Ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendakwahi pemimpin Uyainah, beliau menerimanya, merobohkan qubah kuburan Zaid bin Al-Khaththab dan merajam wanita yang mengaku berzina. Maka pemimpin Ahsa' tidak terima, dan mengancam akan memutuskan bantuannya ke Uyainah, jika tidak mengusir Syaikh. Ketika pemimpin Uyainah menceritakan hal tersebut. Syaikh tidak mengatakan, "Sudah, tidak apa-apa, saya pergi saja, agar kalian selamat", namun Syaikh justru memotivasinya bahwa rezeki di tangan Allah, bertawakkal, dan Allah akan menolong orang yang menolong agama-Nya. Namun pemimpin Uyainah tetap memintanya pergi. Syaikh menuju kampung Dir'iyyah, di sana ada muridnya Ibnu Suwailim. Dia ketakutan saat tahu Syaikh datang ke sana. Karena orang-orang sana anti dengan Syaikh. Tapi Syaikh tidak mengatakan, "Baiklah saya tidak kesana, agar saya selamat dan kamu tidak diganggu", Syaikh justru menasehatinya untuk bertawakkal. Istri pimpinan Dir'iyyah wanita shalihah, dia menerima dakwah tauhid Syaikh, kemudian dia datang kepada suaminya Muhammad bin Sa'ud untuk menerima dakwah Syaikh. Syaikh menerangkan tauhid yang dibawanya, dan Muhammad bin Sa'ud berjanji akan memperjuangkan dakwah Syaikh, tapi dengan satu syarat, Syaikh jangan melarang dia mengambil harta masyarakatnya seperti biasa. Bayangkan jika kita di posisi Syaikh, bantuan di hadapan mata, apakah kita akan mengatakan, "Baiklah, yang penting anda membantu dakwah saya", Syaikh justru menasehatinya bahwa rezeki ditangan Allah dan jangan melakukan itu. Apa pelajaran yang bisa anda petik dari kisah ini? Silahkan di kolom komentar.
Muqodimah Syarah kasfy subhat syaikh shalih al fauzan
Ustadz abu sulaiman