Kalung Merah...
❝ Tepat setelah menyelesaikan haji aku menemukan sebuah kalung berwarna merah dengan mutiara di atasnya. Aku mengambilnya.
Tiba-tiba seorang lelaki tua mulai mencari dan menawarkan seratus dinar kepada siapapun yang bisa menemukannya. Maka, aku menyerahkan kalung tersebut kepadanya.
'Ambil uang ini.' katanya. Namun aku menolak dan pergi ke Syam dimana aku mengunjungi Al-Quds. Setelah itu aku pergi ke Baghdad tetapi harus menginap di sebuah masjid di Halab karena lapar dan kedinginan. Mereka menjadikanku imam. Maka aku sholat bersama mereka, setelah itu mereka menghidangkan makanan untukku. Saat itu masih di awal Ramadhan. Mereka berkata kepadaku,
'Imam kami telah meninggal dunia, mohon jadilah imam kami di sisa bulan ini.'
Mereka selanjutnya mengatakan,
'Imam kami memiliki seorang putri...', maka mereka menikahkanku kepadanya dan aku tetap tinggal selama satu tahun penuh. Ia melahirkan seorang bayi laki-laki namun itu membuatnya jatuh sakit. Suatu hari saat aku sedang merawat dan memperhatikannya, aku menyadari ada seuntai kalung di lehernya, kalung yang persis sama,lengkap dengan untaiannya yang berwarna merah. Aku berkata kepadanya,
'Ada sebuah kisah tentang kalung ini...' dan aku menjelaskan kisah tersebut kepadanya.
Dalam tangis ia berkata,
"Kamulah orangnya! Demi Allah, ayahku dulu sering menangis dan berkata, 'Ya Allah berikanlah kepada putriku seperti lelaki yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku!' Allah mengabulkan do'anya."
Ia (istriku,penj-) meninggal dunia setelah itu. Saat aku pergi, aku membawa kalung itu denganku bersama dengan warisan dan kembali ke Baghdad.❞
— Imām Ibnu 'Aqīl al-Hanbalī (r)
[Diriwayatkan oleh cucu ibnu al-Jauzi, Abu-l Mudhaffar]
Fanpage Facebook the Hanbali madhhab Indonesia