_Imam Asy Syafi’i berkata,_
_“saya seorang yatim yang tinggal bersama ibu saya. Ia menyerahkan saya ke kuttab (sekolah yang ada di masjid). Dia tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepada sang pengajar sebagai upahnya mengajari saya._
_Saya mendengar hadits atau pelajaran dari sang pengajar, kemudian saya menghafalnya. Ibu saya tidak memiliki sesuatu untuk membeli kertas. *Maka setiap saya menemukan sebuah tulang putih, saya mengambilnya dan menulis di atasnya. Apabila sudah penuh tulisannya, saya menaruhnya di dalam botol yang sudah tua”*
_(Jami’u Bayanil Ilmi wa Fadhilihi, Ibnu ‘Abdil Barr, 1/98)._
Disebutkan dalam biografi Imam Abu Ishaq syirazi salah satu ulama besar bermazhab syafii Beliau mengatakan
*aku mengulangi satu permasalahan qiyas sebanyak 1000 kali*
*dan aku mengulangi setiap pelajaran sebanyak 1000 kali*
(Siyar a, lam nubala 18/458)
*Masyaa alloh.. Itu artinya jika beliau belajar satu kitab,, akan beliau ulang terus sampai 1000 kali khatam*
*Abu Hatim berkata, saya mendengar Al Muzani mengatakan, Imam Asy Syafi’i pernah ditanya,*
_“bagaimana semangatmu dalam menuntut ilmu?”._
Beliau menjawab,
*“saya mendengar kalimat yang sebelumnya tidak pernah saya dengar. Maka anggota tubuh saya yang lain ingin memiliki pandangan untuk bisa menikmati ilmu tersebut sebagaimana yang dirasakan telinga”.*
Lalu beliau ditanya lagi,
_“bagaimana kerakusan anda terhadap ilmu?”._
Beliau menjawab, *“seperti rakusnya orang penimbun harta, yang mencapai kepuasan dengan hartanya”.*
Ditanya lagi,
_“bagaimana anda mencarinya?”._
Beliau menjawab, *“sebagaimana seorang ibu mencari anaknya yang hilang, yang ia tidak memiliki anak lain selain dia”*
*_(Tawaalit Ta’sis bin Manaqibi Muhammad bin Idris, Ibnu Hajar Al Asqalani, 106)._*
Ustadz Abdurrahman patri