Selasa, 23 Januari 2024

DEBAT TIDAK BERADAB DAN BERETIKA

DEBAT TIDAK BERADAB DAN BERETIKA

Kalau seseorang merasa berilmu, tentulah dalam diskusi atau membantah, tidak akan menyerang dengan cacian, merendahkan, menjatuhkan kehormatan, memfitnah dan lain sebagainya. Karena perbuatan seperti itu, bisa dilakukan oleh semua orang, bahkan orang bodoh sekalipun. Itu merupakan hujjah orang-orang yang licik dan merupakan dagangan orang yang bangkrut.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

{ الشتيمة والوٓقيعة والتهجم عند النقاش حيلة العاجز وبضاعة المفلس، فإن الرد بمجرد الشتم والتهويل لا يعجز عنه أحد. }

Mencaci maki, menjatuhkan kehormatan, dan menyerang ketika diskusi merupakan cara licik untuk berkelit yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki hujjah dan merupakan barang dagangan orang yang bangkrut, karena sesungguhnya membantah dengan semata-mata melontarkan caci makian dan ancaman bisa dilakukan oleh semua orang. [Majmu’ul Fatawa, jilid 4 hlm. 186].

Berdebat dan berdiskusi dengan orang kafir saja harus memperhatikan adab-adabnya. Harus mendebat dengan akhlak yang baik, apatah lagi sesama kaum muslimin, terkhusus dengan sesama ahlussunnah, harus lebih baik lagi.

Allah Ta'ala berfirman:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl 125).

Berkata Syekh Rabi hafidzahullah:

لا تجادل حتى الكافرين إلا بالأخلاق الطيبة وبالتي هي أحسن؛ لا سب، ولا شتم، لا احتقار، ولا ازدراء، ولا طعن، ولا صياح، ولا صخب، ولا شيء. مجموع كتب ورسائل وفتاوى الشيخ ربيع (ج2/484-49

Janganlah kamu berdebat sekalipun dengan orang kafir kecuali dengan akhlak yang baik dan debatlah dengan yang lebih baik, tidak boleh mencela, tidak boleh memaki, tidak boleh merendahkan, tidak boleh memfitnah, tidak boleh teriak, tidak boleh membentak dan sejenisnya. (Majmu' wa Risail wa Fatwa Asy Syekh Rabi).
 
Perdebatan hanya mengundang permusuhan. Dan juga jika Allah menginginkan keburukan suatu kaum, maka dibukakan atas mereka suka berdebat. 

Berkata Syeikh Muqbil rahimahullah :

من اعظم اسباب الفرقة الجدل 

Diantara sebab-sebab terbesar perpecahan adalah banyak berdebat. (Al Basyair Fis Sina' Hal 12).

Al Auza’i rahimahullah berkata: 

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا فَتَحَ عَلَيْهِمْ الْجَدَلَ وَمَنَعَهُمُ الْعَمَلَ

“Jika Allah menginginkan keburukan suatu kaum, Dia bukakakan atas mereka suka BERDEBAT dan menahan mereka untuk BERAMAL.”  [Tadzkiratul Huffadz Lidz Dzahabiy: 1/135].

Dan orang yang mengaku Ahlussunnah hendaklah meninggalkan perdebatan dan pembantahan karena ini diantara pokok aqidah ahlussunnah waljamaah. 

Berkata Imam Ahmad rahimahullah:

أُصُولُ السُّنَّةِ عِنْدَنَا التَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ ، وَتَرْكُ الْبِدَعِ ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلَالَةٌ ، وَتَرْكُ الْخُصُومَاتِ، وَالْجُلُوسِ مَعَ أَصْحَابِ الْأَهْوَاءِ ، وَتَرْكُ الْمِرَاءِ وَالْجِدَالِ.وَالْخُصُومَاتِ فِي الدِّينِ ...

“Pokok-pokok aqidah menurut kami adalah berpegang teguh dengan yang dipegang oleh para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan meneladani mereka, serta meninggalkan bid’ah. Karena semua bid’ah itu sesat. Dan juga untuk meninggalkan pertengkaran, duduk-duduk bersama ahlul ahwa, MENINGGALKAN PERBANTAHAN DAN PERDEBATAN serta pertengkaran dalam agama. (I'tiqad Ahmad Bin Hambal). Sumber: library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=110&ID=32 

AFM

Copas dari berbagai sumber