Senin, 11 Desember 2023

Hafal al-Qur’an di Penjara

Hafal al-Qur’an di Penjara

«مناقب الإمام أحمد» (ص39):
قال: أخبرنا أَبو بكر بن الخلال، قال: سمعت أَحمد بن حنبل، يقول: 
كنتُ أحفظ القرآن، فلما طلبت ‌الحديث ‌اشتغلتُ- فقلت: متى- فسأَلت الله عز وجل أَن يمنَّ عليّ بحفظه ولم أقل: في عافية، فما حفظته إلا في السجن والقيود، فإذا سأَلت الله حاجة فتقول: في عافية»

Abu Bakr al-Khalāl mengatakan bahwa beliau mendengar Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Dulu aku sudah menghafal al-Qur’an. Tatkala aku belajar hadis aku tersibukkan dari al-Qur’an sehingga banyak hafalan yang hilang. Aku lantas meminta kepada Allah agar 
Allah memberi nikmat kepadaku untuk bisa menghafal al-Qur’an. 

Saat memanjatkan doa tersebut aku tidak mengatakan “dalam keadaan baik-baik saja”. Realitanya tidaklah aku hafal al-Qur’an kecuali saat di dalam penjara dalam kondisi terbelenggu. Oleh karena itu jika kalian meminta hajat kepada Allah katakanlah “dalam keadaan baik-baik saja” [Manāqib Imam Ahmad karya Ibnul Jauzi hlm 39].

Di antara nikmat Allah adalah menghafal al-Qur’an. Meskipun Imam Ahmad itu diberi nikmat oleh Allah hafal satu juta hadis, beliau tetap berharap agar bisa menghafal al-Qur’an.

Hafalan al-Qur’an itu mudah hilang jika tidak dijaga baik-baik. Oleh karena meski sudah pernah hafal al-Quran saat sibuk belajar dan mengumpulkan hadis banyak hafalan al-Qur’an yang dimiliki oleh Imam Ahmad yang hilang. Hal ini menunjukkan urgensi mengulang hafalan dan menyempatkan waktu untuk murajaah hafalan bagi orang yang memiliki hafalan al-Qur’an.

Perbuatan Imam Ahmad ini menunjukkan kebolehan berdoa kepada Allah dengan redaksi susunan sendiri. Kasus yang menimpa Imam Ahmad ini menunjukkan urgensi memperhatikan teks doa yang dipanjatkan kepada Allah jika teks doa tersebut bukan berasal dari al-Qur’an dan hadis. 

Kutipan kisah hidup Imam Ahmad ini menunjukkan urgensi berdoa meminta ‘afiyah, keselamatan dari segala marabahaya.
Ujian yang menimpa orang shalih itu berat semisal ujian yang menimpa Imam Ahmad yang dijebloskan kepada penjara tanpa kesalahan yang beliau lakukan. 

Pernah dipenjara itu tidak mesti indikator bahwa orang tersebut adalah orang yang jahat. Sejarah menunjukkan bahwa banyak orang baik yang dijebloskan ke dalam penjara tanpa kesalahan yang dilakukan. Kisah Nabi Yusuf tentu tidaklah asing dari ingatan kita.

Allah itu mengabulkan doa seorang hamba yang sungguh-sungguh meminta kepada-Nya. Pengabulan doa ini tidak mesti seketika itu. Kemungkinan yang lebih mendekati, Allah kabulkan doa Imam Ahmad untuk hafal al-Qur’an setelah sekian lama Imam Ahmad berdoa. 

Semoga Allah berikan 'afiyah kepada penulis dan semua pembaca tulisan ini, aamiin.
Aris Munandar