Rabu, 24 Januari 2024

Tabarruk di Kuburan

Tabarruk di Kuburan

KH. Muhajirin Amsar Al-Bakasi rahimahullah berkata : 

....و أما الزيارة لطلب البركة أو الدعاء لقضاء الحوائج عند القبر فمخالف عليه النبي صلى الله عليه و سلم. و هذا أمر شائع في زمننا، فإن كثيرا من الجهلة يتبركون بالقبور و يقبلونها تقبيل الحجر الأسود، فلا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم من هذه البلية العظيمة، نسأل الله السلامة "

"...Adapun ziarah kubur untuk ngalap berkah atau berdoa agar ditunaikannya segala hajat di sisi kuburan, maka ini menyelisihi ajaran Nabi shallahu 'alaihi wa sallam. Dan ini adalah perkara yang tersebar di zaman kita saat ini, maka banyak dari kalangan orang-orang bodoh yang ngalap berkah kepada kuburan, mereka menciumnya seperti ciuman ke Hajar Aswad. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Al-'Aliy Al-'Azhim dari malapetaka besar ini. Kita memohon kepada Allah keselamatan." 
(Misbahuz Zhalam Syarh Bulughul Maram, jilid 2, hal. 64, cet. Darul Hadits)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
"Salaf sepakat bahwasannya tidak menyentuh kuburan para Nabi dan selain mereka, tidak mengusapnya, tidak disunnahkan shalat di sisinya, tidak menjadikan kuburan tujuan berdoa di sisinya. Sesungguhnya perkara-perkara ini menjadi penyebab kesyirikan dan peribadatan terhadap berhala..."
(Majmu Al-Fatawa, 27/22)

Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitamiy rahimahullah berkata :
"Ash-hab kami (ulama madzhab syafi'iyah) menyatakan haram hukumnya shalat ke kuburan dengan maksud tabarruk dan pengagungan terhadapnya. 

Di sini mereka mensyaratkan dua hal, yaitu: kubur itu milik figur yang diagungkan, dan maksud shalat ke kuburan -termasuk shalat di atasnya- adalah untuk ngalap berkah dan pengagungan.

Sebab perbuatan seperti ini dosa besar adalah jelas dari hadits-hadits yang ada sebagaimana yang Anda tahu, seakan hal itu disamakan dengan menyalakan lampu di atasnya sebagai bentuk pengagungan dan ngalap berkah dengannya ...

Sesungguhnya amalan haram paling besar dan sarana kesyirikan paling besar adalah shalat di kuburan itu, menjadikannya sebagai masjid, dan membangun suatu bangunan di atasnya.

Juga wajib segera menghancurkannya (yakni kuburan yang ditinggikan), dan merobohkan kubah (bangunan) yang ada di atasnya; sebab ia lebih parah dari sekadar masjid dhirar, karena ia dibangun di atas maksiat kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam ...

Dan juga wajib menghilangkan seluruh lentera atau lampu yang diletakkan di kuburan, dan ia tidak sah bila dijadikan barang wakaf atau objek nazar." 
(Az-Zawajir, 1/246)

Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Muhammad bin 'Abdul Lathif Alu Syaikh At-Tamimi hafizhahullah berkata :
"Thawaf termasuk ibadah yang paling agung, thawaf tidak disyariatkan melainkan khusus hanya di Ka'bah. Begitupula dengan ibadah sa'i shafa marwah yang tempatnya sudah ditentukan oleh Allah. Maka seluruh bentuk penghambaan yang tidak diperuntukkan bagi Allah berarti ia telah meletakkan sebuah ibadah tidak pada tempatnya. Seperti mengkeramatkan kuburan lalu menyerupakannya dengan Ka'bah ini termasuk memalingkan ibadah thawaf kepada selain Allah.

Adapun mengusap kuburan dan mencari berkah darinya maka ini termasuk menjadikan kuburan sebagai sesembahan selain Allah. Hal ini persis sebagaimana yang diperbuat oleh kaum musyrikin pada masa jahiliyyah dulu terhadap sesembahan mereka." 
(Al-Minzhar, hlm. 14)
Pengetahuan muslim