Hukum Mengghibahi Orang Fasik Untuk Mewanti-Wanti Dari Keburukannya
Pertama: Syaikh Abdurrahman Al-Barrak -hafidzahullah- ditanya:
ما حكمُ غيبةِ الفاسقِ؟
"Apa hukum mengghibahi orang fasik?
Syaikh menjawab:
غيبةُ الفاسقِ للتَّحذيرِ مِن شرِّهِ وفسقِه هذا مطلوبٌ، وأمَّا لمجرَّدِ قضاءِ الوقتِ بفلانٍ وفلانٍ ويفعلُ فلانٌ كذا وسيرتُه كذا فهذا من الباطلِ لا تجوزُ الغيبةُ ولو كانَ الـمُغتابُ فاسقًا، جاءَ عن الحسنِ أنَّه لا غيبةَ لفاسقٍ، وأنَّه سُئِلَ عن.. قالَ: اذكروهُ بما فيهِ ليحذرَهُ النَّاسُ، ليُحذَرَ، فإذا كانَتِ الغيبةُ من أجلِ التَّحذيرِ مِن التَّأثُّرِ بهِ والاغترارِ به فنعم، أمَّا مجرَّدُ الحكاياتِ قيلَ وقالَ فهذهِ غيبةٌ؛ لأنَّ الفاسقَ أخوكَ في اللهِ، ما دامَ مسلمًا فهو أخوكَ فيدخلُ في عمومِ وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا [الحجرات:12].
Mengghibahi orang fasik untuk mengingatkan akan keburukannya dan kefasikannya, maka ini sesuatu hal yang diharapkan. Adapun hanya untuk menghabiskan waktu mengenai Fulan dan Fulan pekerjaan dan perjalanan hidup fulan, maka ini bathil tidak boleh mengghibahinya walau ia fasik. Telah datang dari Al-Hasan bahwasanya tidak ada ghibah untuk orang fasik. Dan bahwasanya beliau ditanya dan beliau menjawab: "Sebutkan kefasikan yang ada dalam dirinya agar orang-orang berhati-hati darinya. Maka jika ghibah karena mewanti-wanti ummat agar tidak terpengaruh olehnya dan agar tidak tertipu dengannya, maka boleh. Adapun hanya sekedar cerita katanya-katanya, maka ini ghibah. Karena orang fasik masih saudara engkau karena Allah. Selama ia muslim, maka ia adalah saudaramu. Maka ia masuk ke dalam keumuman ayat "Janganlah kamu saling mengghibahi" (QS. Al-Hujurat: 12)
Sumber: https://sh-albarrak.com/article/16877
Kedua: Dan disebutkan dalam fatwa Syabkah Islamiyyah yang dibina oleh syaikh Abdullah Al-Faqih -hafidzahullah-, mereka mengatakan:
فتجوز غيبة الفاسق بقدر المصلحة، وبنية تحقيق المصلحة لا للتشفي بتنقصه، ويدخل في هذا التحذير منه والتشهير به إن كان ذلك يردعه عن التمادي في المعاصي. وأما فيما سوى ذلك فإن الأصل فيمن اطلع على المنكر أن يقوم بالإنكار على فاعله مع الستر عليه وعدم التشهير به
"Maka boleh mengghibahi orang fasik sesuai kebutuhannya. Dan dengan niat untuk mewujudkan kebaikan. Bukan untuk menghinakannya. Dan masuk dalam kebolehan ini adalah sikap berhati-hati darinya dan mengenalkannya akan keburukannya seandainya hal tersebut membuatnya berhenti dari terus menerus di atas kemaksiatan. Dan adapun selainnya, maka hukum asalnya siapa saja yang melihat sebuah kemunkaran, agar ia mengingkari para pelakunya dibarengi dengan menutupinya dan tidak mengenalkannya"
Sumber: https://www.islamweb.net/ar/fatawa/1152/الأخلاق
Ketiga: Dan syaikh ibnu Utsaimin -rahimahullah- berkata:
وإذا تبين أن الفاسق لم يخرج من الإيمان وإن كان ناقص الإيمان فإنه لا يجوز اغتيابه إلا إذا كان في ذلك مصلحة، إذا كان في هذا مصلحة فلا بأس فيقال مثلاً : فلان يفعل كذا وكذا تحذيراً مما صنع، وإن لم يكن في ذلك مصلحة فالأصل أن عرضه محتاط، لأنه من المؤمنين
"Maka jika sudah jelas bahwasanya orang fasik tidak keluar dari keimanan walaupun dia adalah seorang yang kurang keimanannya, maka tidak boleh mengghibahinya kecuali jika mengghibahinya terdapat kebaikan. Jika mengghibahinya terdapat kebaikan maka hukumnya tidak mengapa. Maka dikatakan: "Fulan telah berbuat ini dan itu" hanya dengan tujuan untuk mewanti-wanti atas perbuatannya. Namun jika di dalam ghibah tersebut tidak terdapat kebaikan, maka hukumnya asalnya adalah bahwa kehormatan dirinya terjaga karena dia termasuk orang-orang yang beriman"
Sumber: Silsilah Liqaa' Al-Baab Al-Maftuuh - Ibnu Utsaimin
Sehingga boleh mengghibahi orang fasik dengan berbagai kefasikannya, jika ghibah tersebut memiliki mashlahat. Namun jika kerusakannya telah ditahan olehnya, maka kita wajib berhenti dari membicarakannya. Baarakallahu fiikum.
✍️ Abdurrahman Al-Amiry