KETAATAN KEPADA PEMIMPIN MUSLIM MASING-MASING NEGARA ISLAM
Pada pertemuan dengan para dosen universitas Islam Madinah yang mengundang tamu spesial yaitu Prof. DR. Shalih al-Fauzan Hafizhahullah, maka diantara pertanyaan yang dilontarkan oleh DR. Sulaiman ar-Ruhailiy hafizhahullah yang ikut datang pada pertemuan tersebut adalah bagaimana sikap para mahasiswa nanti sekembalinya mereka setelah lulus ke negaranya masing-masing mengingat masing-masing negara memiliki pemimpin Muslim yang berbeda-beda, maka salah satu pesan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah adalah :
إن كل إقليم استقل به حاكم فإنه يعتبر إماماً لهذا الإقليم يلزم له السمع والطاعة، مشيراً إلى وجود هذا الأمر عند المسلمين منذ انتهاء الخلافة العباسية وتفرق الأقاليم، نافياً اشتراط أن تكون الولاية عامة "لأن هذا لا يحصل، ولو حصل لكان طيباً، فلا يُضيّع الأمر كله (فاتقوا الله ما استطعتم)".
"Setiap negara memiliki penguasa masing-masing, maka ia dianggap sebagai IMAM UNTUK WILAYAH MASING-MASING TERSEBUT YANG WAJIB UNTUK DIDENGAR DAN DITAATI, hal ini berjalan ditengah-tengah kaum Muslimin semenjak berakhirnya Khilafah Abasiyyah, masing-masing wilayah saling terpencar, yang menyebabkan ternafikan pensyaratan adanya kekuasaan yang umum, karena ini belum ada, jika ada maka ini bagus, maka jangan disia-siakan perkara ini seluruhnya, "bertakwalah kepada Allah semampu kalian"."
Abu Sa'id Neno Triyono