Selasa, 06 Oktober 2020

HT & MURJIAH

HT & MURJIAH

Syaikhuna Taqiyyuddīn An-Nabhānī gafarahullāh menerangkan dalam kitab Asy-Syakhṣiyyah Al-Islāmiyyah (1/30):

الإيمان هو التصديق الجازم المطابق للواقع عن دليل،...
“Iman adalah pembenaran yang pasti sesuai dengan fakta berdasarkan dalil,...”.

Syaikhuna ‘Aṭā’ Abur-Rasytah hadāhullāh menjelaskan dalam Silsilah Ajwibah Amir HT ketika ditanya tentang naik-turunnya Iman:

والإيمان بهذا المعنى الذي ذكرناه (التصديق الجازم المطابق للواقع عن دليل) لا يزيد ولا ينقص لأنه تصديق جازم،...
“Dan iman dengan makna yang telah kami sebutkan (pembenaran yang pasti sesuai dengan fakta dan berdasarkan dalil), (maka iman) tidak bertambah dan tidak berkurang sebab ia merupakan pembenaran yang pasti.” [hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer-hizb/ameer-cmo-site/20028.html]

Dari keterangan diatas dapat kita ketahui (pandangan HT), bahwa iman itu pembenaran saja dan tidak bertambah-berkurang. Pandangan yang menjadi fikrah mutabannat (wajib dipegang oleh semua syabab HT) bertentangan dengan pandangan Salaf Ahlusunah, yang menyebutkan bahwa iman itu pembenaran dan tindakan, atau perkataan dan perbuatan.

Al-Ḥāfiẓ Imam Abul-Qāsim Al-Lālakā’ī Asy-Syāfi‘ī rahmatullāh ‘alayh menerangkan dalam Syarḥ Uṣūl I‘tiqād Ahlissunnah wal-Jamā‘ah (no. 1541):

قالوا الإيمان قول وعمل 
وبه قال من الفقهاء
مالك بن أنس وعبد العزيز بن أبي سلمة الماجشون والليث بن سعد والأوزاعي وسعيد بن عبد العزيز وابن جريج وسفيان بن عيينة وفضيل بن عياض ونافع بن عمر الجمحي ومحمد بن مسلم الطائفي ومحمد بن عبد الله بن عمرو ابن عثمان بن عفان والمثنى بن الصباح والشافعي وعبد الله بن الزبير الحميدي وأبو إبراهيم المزنى وسفيان الثوري وشريك وأبو بكر ابن عياش ووكيع وحماد بن سلمة وحماد بن زيد ويحيى بن سعيد القطان وعبد الله بن المبارك وأبو إسحاق الفزاري والنضر بن محمد المروزي والنضر بن شميل وأحمد بن حنبل وإسحاق بن راهوية وأبو ثور وأبو عبيد

Lalu Imam Al-Lālakā’ī meriwayatkan asar para ulama Salaf Ahlusunah tersebut, asar² itu juga diriwayatkan oleh ulama lain, seperti Imam Abū Bakr Al-Ajurrī Asy-Syāfi‘ī dalam Asy-Syarī‘ah.

Bagi Ahlusunah, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abū Bakr Al-Khallāl Al-Ḥanbalī raḥmatullāh ‘alayh dalam As-Sunnah (no. 1010):

وأخبرنا أبو بكر المروذي وعبد الملك الميموني وأبو داود السجستاني وحرب بن إسماعيل الكرماني ويوسف بن موسى ومحمد بن أحمد بن واصل والحسن بن محمد، كلهم يقول : إنه سمع أحمد بن حنبل قال : الإيمان : قول وعمل يزيد وينقص.
Dan telah mengabarkan kepada kami [Abū Bakr Al-Marważī}, [‘Abdul-Malik Al-Maymūnī], [Abū Dāwud As-Sijistānī], [Ḥarb bin Ismā‘īl Al-Kirmānī], [Yūsuf bin Mūsā], [Muhammad bin Aḥmad bin Wāṣil], dan [Al-Ḥasan bin Muhammad]; semuanya berkata bahwasanya mereka mendengar Aḥmad bin Ḥanbal berkata: “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang”.

Dalam Ḥilyatul-Awliyā’ wa Ṭabaqātul-Aṣfiyā’ (9/89), Al-Ḥāfiẓ Abū Nu‘aym Al-Aṣfahānī raḥmatullāh ‘alayh meriwayatkan:

حدثنا محمد بن عبد الرحمن حدثني أبو أحمد حاتم بن عبد الله الجهاري، قال: سمعت الربيع بن سليمان يقول: سمعت الشافعي يقول: الإيمان قول وعمل يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية، ثم تلا هذه الآية:  وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا {المدثر 31}
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin ‘Abdirraḥmān]: telah menceritakan kepadaku [Abū Aḥmad Ḥātim bin ‘Abdillāh Al-Jihārī, ia berkata: Aku mendengar Ar-Rabī’ bin Sulaymān berkata: Aku mendengar Asy-Syāfi‘ī berkata: “Iman adalah perkataan dan perbuatan. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena (melakukan) kemaksiatan,...”.

Demikianlah pandangan Ahlusunah tentang iman, bahwa ia perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang. Jika menyelisihi hal ini, maka ia pandangan yang bidah dan sesat. Sebagaimana keterangan dari Imam Abū Bakr ‘Abdurrazzāq Aṣ-Ṣan‘ānī yang diriwayatkan oleh Imam ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal:

حدثني أبو عبد الرحمن سلمة بن شبيب قبل سنة ثلاثين ومائتين حدثنا عبد الرزاق قال كان معمر وابن جريج والثوري ومالك وابن عيينة يقولون الايمان قول وعمل يزيد وينقص. قال عبدالرزاق وأنا أقول ذلك الايمان قول وعمل والايمان يزيد وينقص فان خالفتهم فقد ضللت إذا وما أنا من المهتدين
Telah menceritakan kepadaku [Abū ‘Abdirraḥmān Salamah bin Syabīb] sebelum tahun 230 H: telah menceritakan kepada kami [‘Abdurrazzaāq], ia berkata: “Ma‘mar, Ibnu Jurayj, Aṡ-Ṡawrī, Mālik, dan Ibnu ‘Uyaynah berkata: ‘Iman adalah perkataan dan perbuatan; (bisa) bertambah dan berkurang”. (Lalu) ‘Abdurrazzāq berkata: “Dan akupun mengatakan hal itu, yaitu iman adalah perkataan dan perbuatan. Iman (dapat) bertambah dan berkurang. Apabila aku menyelisihi mereka, sungguh aku telah TERSESAT dan aku bukan termasuk orang-orang yang diberi petunjuk” [As-Sunnah, no. 726].

Hal senada juga diterangkan oleh Imam Al-Awzā‘ī, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhārī dalam Kitāb Raf‘il-Yadayn fiṣ-Ṣalāḥ (no. 181):

وسئل الأوزاعي وأنا أسمع عن الإيمان، فقال: ”الإِيمَانُ يَزِيدُ، وَيَنْقُصُ فَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الإِيمَانَ لا يَزِيدُ، وَلا يَنْقُصُ فَهُوَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ فَاحْذَرُوهُ“.
“Al-Awzā‘ī pernah ditanya —dan waktu itu aku mendengarnya— tentang iman, lalu ia menjawab : “Iman dapat bertambah maupun berkurang. Barangsiapa yang menyangka iman tidak bertambah dan tidak pula berkurang, maka ia adalah PELAKU BIDAH. Waspadalah terhadapnya”.

Jika pemahaman ulama Salaf Ahlusunah tentang iman seperti itu, lantas siapa yang berpaham sesat lagi bidah yang menyelisihi ulama Salaf? Sedangkal kajian saya, ternyata paham bahwa imam hanya pembenaran (perkataan) saja dan tidak berkurang-bertambah adalah usul akidahnya sekte Murji’ah. Sekali lagi, MURJI’AH.

Hal ini diterangkan oleh Imam Aḥmad, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abū Bakr Al-Khallāl dalam As-Sunnah (no. 1009):

أخبرني موسى بن سهل ، قال : حدثنا محمد بن أحمد الأسدي ، قال : حدثنا إبراهيم بن يعقوب ، عن إسماعيل بن سعيد ، قال : سألت أحمد عن من قال: الإِيمَانُ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ؟ قال: هَذَا بَرِيءٌ مِنَ الإِرْجَاءِ
Telah mengabarkan kepadaku [Mūsā bin Sahl], ia berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Aḥmad Al-Asadī], ia berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibrāhīm bin Ya‘qūb], dari [Ismā‘īl bin Sa‘īd], ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Aḥmad tentang orang yang mengatakan: ‘iman bisa bertambah dan bisa berkurang’. Ia menjawab: “Orang ini telah berlepas diri dari irjā’ (paham Murji’ah)”.

Dalam Syarḥus-Sunnah (hal. 132), Imam Abū Muhammad Al-Barbahārī menjelaskan:

...، ومن قال: الإيمان قول وعمل، يزيد وينقص؛ فقد خرج من الإرجاء كله، أوله وآخره،...
“..., barangsiapa yang mengatakan: ‘iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah maupun berkurang’; sungguh ia telah keluar dari (paham) irjā’ (Murji’ah, yang bidah lagi sesat) secara keseluruhan, dari awal hingga akhirnya”.

Dan masih banyak lagi keterangan dari para ulama Ahlusunah lainnya tentang hal ini, yang tidak bisa saya kutip semua ditempat yang terbatas ini. Semoga tetap berfaedah, khususnya bagi netizen yang akhir bulan lalu curhat karena bingung mau keluar dari HT atau tidak.

Kesimpulannya, secara garis besar, HT masih masuk dalam rumpun Ahlusunah, meski dalam beberapa perkara terpapar paham Murji’ah, Muktazilah, Khawarij, bahkan tasyayyu'. Bagaimana menurut Anda?

Salam Persahabatan,
Alfan Edogawa