[ Qunut Shubuh Termasuk Masalah Khilafiyah Ijtihadiyah ]
Ibn Taimiyyah rahimahullah menjelaskan kaidah,
أن المفضول قد يصير فاضلا لمصلحة راجحة
Bahwa perkara yang mafdhul/tidak afdhal bisa menjadi afdhal karena maslahat yang kuat.
Beliau jelaskan kembali,
ما اتفق العلماء على أنه إذا فعل كلا من الأمرين كانت عبادته صحيحة ولا إثم عليه لكن يتنازعون في الأفضل وفيما كان النبي صلى الله عليه وسلم يفعله، ومسألة القنوت في الفجر والوتر والجهر بالبسملة وصفة الاستعاذة ونحوها من هذا الباب
Para ulama bersepakat bahwa jika dikerjakan dua perkara (afdhal dan mafdhul) maka sah ibadahnya dan tidak dicela, namun mereka berselisih pendapat terkait mana yang lebih utama jika Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam mengerjakan salah satunya. Yang termasuk dalam bab ini ialah :
- qunut shubuh dan witir
- menjahrkan basmalah
- sifat ta'awudz, dan selainnya
Lajnah Da'imah dalam fatwanya menjelaskan,
فتخصيص صلاة الصبح بالقنوت من المسائل الخلافية الاجتهادية ، فمن صلى وراء إمام يقنت في الصبح خاصة قبل الركوع أو بعده فعليه أن يتابعه ، وإن كان الراجح الاقتصار في القنوت بالفرائض على النوازل فقط
"Maka mengkhususkan qunut pada shalat shubuh termasuk dalam permasalahan khilafiyah ijtihadiyah. Siapa yang shalat di belakang imam yang qunut shubuh baik sebelum atau sesudah rukuk, maka ia harus mengikutinya (dengan mengangkat tangan dan mengaminkan -pen). Walaupun yang rajih ialah mencukupkan qunut pada shalat fardhu saat nawazil/nazilah saja."
IslamQA menjelaskan termasuk praktik dalam hal ini ialah tetap shalat di masjid kampung yang qunut shubuh dan tidak menyengaja memisah dan mencari masjid lain. Meskipun kita meyakini yang sunnah ialah tidak qunut shubuh.
Diantara konsekuensi fatwa Lajnah juga tidak ada pengingkaran dalam masalah ijtihadiyah. Wallahu a'lam.
Ustadz yhouga