TAWASSUL DENGAN MENAMPAKKAN KEFAKIRAN DAN KEBUTUHAN KEPADA ALLAH.
Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily -hafidzahullah- menjelaskan:
Di antara bentuk-bentuk tawassul yang disyariatkan adalah: tawassul dengan merendahkan diri, menampakkan kefakiran dan kebutuhan kepada Allah. Sangat jarang dari para penulis kitab aqidah yang menjelaskan bentuk ini, walaupun ada sebagian ulama yang memberikan isyarat tentangnya. Padahal, tawassul bentuk ini, sangat diharapkan diijabahnya suatu doa dengannya.
Imam Ibnu Rajab -rahimahullah- berkata: "Dan di antaranya juga adalah hati (orang yang berdoa) merasa fakir dalam doanya, luluh dihadapan Allah, merasakan sangat butuh dihadapan-Nya. Sesuai dengan kesusahan dan kemelaratannya, doanya akan diijabah"
Syaikh juga menjelaskan bahwa syahid dan dalil tawassul bentuk ini amatlah banyak. Di antaranya adalah hadits Khaulah binti Tsa'labah -radhiyallah 'anha- yang berjidal tentang suaminya yang menziharnya. Aisyah -radhiyallah 'anha- mengisahkan:
تبارك الذي وسع سمعه كل شيء، إني لأسمع كلام خولة بنت ثعلبة ويخفى علي بعضه، وهي تشتكي زوجها إلى رسول الله وهي تقول:
"Maha suci Allah yang pendengarannya meliputi segala sesuatu, sesungguhnya aku mendengar perkataan Khaulah binti Tsa'labah, dan tidak terdengar sebagian perkataannya, dan dia mengadukan perihal suaminya kepada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- seraya berkata..."
Maksudnya: Aisyah mendengar perkataan Khaulah binti Tsa'labah dari sudut kamarnya, sedangkan Khaulah berada di sudut lainnya dan perkataannya terdengar sayup-sayup, sebagian terdengar dan sebagian tidak terdengar. Diantara perkataannya:
يا رسول الله، أكل شبابي...
Wahai Rasulullah, dia (suamiku) telah memakan usia mudaku...
Maksudnya: masa mudanya sudah dihabiskan untuk melayani suaminya. Tak kurang dia melayani suaminya.
ونثرت له بطني
Dan Aku membentangkan perutku untuknya ....
Maksudnya: aku telah melahirkan anak-anak yang banyak untuknya.
حتى إذا كبرت سني، وانقطع ولدي، ظاهر مني ...
Sehingga, apabila usiaku telah menua, dan aku sudah tidak bisa lagi melahirkan, ia menzihar diriku...
اللهم إني أشكو إليك
Ya Allah, aku mengadu kepadamu.
Aisyah berkata: tidaklah lama berselang waktu, tiba-tiba Jibril -alaihis salam- turun dengan membawa ayat, sebagai jawaban dan ijabah dari Allah -ta'ala-:
{ قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَآۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِيرٌ }
Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Q.S. Almujadilah: 1)
Syaikh menjelaskan: bahwa dalam kisah ini, Khaulah menjelaskan keadaan dirinya yang sangat butuh pertolongan Allah, kalaulah sekiranya kita meresapi perkataannya niscaya akan bergetar seluruh anggota tubuh kita mendengar kesedihan dan keluh kesah Khaulah terhadap suaminya. Dan kalaulah suaminya mendengar keluh kesah dan kesedihan istrinya, niscaya akan bergetar hatinya dan merasa iba kepada istri yang ia zihar.
Dan setelahnya ia mengadu kepada Allah, dan tidak lama Jibril turun membawa ayat mengijabah doanya.
Faidah dari kisah ini:
1. Allah maha mendengar perkataan hambanya, dimana hamba sendiri yang satu ruangan, perkataannya terdengar sayup, tapi tidak bagi Allah
2. Cepatnya ijabah doa dari Allah.
3. Disenangi menampakan kebutuhan dan kelemahan hamba dalam berdoa.
4. Tidak boleh menghukumi Allah dalam berdoa, kebanyakan doa tidak diijabah karena menghukumi Allah.
5. Tidak boleh berlebihan dalam doa, dimana Khaulah hanya mengatakan Aku mengadu kepada Allah. Kebanyakan orang ketika berdoa berlebihan dalam doanya, dia mensifati orang lain berbuat dzolim kepada dirinya, dan bisa jadi itu bukan kedzaliman. Itulah yang mencegah diijabahnya doa.
6. Menampakkan kelemahan dan kebutuhan hamba dalam doa, tersembunyi bagi kebanyakan orang, sebagaimana adab dalam doa dan sebab-sebab kemenangan tersembunyi bagi kebanyakan orang.
7. Doa secara umum, lebih baik dengan meminta kebaikan secara umum atau berlindung dari keburukan secara umum, walaupun kasusnya khusus.
Seperti doa Nabi Musa
رَبِّ إِنِّي لِمَآ أَنزَلۡتَ إِلَيَّ مِنۡ خَيۡرٖ فَقِيرٞ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” QS. al-qashash: 24
Nabi Musa tidak menjelaskan dia dikejar tentara Mesir, kelaparan, dan ketakutan, tidak punya tempat tinggal, akan tetapi meminta kebaikan kepada Allah secara umum, dengan menampakkan kebutuhannya dalam berdoa.
Solo, 9 Januari 2024
27 Jumadal Akhiroh 1445 H
Dika Wahyudi