Selasa, 20 Oktober 2020

Buku Kuno Tahun 1965 an.

Buku Kuno Tahun 1965 an.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah singgah di sebuah toko kitab. Saya bertanya tentang keberadaan terjemah Al-Qur'an Bahasa jawa. Lalu dikeluarkanlah tafsir Al-Ibriz karya Kyai Haji Bisri Mustofa rahimahullah (ayahnya Kyai Mustofa Bisri hadahullah).

Ada dua versi kitab Al-Ibriz yang ditawarkan kala itu ; Versi arab pegon, dan versi melayu. 

Setelah saya baca-baca beberapa bagian di dalamnya, ternyata penerjemahannya menggunakan metode "Tarkib Mubtada' Khobar" atau "Makno Gandul" atau "Utawi Iku" (meminjam istilah anak pondok tradisional). Dengan gaya bahasa yang agak jauh dari bahasa jawa murni. 

Kenapa saya mengatakan demikian, karena terdapat banyak kosa kata dalam bahasa Indonesia/ tidak murni bahasa jawa tetapi ada kecampuran kosa kata bahasa Indonesia.

Ini tidak begitu bermasalah, tapi akan menjadi bermasalah ketika muncul kritikan dari para sesepuh, pinisepuh, ajisepuh yang sangat fanatik dengan budaya jawa, seringnya mereka adalah kaum tua yang tinggal di sekitaran Jogja dan Solo. Mengingat Kraton Jogja dan Solo merupakan sumber kebudayaan Jawa termasuk juga bahasanya. 

Kelompok sepuh ini tak jarang tidak bisa menerima kesalahan dalam bahasa jawa meskipun kecil. Apalagi jika ia seorang dalang, mantan dalang, atau sesepuh masyarakat yang biasa menjadi pranoto adicoro/ MC dalam acara walimah tradisional dan lain-lain. Kosa kata yang murni jawa saja, jika salah penempatannya  mereka akan protes ... horor memang. Seandainya sikap selektif dan kritis ini mereka terapkan pula dalam bidang Aqidah.

Tapi ada yang agak lebih berat lagi yaitu penerjemahan menggunakan metode Makno Gandul. Penerjemahan metode ini akan sedikit sulit difahami oleh masyarakat yang tidak memiliki latar belakang pendidikan pondok pesantren atau pendidikan bahasa arab. Kalau tidak salah metode ini mengharuskan misalnya kalau Mubtada' maka terjemahnya demikian, kalau khobar demikian, kalau fa'il demikian dan seterusnya. Mirip dengan penerjemahan leterlek, wallahu a'lam karena saya juga belum pernah mempelajari metode ini.

Sehingga orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan pondok, atau tidak terbiasa ngaji kitab dengan cara Sorogan, ia akan sedikit sulit memahaminya.

Hal ini sangat dimaklumi sekali karena penulis hidup di daerah pesisir pulau jawa atau hidup di wilayah yang jauh dari lingkungan Kraton. Dan mereka hidup di tengah lingkungan yang kental nuansa pondoknya. Namun metode ini (wallahu a'lam) sangat cocok sekali dibacakan di daerah Jawa timur, dan jawa tengah bagian pesisir utara dimana kedua wilayah tersebut banyak tersebar keberadaan pondok pesantren. 

Pernah ada seorang kawan mengundang satu dai ntuk menyampaikan pengajian baca kitab di satu kota di Jawa Timur. Namun jamaah menolaknya karena jamaah menghendaki kajian kitab dengan metode Makno Gandul. Akhirnya digantikanlah oleh dai yang membaca dengan metode tersebut meski kitab yang dibaca sama, kitab salafi juga he he. 

Ala kulli hal karya ilmiyyah tradisional ini sangat bermutu sekali dengan berbagai plus minusnya.

Metode serupa juga saya dapatkan pada terjemahan Al-Qur'an karya Kyai Haji Sholeh Darat. Yang konon ditulis atas permintaan dari Raden Ajeng Kartini salah seorang pahlawan nasional dari Rembang Jawa Tengah.

Hingga Allah mempertemukan saya dengan Terjemah Al-Qur'an Bahasa Jawi karya Kyai Haji Muhammad Adnan rahimahullah. Saya terkesima membacanya, kosa kata, kemudian gaya bahasanya kental sekali nuansa jawanya. Meski tidak 100% murni, tetapi saya sangat kesulitan menemukan kosa kata yang "Non Jawa" di dalam buku ini. 

Dan yang lebih menggembirakan, penulis kitab ini tidak melakukan Ta'wil terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Allah ta'ala. Seperti tangan Allah tetap diterjemahkan dengan Astane Allah. Tidak diterjemahkan dengan kekuasaan Allah.

Keistimewaan yang ketiga kitab ini ditulis berdasarkan ejaan aksara latin basa Jawi yang disempurnakan. Sama dengan EYD dalam versi bahasa Indonesia.

Keistimewaannya juga kitab ini sudah ditashih oleh Lajnah Tashih Al-Quran yang diketuai oleh Kyai Haji Muhammad Shawabi Ihsan pada tahun 1977.

Usut punya usut ternyata penulisnya Kyai Muhammad Adnan adalah seorang kyai yang hidup dekat dengan lingkungan kraton Surakarta Hadiningrat bahkan beliau masih keluarga kraton.

Beliau sekaligus seorang profesor dan dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di era tahun 1952-1969. Awalnya kitab ini ditulis dengan bahasa arab pegon kemudian ditulis ulang dengan aksara latin basa Jawi.

Untuk teman-teman yang ada keinginan berdakwah kepada kaum tua dengan menggunakan bahasa lokal Jawa. Saya sangat merekomendasikan tafsir Al-Ibris sebagai salah satu referensi dalam menerjemahkan Al-Qur'an utamanya di wilayah Jatim dan pesisir utara. Dengan terlebih dahulu mempelajari aqidah ahlissunnah wal jamaah utamanya sekali dalam masalah tauhid asma wassifat.

Dan untuk teman-teman yang berdomisili di sekitaran Kraton Jogja dan Solo saya sangat merekomendasikan kitab Tafsir Al-Qur'an Basa Jawi karya Kyai Adnan ini. 

Namun buku ini sudah sangat sulit dicari. Mengingat ia ditulis awal kali pada tahun 1965 (jadi ingat di masa itu terjadi pemberontakan PKI dimana para ulama sering dijadikan target pembunuhan kala itu).

Jazakumullahu khairan kepada Mas Anam yang sudah membantu mendapatkan buku ini. Wallahu a'lam

✍🏻abulaswad Al bayati