsha, pada pagi harinya beliau sampaikan hal itu kepada orang-orang. Lalu ada sebagian orang yang telah beriman menjadi murtad  padahal sebelumnya telah beriman dan membenarkannya. Mereka segera menemui Abu Bakr dan bertanya: ‘Apakah engkau telah mendengar sahabatmu yang mengaku telah diperjalankan ke Baitul Maqdis malam tadi?’ Abu Bakar bertanya: ‘Betulkah ia mengatakan hal itu?’ Mereka mejawab: ‘Ya, betul.’ Lalu kata Abu Bakar: ‘Jika ia yang mengatakan hal itu, pasti benar’. Mereka berkata: ‘Kamu membenarkannya telah pergi malam tadi ke Baitul Maqdis kemudian sebelum subuh sudah tiba kembali?’ Kata Abu Bakar: ‘Sesungguhnya aku telah membenarkan yang lebih aneh dari itu, aku membenarkannya telah menerima berita dari langit, ketika pagi atau sore.’ Karena itulah ia digelari Abu Bakar ash Shiddiq.” (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir , Juz 5, hal. 26, 38; Ad-Dalail, Juz 2, hal. 106, Musnad Ahmad dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 3:65. Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish mengatakan bahwa hadits ini sahih). 

AFM

Copas dari berbagai sumber

Bahasan terkait
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1400321970307066&id=100009878282155&mibextid=UyTHkb
INGKAR MI'RAJ ATAU INGKAR MELIHAT WAJAH ALLAH SECARA LANGSUNG ?

Ada seseorang mengatakan dalam laman youtubenya :

"Orang yang Ingkar Mikraj adalah Siti Aisyah." Sumber : https://kalam.sindonews.com/read/365320/69/gus-baha-orang-yang-ingkar-mikraj-adalah-siti-aisyah-1615809832/

Dalil yang dijadikan hujjah pembenaran atas pendapatnya itu adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Berkata Aisyah radhiyallahu anha :

من زعم أن محمدًا رأى ربه فقد أعظم الفرية على الله

“Siapa yang meyakini bahwa Muhammad pernah melihat Tuhannya, berarti dia telah membuat kedustaan yang besar atas nama Allah.” (HR. Bukhari Muslim).

Padahal hadits ini menjelaskan tentang mengingkari orang yang mengatakan Nabi shalallahu alaihi wasallam melihat wajah Allah secara langsung, bukan menolak peristiwa mi’raj. 

Perkataan Aisyah radhiyallahu anha ini dikuatkan dengan riwayat yang lain.

Berkata Abdullah Bin Syaqiq rahimahullah :

لأَبِي ذَرٍّ لَوْ أَدْرَكْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسَأَلْتُهُ فَقَال عَمَّا كُنْتَ تَسْأَلُهُ قُلْتُ أَسْأَلُهُ هَلْ رَأَى مُحَمَّدٌ رَبَّهُ فَقَالَ قَدْ سَأَلْتُهُ فَقَالَ نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ

Aku berkata kepada Abu Dzar seandainya aku bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam niscaya aku bertanya kepadnya. Ia berkata; mengenai apakah engkau bertanya? Aku berkata; aku bertanya kepadanya; apakah Muhammad melihat Tuhannya? Ia berkata; sungguh aku telah bertanya kepada beliau dan beliau berkata; Itu hanyalah cahaya, bagaimana mungkin aku melihatNya? (HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya). 

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

تَعَلَّمُوا أَنَّهُ لَنْ يَرَى أَحَدٌ مِنْكُمْ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ حَتَّى يَمُوتَ

“Ketahuilah, bahwa tidak ada seorang pun melihat Tuhannya Azza Wa Jalla sampai dia meninggal dunia." (HR. Muslim).

Ada sebagian sahabat, yang tidak sepakat dengan Aisyah radhiyallahu anha. Mereka berpendapat bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam melihat Allah ketika mi'raj. Diantaranya adalah Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma.

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma :

رأى ربه فتدلى فكان قاب قوسين أو أدنى

Beliau melihat Tuhannya dan mendekat. Sehingga jaraknya seperti dua busur atau lebih dekat. (HR. Turmudzi. Berkata Syekh Al-Albani : Hadits Shahih).

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah tentang perselisihan pendapat ini :

كان النزاع بين الصحابة في أن محمدا صلى الله عليه وسلم هل رأى ربه ليلة المعراج؟ فكان ابن عباس رضي الله عنهما وأكثر علماء السنة يقولون: إن محمدا صلى الله عليه وسلم رأى ربه ليلة المعراج وكانت عائشة رضي الله عنها وطائفة معها تنكر ذلك

Perselisihan yang terjadi di kalangan para sahabat adalah apakah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Tuhannya pada malam isra mi’raj? Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan mayoritas ulama ahlus sunah berpendapat bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Tuhannya ketika isra mi’raj. Sementara Aisyah dan beberapa tokoh yang bersamanya, mengingkari aqidah ini. (Majmu’ Fatawa, 3/386).

Jadi sangatlah jelas yang diingkari Aisyah radhiyallahu anha bukan mi'rajnya, tetapi melihat Allah secara langsung dengan mata kepala sendiri. Karena beliau berkeyakinan, seseorang tidak bisa melihat wajah Allah secara langsung selagi masih ada di dunia.

Kalau manusia biasa (selain Nabi shalallahu alaihi wasallam), para salaf dan para imam sepakat, bahwa tidak ada seorang pun yang bisa melihat Allah secara langsung selagi masih hidup di dunia ini.

Berkata Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

" اتفق أئمة المسلمين على أن أحدا من المؤمنين لا يرى الله بعينه في الدنيا ، ولم يتنازعوا إلا في النبي صلى الله عليه وسلم خاصة ، مع أن جماهير الأئمة على أنه لم يره بعينه في الدنيا ، وعلى هذا دلت الآثار الصحيحة الثابتة عن النبي صلى الله عليه وسلم والصحابة وأئمة المسلمين " انتهى من " مجموع الفتاوى " (2 / 335) . 

“Para imam umat Islam telah sepakat bahwa tidak ada seorangpun dari kalangan umat Islam dapat melihat Allah dengan kedua matanya di dunia. Mereka semua tidak berselisih kecuali pada Nabi sallallahu alaihi wa sallam secara khusus, padahal mayoritas (jumhur) para imam (berpendapat) tidak ada yang melihat dengan kedua matanya di dunia. Hal ini yang ditunjukkan atsar shoheh dan tetap dari Nabi sallallahu alahi wa sallam, para shahabat dan para imam umat Islam.” Selesai dari ‘Majmu Fatawa, (2/335).

Dan Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :

كل من ادعى أنه رأى ربه بعينيه قبل الموت فدعواه باطلة باتفاق أهل السنة والجماعة ؛ لأنهم اتفقوا جميعهم على أن أحدا من المؤمنين لا يرى ربه بعيني رأسه حتى يموت " .
انتهى من " مجموع الفتاوى " (3 / 389) 

“Semua orang yang mengaku melihat Tuhannya dengan kedua matanya sebelum mati, maka pengakuannya itu batil menurut kesepakatan ahlus sunah wal jamaah. Karena meraka semua sepakat bahwa tidak seorangpun dari kalangan orang mukmin tidak mungkin melihat Allah dengan kedua mata kepalanya sampai dia meninggal dunia.” Selesai dari ‘Majmu fatawa, (3/389).

Musa alaihis salam telah meminta untuk melihat Allah Ta’la, akan tetapi Allah tidak mengabulkan hal itu. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ . الأعراف/143.

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." (QS.Al-A’raf: 143).

Berkata Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah Ta'ala :

" وقد ثبت بنص القرآن أن موسى قيل له : ( لَنْ تَرَانِي ) وأن رؤية الله أعظم من إنزال كتاب من السماء ، كما قال تعالى : ( يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَنْ تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُوا مُوسَى أَكْبَرَ مِنْ ذَلِكَ فَقَالُوا أَرِنَا اللَّهَ جَهْرَةً ) فمن قال إن أحدا من الناس يراه ؛ فقد زعم أنه أعظم من موسى بن عمران ، ودعواه أعظم من دعوى من ادعى أن الله أنزل عليه كتابا من السماء " . انتهى . " مجموع الفتاوى " (2 / 336) .

“Telah ada ketetapan dengan nash Qur’an bahwa Musa dikatakan kepadanya (Engkau tidak akan bisa melihat-Ku) bahwa melihat Allah itu lebih agung dibandingkan dengan menurunkan kitab dari langit. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

“Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata." QS. An-Nisa’: 153.

Kalau ada salah seorang manusia melihat-Nya. Maka dia menyangka lebih agung dibanding dengan Musa bin Imron. Pengakuannya lebih agung dari pada pengakuan orang yang mengaku Allah telah menurunakn kitab dari langit.” Selesai dari Majmu’ Fatawa, (2/336).

Kalau melihat wajah Allah di akhirat, maka para salaf dan para imam sepakat bahwasanya wajah Allah bisa dilihat.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :

ولهذا اتفق سلف الأمة ، وأئمتها ، على أن الله يُرى في الآخرة ، وأنه لا يَراه أحدٌ في الدنيا بعينه . "مجموع الفتاوى" (2/230) . 

Dan oleh karena itu para ulama salaf dan imam-imamnya sepakat bahwa Allah dilihat di akhirat dan tidak ada seorang pun melihat dengan matanya di dunia.‘ (Majmu Fatawa, 2/230).

Allah Ta’ala berfirman :

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23)

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan-nyalah mereka melihat” (QS. Al-Qiyamah [75]: 22-23).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ، كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian (pada hari kiamat), sebagaimana kalian melihat bulan ini (purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika melihat-Nya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ عِيَانًا

“Kalian akan melihat Rabb kalian secara langsung (dengan mata kepala)” (HR. Bukhari).

Jelaslah uraian di atas, bahwasannya Aisyah radhiyallahu anha bukan menolak mi’raj, tetapi mengingkari melihat Allah secara langsung. Sedangkan yang menolak peristiwa mi’raj sesungguhnya adalah GB, dalam rangka menolak Allah Ta'ala beristiwa di atas langit di arsyNya. 

AFM

Copas dari berbagai sumber.