Sabtu, 27 Januari 2024

Bingungnya Imam Al Haramain (Al Juwaini) terhadap Keberadaan Allah

Bingungnya Imam Al Haramain (Al Juwaini) terhadap Keberadaan Allah

Al-Imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafi (w. 728 H) rahimahullah berkata :

وَذَكَرَ مُحَمَّدُ بْنُ طَاهِرٍ الْمَقْدِسِيُّ أن الشيخ أبا جعفر الهمداني حَضَرَ مَجْلِسَ الْأُسْتَاذِ أَبِي الْمَعَالِي الْجُوَيْنِيِّ الْمَعْرُوفِ بِإِمَامِ الْحَرَمَيْنِ، وَهُوَ يَتَكَلَّمُ فِي نَفْيِ صِفَةِ الْعُلُوِّ، وَيَقُولُ: كَانَ اللَّهُ وَلَا عَرْشَ وَهُوَ الْآنَ عَلَى مَا كَانَ! فَقَالَ الشَّيْخُ أَبُو جَعْفَرٍ: أَخْبِرْنَا يَا أُسْتَاذُ عَنْ هَذِهِ الضَّرُورَةِ الَّتِي نَجِدُهَا فِي قُلُوبِنَا؟ فَإِنَّهُ مَا قَالَ عَارِفٌ قَطُّ: يَا اللَّهُ، إِلَّا وَجَدَ فِي قلبه ضرورة طلب الْعُلُوَّ، لَا يَلْتَفِتُ يَمْنَةً وَلَا يَسْرَةً، فَكَيْفَ ندفع بهذه الضَّرُورَةَ عَنْ أَنْفُسِنَا؟ قَالَ: فَلَطَمَ أَبُو الْمَعَالِي عَلَى رَأْسِهِ وَنَزَلَ! وَأَظُنُّهُ قَالَ: وَبَكَى! وَقَالَ: حيرني الهمداني حَيَّرَنِي!

“Muhammad bin Thaahir Al-Maqdisiy menceritakan bahwa Asy-Syaikh Abu Ja’far Al-Hamdaaniy menghadiri majelis Al-Ustadz Abul Ma’ali Al-Juwaini yang terkenal dengan Imamul Haramain. Al-Juwaini sedang membicarakan sifat tingginya Allah dan berkata: “Allah sudah ada sedangkan 'Arasy masih belum ada. Sedangkan Allah sekarang seperti keadaan sebelum ada 'Arasy.” Maka Syaikh Abu Ja’far Al-Hamdaaniy berkata: “Mohon dijelaskan, wahai Ustadz! Tentang dharurat yang terjadi di hati kita. Karena tidak ada seorang yang mengenal Allah pun ketika menyebut nama Allah, kecuali hatinya akan berusaha mencari arah atas, tidak ke kiri atau ke kanan. Lalu bagaimana kami menolak dharurat yang ada di hati kita ini?” Maka Al-Juwaini memukuli kepalanya sendiri dan turun dari mimbar sambil menangis. Lalu beliau berkata: “Aku dibikin pusing oleh Al-Hamdaaniy.” 
(Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah: 291, Tarikhul Islam 10/424 dan Majmu’ Al-Fatawa 4/44)

Kemudian Ibnu Abil Izz menjelaskan :

أَرَادَ الشَّيْخُ: أَنَّ هَذَا أَمْرٌ فَطَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ عِبَادَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَتَلَقَّوْهُ من المرسلين، يَجِدُونَ فِي قُلُوبِهِمْ طَلَبًا ضَرُورِيًّا يَتَوَجَّهُ إِلَى اللَّهِ وَيَطْلُبُهُ فِي الْعُلُوِّ.

“Asy-Syaikh Al-Hamdaaniy memaksudkan bahwa ini (Allah di atas langit, pen) adalah perkara yang mana Allah menjadikannya sebagai fitrah pada hamba-hamba-Nya, tanpa mengambil pelajaran dari para rasul. Mereka mendapatkan pada hati mereka sifat dharurat untuk menghadap Allah dan mencari-Nya di arah atas.” 
(Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah: 291)

Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ariy (w. 324 H) rahimahullah berkata : 

ومن دعاء أهل الإسلام جميعا إذا هم رغبوا إلى الله تعالى في الأمر النازل بهم يقولون جميعا: يا ساكن السماء

“Diantara doa seluruh orang islam, jika mereka ingin Allah mengabulkan permohonan mereka atas masalah yang mereka hadapi, seluruh mereka berkata: “Wahai Sang Penghuni langit.” 
(Al-Ibanah ‘an Ushul Ad-Diyanah, hal. 111)
Pengetahuan muslim 
https://fb.watch/pRhyEM6kh-/?mibextid=RtaFA8